Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Pengalaman saat Baru Belajar Memasak, Jangan Kapok Mencoba

ilustrasi di dapur (pexels.com/Katerina Holmes)

Belajar memasak bisa dilakukan kapan saja dan tidak berpatokan pada usia atau jenis kelamin. Sebagai keterampilan yang membantu untuk bertahan hidup, lebih awal mengajarkannya tentu lebih baik. Kalau sejak anak-anak sudah diajari memasak, ia lebih cepat mandiri dan akan makin mahir seiring waktu. 

Akan tetapi, bila kamu baru hendak mulai belajar memasak setelah dewasa juga gak masalah. Kemampuan di dapur tetap dapat ditingkatkan di usia berapa pun. Masakanmu tak harus selezat buatan koki profesional. Terpenting hasilnya bisa dimakan dan cukup enak menurut seleramu.

Pastinya belajar memasak tidak langsung berhasil. Apalagi untukmu yang belajar sendiri dan hanya mengandalkan buku resep. Enam pengalaman di bawah ini pasti gak asing lagi untukmu dan terkadang bikin malas kembali memasak. Jangan menyerah sampai hasilnya dapat dibanggakan!

1. Irisan terlalu tebal atau potongan besar-besar

ilustrasi belajar memasak (pexels.com/Ron Lach)

Mengiris mestinya tipis-tipis. Namun, melakukannya ternyata gak mudah. Ada rasa takut jari-jarimu akan terkena tajamnya pisau. Irisanmu gak cuma terlalu tebal, tetapi kamu juga lambat sekali dalam menyelesaikannya. Dirimu masih terlalu berhati-hati.

Kamu kaku dalam menggerakkan pisau maupun jari tangan kiri yang mestinya terus bergerak mundur selagi pisau makin maju. Misalnya, saat dirimu mengiris-iris bawang merah dan putih. Irisan yang tebal dapat membuat orang kaget ketika tak sengaja mengunyahnya.

Untuk potongan mestinya memang lebih besar daripada irisan. Contohnya, ketika kamu memotong sayuran. Namun, apabila potongan begitu besar juga menyusahkan orang yang menyantapnya. Potongan yang terlalu besar pun membuatmu butuh waktu lebih lama dalam mematangkannya.

2. Gosong atau justru belum matang

ilustrasi memanggang (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat kamu baru belajar memasak, estimasi waktu untuk mematangkan masakan biasanya belum tepat. Niatmu menyelesaikan beberapa tugas sekaligus dan meninggalkan masakan di atas kompor, tetapi ternyata sudah gosong saat dirimu kembali. Sebaiknya kamu memang menunggui masakanmu sampai selesai.

Buat jenis menu yang dipanggang, perhatikan betul waktu yang tertera di buku panduan. Atur waktu sesuai petunjuknya. Tapi bisa juga masakanmu sering kurang matang. Seperti sayur yang masih terlalu keras dan bukan renyah.

Mestinya dirimu memasaknya sedikit lagi lebih lama. Tidak sampai lembek, tetapi juga memastikan sayuran dapat dikunyah dengan mudah. Untuk pemula, masakan berbahan daging juga rentan belum matang sehingga kamu mesti betul-betul mengeceknya sebelum menyajikannya.

3. Salah bumbu

ilustrasi belajar memasak (pexels.com/Kampus Production)

Guna menghindari salah bumbu, sebaiknya kamu tidak cepat-cepat lepas dari buku resep. Kurangnya pengalaman memasak bisa bikin ingatanmu tentang bumbu-bumbu tidak akurat. Jangan lupa memberi label yang untuk setiap wadah bumbu atau rempah, terutama bila bentuknya mirip.

Contohnya, ketumbar dengan merica, jahe dan lengkuas, atau kunir dengan kencur. Sedikit saja ada kesalahan dalam bumbu akan langsung berefek pada rasanya. Rasa masakan tersebut mau diperbaiki pun susah. Walaupun menghafal bumbu dapur tidak mudah, hindari terlampau mengandalkan bumbu instan.

