4 Kesalahan Fatal Kelas Menengah saat Berhemat, Malah Bikin Boros!

- Menganalisis kebutuhan secara menyeluruh sebelum memotong pengeluaran.
- Negosiasi tagihan bulanan untuk mendapatkan potongan harga.
- Pilih perbaikan rumah yang berkualitas daripada mencoba DIY.
Mengatur keuangan sebagai bagian dari kelas menengah memang tidak selalu mudah. Banyak orang berpikir berhemat itu sekadar memangkas pengeluaran, padahal tanpa strategi yang tepat hasilnya bisa jadi sebaliknya. Niat menabung justru berakhir dengan kebiasaan yang bikin kantong makin terkuras.
Supaya gak terjebak dalam “hemat semu”, yuk kenali empat kesalahan fatal kelas menengah saat mencoba berhemat. Bisa jadi salah satunya sering kamu lakukan tanpa sadar.
1. Hanya memotong tanpa menganalisis

Banyak orang kalau ingin berhemat langsung berpikir, “Apa yang bisa aku potong dari pengeluaran?” tanpa benar-benar menganalisis kebutuhan mereka secara menyeluruh. Padahal, cara ini sering bikin strategi berhemat jadi setengah-setengah. Misalnya, kamu berhenti berlangganan layanan tertentu, tapi di sisi lain tetap membiarkan biaya-biaya kecil yang sebetulnya bisa dikurangi.
Ahli keuangan Jennifer Beeston menyarankan agar kamu mengkategorikan pengeluaran menjadi tiga bagian: CANCEL (benar-benar gak penting dan bisa dihapus), NEED (hal pokok seperti makan atau tempat tinggal), dan JOY (pengeluaran yang bikin kamu bahagia). Dengan cara ini, kamu bisa melihat gambaran utuh pengeluaran dan memilih mana yang harus benar-benar ditekan tanpa membuat hidup terasa hampa.
Selain itu, penggunaan aplikasi keuangan juga bisa membantu mendeteksi biaya tersembunyi seperti biaya bank, langganan ganda, atau bahkan double charge. Jadi, kamu bukan sekadar memangkas, tapi juga lebih cerdas dalam mengatur alur uang.
2. Menganggap tagihan tidak bisa dinegosiasikan

Kesalahan berikutnya adalah berpikir semua tagihan sudah harga mati. Padahal, banyak biaya bulanan bisa diturunkan kalau kamu mau sedikit berusaha. Mulai dari internet, asuransi kendaraan, sampai bunga kartu kredit, semuanya bisa lebih ringan kalau kamu berani negosiasi atau membandingkan dengan penyedia lain.
Menurut Beeston, kamu bisa mencoba menelepon penyedia layanan dan memberi tahu rencana untuk pindah ke kompetitor. Gak jarang, mereka langsung menawarkan potongan harga agar kamu tetap jadi pelanggan. Hal yang sama berlaku untuk asuransi mobil, rumah, atau bahkan bunga pinjaman rumah.
Anggap saja sebagai permainan kecil: seberapa banyak tagihan bulanan yang bisa kamu turunkan? Risiko terburuknya hanya ditolak, tapi kalau berhasil, kamu bisa hemat ratusan ribu hingga jutaan rupiah per tahun.
3. Mengirit perbaikan rumah dengan cara DIY

Sebagian orang memilih menghemat dengan cara mengerjakan sendiri perbaikan rumah. Sekilas memang terlihat hemat, tapi kalau kamu gak benar-benar paham, hasilnya bisa bikin pengeluaran lebih besar. Misalnya, memperbaiki keran bocor sendiri malah membuat pipa rusak parah dan akhirnya harus memanggil tukang dengan biaya lebih mahal.
Menurut Melanie Musson, pakar keuangan dari InsuranceProviders.com, mempercayakan perbaikan pada profesional justru sering lebih aman. Hal terpenting, pilihlah tenaga ahli dengan reputasi baik, bukan hanya yang paling murah.
Kalau asal pilih tukang hanya karena tarifnya rendah tanpa cek referensi, masalah yang muncul bisa lebih serius daripada kondisi awal. Dengan kata lain, investasi pada perbaikan yang berkualitas akan jauh lebih hemat dalam jangka panjang dibanding mencoba mengirit secara instan.
4. Berinvestasi tanpa pengetahuan

Kesalahan terakhir yang sering dilakukan kelas menengah adalah terjun ke dunia investasi tanpa bekal informasi yang cukup. Alih-alih menambah kekayaan, keputusan sembrono ini malah bisa menguras tabunganmu, lho. Banyak orang tergoda ikut-ikutan tren investasi hanya karena melihat teman atau orang lain mendapat untung besar.
Musson menekankan bahwa lebih baik kamu menggunakan jasa profesional atau penasihat keuangan yang bisa membantu mengambil keputusan tepat. Biaya untuk jasa mereka biasanya bisa tertutup dari keuntungan investasi yang lebih terarah. Jadi, daripada nekat berinvestasi sendiri tanpa paham risiko, lebih bijak kalau kamu belajar dulu atau mencari bimbingan ahli.
Berhemat itu bukan sekadar menahan diri dari belanja atau mengurangi pengeluaran secara acak, lho. Ada strategi yang harus kamu pahami supaya uangmu bukan malah bocor di tempat lain.
Mulai dari menganalisis pengeluaran dengan benar, berani menegosiasikan tagihan, memilih perbaikan rumah yang berkualitas, sampai bijak dalam berinvestasi, semuanya bisa membuat kondisi finansialmu lebih stabil. Kalau kamu bisa menghindari kesalahan-kesalahan di atas, berhemat gak akan terasa menyiksa, tapi malah jadi langkah cerdas untuk membangun masa depan keuangan yang lebih aman.