5 Perbedaan Cara Berhemat, Mana yang Lebih Efektif Tanpa Menyiksa?

Semangat berhemat demi pengeluaran yang terkendali dan keuangan lebih sehat mendorong manusia untuk kreatif. Berbagai tips irit dicoba. Siapa tahu ada yang efektif. Sebab satu cara berhemat yang cocok bagi orang lain belum tentu pas juga untukmu.
Namun, kalau kamu sering gagal mencoba berbagai cara berhemat bisa bikin stres. Lalu muncul keyakinan berhemat memang bukan untuk semua orang. Ada orang yang dari sananya boros dan gak akan bisa berubah sepertimu.
Jangan pesimis dulu. Tidak ada cara irit yang mutlak. Mungkin dirimu hanya belum menemukan strategi yang pas dengan keadaanmu sehari-hari. Secara garis besar terdapat lima cara hemat yang bertolak belakang, tapi tetap berhasil bagi para penganutnya.
1. Tim transaksi tunai vs nontunai

Cara mengontrol pengeluaran yang pertama terkait metode pembayaran. Terdapat dua cara membayar yaitu dengan uang tunai dan nontunai atau cashless. Orang yang ke mana-mana masih membawa uang di dompet buat membayar berbagai kebutuhannya hari itu punya pertimbangan sendiri.
Seperti keterbatasan uang di dompet akan membuatnya lebih hati-hati dalam membelanjakannya. Biasanya dalam sehari ada jatah uang tunai yang dibawa. Misalnya, cuma 100 atau 200 ribu rupiah sudah untuk beragam keperluan dari transportasi, konsumsi, dan lainnya.
Mereka menganggap pembayaran nontunai lebih sukar dikendalikan karena saking mudahnya. Tinggal transfer, gesek kartu, atau pakai QRIS. Akan tetapi, bagi tim transaksi nontunai malah ini lebih efektif. Pembayaran bisa tepat sampai ke angka terakhir. Tidak perlu ada pembulatan karena gak tersedia uang kembalian. Apalagi jika sedang ada promo pembayaran nontunai mendapat diskon khusus.
2. Tim wajib masak sendiri vs beli saja

Masak sendiri akhir-akhir ini dipercaya banyak orang ampuh untuk mengurangi pengeluaran. Dengan anggaran yang sama, kamu bisa masak sendiri sampai beberapa hari. Sementara jika jajan, uang itu habis cuma untuk 3 kali makan dalam sehari.
Namun, ada pula orang yang merasa memasak sendiri justru bikin boros. Ada biaya belanja yang kerap belum dihitung. Seperti bumbu yang gak murah, gas, dan minyak goreng. Belum lagi ketika rasa bosan melanda.
Masakan yang dibuat susah-susah justru tidak disantap dan akhirnya dibuang. Mereka berpikir membeli lebih hemat. Kalau tak langsung dari segi pengeluaran berupa uang, maka dari aspek tenaga serta waktu. Keduanya dapat dipakai untuk bekerja.
3. Tim kendaraan umum vs kendaraan pribadi juga gak apa-apa

Dengan makin baiknya layanan transportasi massal di suatu daerah, biaya perjalanan memang bisa ditekan. Pindah kendaraan umum gak harus membayar lagi dalam waktu tertentu. Manfaat lainnya, dapat memangkas waktu perjalanan kalau telah tersedia jalur khusus yang antimacet.
Namun, opsi berhemat dengan setia menggunakan transportasi publik bisa tidak berlaku bagi sebagian orang. Jika tak semua rute dari rumah hingga kantornya dilewati kendaraan umum, punya motor atau mobil dapat lebih irit. Apalagi bila mereka berangkat dan pulang berombongan.
Seperti seorang ayah berangkat kerja sekaligus mengantar anak-anak sekolah. Istri yang bekerja juga sekalian saja daripada masing-masing naik kendaraan umum. Begitu pula di waktu pulang kerja orangtua dapat sambil menjemput anak atau mengantarkannya ke tempat les.
4. Tim belanja sedikit demi sedikit vs sekalian menstok

Orang yang berbelanja sedikit demi sedikit tidak berarti uangnya juga pasti sedikit. Cara ini lebih untuk memastikan setiap barang yang dibeli betul-betul akan digunakan. Belanja sedikit juga mendorong mereka lebih cermat saat memakainya.
Seperti mereka hanya membeli detergen kemasan kecil sehingga gak berlebihan memasukkannya ke ember atau mesin cuci. Mereka hanya punya sedikit bahan pangan, maka setiap masakan kudu habis disantap. Jangan ada makanan yang terbuang.
Sementara itu, tim yang selalu belanja sekaligus banyak biasanya menghindari bolak-balik ke tempat belanja. Ongkos transportasi, waktu, dan tenaga yang berhasil dihemat lumayan. Mereka pun mengincar potongan harga yang lebih gede buat nominal belanja tertentu. Produk kemasan besar biasanya juga lebih murah dibandingkan kemasan kecil-kecil.
5. Tim mengutamakan murah vs kualitas

Murah gak selalu murahan menjadi keyakinan sebagian orang. Pun awet atau tidaknya berbagai barang sangat dipengaruhi oleh cara pemakaian. Boleh jadi mereka yang hari ini lebih suka barang murah pernah kecewa dengan produk yang lebih mahal.
Harga di atas rata-rata, tapi ternyata gak seawet yang dijanjikan. Mereka lantas beralih ke produk yang lebih miring. Di lain pihak, ada pula pembeli yang mementingkan kualitas walaupun harganya lebih tinggi. Mereka tetap percaya harga akan berbicara.
Selain daya tahannya, barang yang lebih mahal biasanya juga lebih nyaman digunakan. Seperti celana yang potongannya bisa pas meski dibeli secara online. Bahannya pun gak panas ketika dikenakan dan warnanya tidak mudah pudar.
Cara berhemat yang tepat bagi orang lain belum tentu cocok untukmu. Kamu perlu mengukur kebutuhanmu sendiri sebelum menetapkan metode penghematan yang akan diterapkan. Ini juga tak bersifat kaku. Bila keadaanmu berubah, trik irit agar dirimu tetap survive bisa disesuaikan kembali.