Sepanjang tahun 2000–2019, Indonesia menghasilkan 23–48 juta ton Food Loss and Waste (FLW) per tahun. Angka ini begitu besar hingga menjadikan Indonesia salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di dunia. Sekitar 50–60 persen dari total sampah nasional adalah sampah organik, yang sebagian besar berasal dari rumah tangga dan sektor komersial seperti hotel, restoran, katering, dan supermarket. Sebagian makanan masih layak makan, sebagian lainnya baru tersaji di buffet sebelum akhirnya dibuang.
Garda Pangan berawal dari keresahan Dedhy Trunoyudho, pengusaha katering pernikahan yang setiap minggu harus membuang banyak makanan. Dari sisi bisnis, itu cara paling cepat dan praktis, namun bagi istrinya, Indah Audivtia, kebiasaan tersebut terasa menyesakkan. Keinginan untuk menghentikan pemborosan inilah yang mendorong mereka menyalurkan makanan berlebih kepada yang membutuhkan. Bersama Eva Bachtiar yang memiliki kepedulian serupa, mereka kemudian mendirikan gerakan food bank di Surabaya yang kini dikenal sebagai Garda Pangan.
Lalu, sekarang kegiatan ini dipimpin oleh Kevin Gani. Kegiatan yang berfokus menyelamatkan makanan layak konsumsi untuk disalurkan kepada masyarakat prasejahtera. Berbekal tekad, keberanian, dan kepedulian yang tulus, Garda Pangan tumbuh dari langkah kecil menjadi gerakan besar yang membawa perubahan nyata bagi lingkungan dan kemanusiaan.
Perjalanan mereka tidak selalu mudah tetapi justru di situlah kisah luar biasa ini bermula. Yuk, kenalan sama Garda Pangan dalam menjadi salah satu penyelamat pangan terbesar di Indonesia!
