Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perhatikan 6 Hal Ini sebelum Hidup dengan Prinsip Santai tapi Pasti

ilustrasi santai (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Apabila kamu menganut prinsip santai tapi pasti, seluruh aspek dalam kehidupanmu bakal terpengaruh. Termasuk gayamu dalam menyikapi sesuatu bahkan caramu bekerja.

Meski prinsip santai tapi pasti bermanfaat untuk menurunkan tingkat stres, kamu perlu berhati-hati. Prinsip ini dapat menjadi sumber masalah dalam kehidupanmu kalau kamu mengabaikan enam hal berikut ini yang semestinya diperhatikan baik-baik.

1. Harus tetap tahu dan konsisten dengan tujuan hidupmu

ilustrasi memotret (pexels.com/Lisa Fotios)

Bila hanya asal santai, kamu pasti paling gak suka saat ditanya tentang tujuan hidupmu. Bukan lantaran merasa itu privasimu, melainkan kamu sebenarnya tidak paham tentang arah yang hendak dituju dalam kehidupanmu sendiri.

Jika tersesat berarti kamu tahu alamat yang akan dituju tetapi keliru mengambil jalan, kali ini lebih parah. Tanpa mengerti tujuan hidup, semua arah bisa terasa benar atau justru salah. Kamu cuma bakal menghabiskan hidup dengan cara-cara yang gak jelas dan tak ada hasilnya.

2. Jangan jadi penghambat bagi orang lain

ilustrasi bekerja bersama teman (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Santai boleh saja. Akan tetapi, lihat juga kepentingan bersama yang harus dikejar serta orang-orang di sekitarmu. Dalam hal pekerjaan misalnya, sikap santaimu tak boleh sampai menghambat tugas teman-temanmu.

Ketika semua orang menunggu hasil kerja yang cepat darimu, kamu sendiri tidak boleh cuek saja dan bekerja dengan lambat. Tambah kecepatanmu supaya kamu tidak menjadi rintangan bagi orang lain.

3. Partner kerjamu juga wajib diyakinkan bahwa kamu taat soal deadline

ilustrasi bersama partner kerja (pexels.com/Yan Krukov)

Santai tapi pasti adalah prinsip hidupmu. Masalahnya, di dunia ini kamu juga berurusan atau bekerja sama dengan orang banyak. Kamu tidak akan dapat meyakinkan semua orang bahwa dirimu mampu memenuhi deadline kalau sikapmu terlalu santai.

Hanya orang-orang yang sudah sangat lama mengenalmu yang akan percaya. Selebihnya, kamu perlu menunjukkan upaya yang lebih serius serta gerakan yang lebih cepat agar mereka yakin bahwa kamu memang dapat diandalkan.

4. Wajib tahu kapan kamu perlu lebih serius

ilustrasi serius bekerja (pexels.com/PNW Production)

Walaupun prinsipmu baik, repot jadinya bila kamu kurang bijaksana dalam penerapannya. Apabila kondisi menuntut kamu untuk tidak bersantai-santai terlebih dahulu, 'mengalahlah' dengan prinsipmu itu.

Selain untuk meyakinkan orang lain yang sempat ragu padamu, menjadi lebih serius saat diperlukan berguna agar kamu tak terkesan meremehkan suatu urusan. Kamu barangkali memang sedang dihadapkan pada persoalan yang perlu dipikirkan dengan lebih berhati-hati.

5. Semangat mengembangkan diri jangan kendur, ya!

ilustrasi menulis di kamar (pexels.com/ArtHouse Studio)

Gara-gara memegang prinsip santai tapi pasti, kamu lantas seperti tidak punya keinginan untuk mengembangkan diri. Kamu terlalu gampang puas dengan hal-hal yang telah dimiliki saat ini dan tak tertantang buat upgrade diri.

Kamu harus tahu nih, bahwa satu-satunya kepastian yang ada kalau kamu tak mau mengembang diri adalah kehidupanmu bakal makin mundur. Bisa-bisa kamu menjadi orang yang ketinggalan zaman atau skill yang dipunyai tidak lagi sesuai dengan yang dibutuhkan.

6. Terlarang untuk menjadikan prinsip ini sebagai topeng dari kemalasanmu

ilustrasi tidur (pexels.com/Miriam Alonso)

Bila kamu punya sifat pemalas, yang harus segera dilakukan ialah belajar membuangnya. Bukan malah membuatnya menjadi-jadi dengan bilang bahwa prinsip hidupmu adalah santai tapi pasti.

Dua hal tersebut amat berbeda. Dengan prinsip santai tapi pasti, kamu hanya mencoba untuk mencegah stres dan melakukan segalanya secara bertahap sampai tujuan tercapai. Sedang jika kamu malas, kamu tak akan peduli pada tujuan tersebut.

Apabila prinsip santai tapi pasti dipahami serta diaplikasikan dengan baik, manfaatnya pasti terasa. Kamu meraih target-target dalam kehidupanmu dengan kondisi fisik dan mental yang tetap sehat. Yuk, lekas terapkan tanpa mengabaikan enam hal di atas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us