Nanti kemampuan memasakmu sulit mengalami kemajuan selain dari tingkat kematangannya. Dirimu mesti belajar meracik bumbu sendiri sampai rasanya paling pas di lidahmu. Awalnya kamu cukup berpatokan pada buku resep. Tapi lambat laun takarannya dapat ditambah atau dikurangi hingga sesuai dengan seleramu.

4. Rasa tak kunjung pas

ilustrasi belajar memasak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Bumbu sudah benar, tetapi rasanya belum tentu pas. Terlebih jika kamu mengubah porsinya sehingga takaran bumbu juga perlu ditambah atau dikurangi. Ternyata tidak semudah bayanganmu untuk membuat rasanya sebaik pengalamanmu sebelumnya.

Secara teori, bila masakan berkuah keasinan tinggal ditambah air. Rasa asinnya memang berkurang, tetapi rasa bumbu-bumbunya menjadi tak sekuat seharusnya. Saat dirimu membuat bumbu lagi, nanti ketika kembali dicicipi masih saja ada yang terasa kurang atau justru berubah berlebihan.

Masalahnya, buat mengidentifikasi apa yang membuat rasanya kurang juga bukan hal mudah. Bila ada orangtua, saudara, atau teman yang lebih pandai memasak akan lebih mudah untukmu mengetahuinya serta memperbaiki rasa. Jangan berkecil hati karena orang yang sudah bertahun-tahun memasak pun kerap masih kesulitan memastikan konsistensi rasa apabila porsi diubah.

5. Penampilan dan tekstur gak sesuai harapan

ilustrasi belajar memasak (pexels.com/Katerina Holmes)

Penampilan hasil masakan yang gak sesuai harapan lebih sering terjadi ketika kamu membuat kue. Adonan yang telah dicetak dan disusun dengan rapi di loyang dapat berubah selepas dikeluarkan dari pemanggang. Seperti kue yang mestinya berwarna-warni cantik setelah matang justru warnanya berantakan.

Masalah tekstur juga bisa terjadi ketika kamu membuat roti. Adonan yang seharusnya mengembang dan empuk ketika dimakan malah menjadi keras. Selain roti, memasak daging pun sering bermasalah di tekstur. Daging yang dimasak terasa alot. 

Kamu mesti belajar memilih bagian daging, cara mengirisnya, penambahan bahan yang membantu mengempukkan daging, hingga memperhatikan besar api selama memasak dan waktunya. Kalau soal penampilan saja, makanan masih dapat disantap karena rasa tetap enak. Tapi tekstur yang keras atau alot bisa-bisa membuatnya mubazir.

6. Porsi kebanyakan atau kurang

ilustrasi belajar memasak (pexels.com/Vanessa Loring)

Kalau kamu baru belajar memasak untuk diri sendiri tentu porsinya kecil. Saat kamu harus memasak buat lebih banyak orang, menentukan porsi yang tepat menjadi lebih sulit. Meski dirimu sudah mencoba memperkirakannya dengan mengalikan porsi yang biasa dimasak untuk diri sendiri, setelah disajikan mungkin masih kurang.

Apalagi jika bahan masakan akan menyusut setelah matang. Contohnya, ketika kamu memasak tumis sayuran. Saat sayuran baru dimasukkan memang tampak sewajan penuh. Akan tetapi, setelah layu dan matang menjadi jauh lebih sedikit.

Masih belum tepatnya dirimu dalam menentukan porsi yang pas bisa membuatmu terpaksa memasak lebih dari sekali. Untuk memasak dalam porsi lebih besar daripada keseharianmu, kamu butuh pendampingan dari orang yang berpengalaman. Jika dirimu ingin membuka usaha katering bisa dimulai dari bantu-bantu dulu di katering milik orang lain agar terbiasa mengukur porsi dengan tepat.

Seringnya gagal saat belajar memasak memang bisa bikin kamu malas melakukannya lagi. Gak usah bikin target yang muluk. Mulailah dengan resep-resep yang paling simpel sambil perlahan-lahan mempelajari resep yang lebih kompleks. Sementara itu, jika kamu mengajari orang lain memasak juga mesti bersabar dan jangan suka mencela yang membuatnya minder.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ines Sela Melia
EditorInes Sela Melia
Follow Us