Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Pemikiran Toksik yang Bikin Kamu Sulit Move On, Buang Jauh! 

ilustrasi bersyukur (unsplash.com/Ben White)

Istilah move on gak hanya disematkan soal cinta. Terkadang ada beberapa orang yang memiliki kesulitan dalam melupakan hal buruk yang pernah dialaminya.

Bukanlah suatu kebiasaan yang baik, tentunya hal ini bisa memengaruhi bagaimana caramu dalam mengambil keputusan ke depan dan memengaruhimu dalam melangkah.

Agar tak selalu terjebak dalam bayangan kesalahan, coba buang jauh enam pemikiran toksik berikut ini.

1. Merasa gak pernah layak karena terpengaruh pemikiran orang lain

Ilustrasi bekerja (unsplash.com/Thought Catalog)

Pemikiran orang lain nyatanya sering kali berhasil menyita perhatianmu. Saat mereka menganggap ataupun meremehkan kemampuanmu, tak jarang hal ini juga memengaruhimu hingga kamu merasa bahwa gak layak dalam melakukan sesuatu yang jauh lebih besar.

Perlu kamu sadari bahwa dirimu sendiri adalah supporter terbaik yang seharusnya membangkitkan di saat yang lain menjatuhkan. Oleh karena itu mulailah untuk menutup telinga dan berikan positive self talk untuk diri sendiri.

2. Sulit meraih kesuksesan karena keadaan saat ini

Ilustrasi pasangan (unsplash.com/Fred Moon)

Impian untuk menjadi sukses tentunya dimiliki oleh semua orang. Namun tak jarang dalam meraihnya harus melewati berbagai rintangan dan kerikil di dalamnya. Hal ini yang terkadang masih sering disalahpahami.

Banyak orang menganggap bahwa kesulitan yang dihadapi saat ini menghambatnya untuk bisa meraih kesuksesan. Seakan keterbatasan keadaan yang kamu rasakan mampu mendefinisikan bagaimana akhir dari mimpimu.

Nyatanya pemikiran seperti ini harus dibuang jauh-jauh dan mulailah untuk memberi motivasi diri sendiri karena gak ada yang tahu bagaimana nasibmu ke depannya.

3. Menyamakan standar kesuksesan yang ingin diraih

ilustrasi diskusi (unsplash.com/Antenna)

Penting untuk disadari bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Kamu gak perlu mengikuti orang lain dalam mencapai sesuatu. Temukan di mana keahlian yang kamu punya dan maksimalkan potensi tersebut.

Ada kalanya mencari referensi. Namun kamu pun harus mengingat bahwa keistimewaan yang kamu miliki berbeda dengan yang lain. Akan percuma jadinya jika kamu menjalani hidup berdasar standar orang lain. Selain gak bikin nyaman, juga bisa membuat kamu menyesal di kemudian hari.

4. Merasa gak diinginkan karena kurang memiliki teman

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Ryan Jacobson)

Semakin ke sini tak jarang takaran bahagia menjadi sedikit lebih sulit. Gak sedikit orang yang mengaitkan kebahagiaan dengan jumlah teman hingga follower yang dipunya di media sosial. Hanya karena kamu gak memiliki teman sebanyak orang lain, bukan berarti kamu menjadi orang yang gak diinginkan.

Sadari bahwa the way you approach other pasti berbeda dengan yang lain. Kurang bijaksana rasanya kalau kamu terlalu mengeneralisir orang dari jumlah teman yang dipunya. Selama kamu merasa nyaman, walaupun dengan kuantitas sedikit gak akan menjadi masalah.

5. Semua kegagalan yang dirasakan dihubungkan dengan privilege

Ilustrasi seorang wanita (unsplash.com/Izzy Park)

Social privilege tiap orang memang berbeda-beda. Hal ini tak lantas menjadi alasanmu saat semua hal gak berjalan semestinya.

Jika kegagalan yang kamu raih selalu dihubungkan dengan privilege yang gak dimiliki, maka cara berpikirmu pun akan selalu terbatas. Hindari menghubungkan setiap kegagalan dengan hal itu dan mulai kembangkan caramu dalam memandang dunia.

6. Sering merasa tidak pantas untuk mendapatkan hal yang lebih

ilustrasi seorang wanita (unsplash.com/Falaq Lazuardi)

Terakhir, hindari mengerdilkan dirimu sendiri. Jangan merasa bahwa kamu gak pantas untuk hal yang harusnya bisa kamu raih.

Hanya karena orang terdekatmu gak mampu meraihnya bukan berarti itu juga berlaku untukmu. Sesekali tingkatkan kepercayaan diri dan buktikan bahwa kamu itu lebih dari yang mereka kira.

Pemikiran toksik memang kadang datang tanpa diminta. Seringkali sulit dikendalikan, hal ini tak jarang banyak memengaruhi dirimu sendiri. Hindari menolerir terus-menerus dan segeralah mengambil sikap untuk semuanya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Rohmatusyarifah
EditorDwi Rohmatusyarifah
Follow Us