5 Pertanyaan Ini Bisa Bikin Kamu Menahan Diri untuk Flexing

Kita hidup di era media sosial, di mana apa yang kita miliki atau capai bisa dengan mudah kita tunjukkan ke dunia. Namun, pernah, gak, kamu ngerasa terlalu sering ingin flexing atau pamer?
Sebenarnya, gak ada yang salah dengan merayakan pencapaianmu. Akan tetapi, kalau sampai jadi kebiasaan yang berlebihan, itu bisa berdampak buruk, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Nah, sebelum kamu memutuskan buat flexing, coba tanyakan lima pertanyaan ini ke diri sendiri. Siapa tahu, jawabannya bisa bikin kamu lebih bijak!
1. "Apa tujuan aku melakukan ini?"

Sebelum kamu nge-post foto barang baru atau pencapaian tertentu, coba tanya ke diri sendiri: apakah ini untuk berbagi kebahagiaan atau cuma untuk validasi dari orang lain? Kalau tujuannya lebih ke cari perhatian, mungkin kamu perlu berhenti sejenak. Keinginan untuk diakui itu manusiawi, tapi kalau terus-terusan, lama-lama kamu akan capek mengikuti standar orang lain. Dengan memahami tujuanmu, kamu jadi lebih sadar akan apa yang benar-benar kamu butuhkan, bukan cuma apa yang terlihat keren.
Kadang, memamerkan sesuatu bukanlah masalah besar, tapi saat itu didasari rasa insecure atau ingin membandingkan diri, itu bisa berbahaya. Mengidentifikasi alasan di balik tindakanmu akan membantumu mengendalikan dorongan tersebut. Jadi, pastikan niatmu tulus, bukan sekadar mengejar validasi.
2. "Apa yang akan aku rasakan setelah ini?"

Pikirkan, bagaimana perasaanmu setelah flexing? Apakah kamu akan merasa puas, atau justru khawatir karena takut dihakimi? Kalau hasil akhirnya bikin kamu gak nyaman, mungkin itu pertanda untuk gak melakukannya. Kita sering lupa bahwa kebahagiaan sejati gak datang dari pujian atau jumlah like di media sosial.
Flexing kadang cuma bikin kamu terjebak di siklus membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Daripada sibuk membangun citra online, lebih baik fokus pada hal-hal yang bikin kamu bahagia secara pribadi. Percayalah, kebahagiaan itu lebih penting daripada validasi semu dari dunia maya.
3. "Apakah aku merugikan orang lain?"

Flexing yang gak bijak kadang bikin orang lain merasa iri atau minder. Walaupun bukan tanggung jawabmu untuk mengatur perasaan orang lain, tapi ada baiknya kita peka terhadap dampak tindakan kita. Apalagi kalau flexing-nya soal hal-hal sensitif, seperti kemewahan atau keberhasilan di tengah kesulitan orang lain.
Dengan memikirkan perspektif orang lain, kamu bisa lebih bijak dalam berbagi cerita. Bukannya mengurangi kebahagiaanmu, justru ini mengajarkan kamu untuk lebih empati. Pada akhirnya, berbagi yang tulus akan terasa lebih berkesan daripada sekadar pamer.
4. "Apa aku sedang membandingkan diriku dengan orang lain?"

Penting untuk sadar, apakah keinginan flexing datang dari hati atau sekadar karena ingin membuktikan bahwa kamu ‘lebih’ dibanding orang lain? Membandingkan diri hanya akan menumbuhkan rasa kompetisi yang gak sehat. Bukannya bahagia, kamu malah merasa tertekan karena terus-terusan harus terlihat sempurna.
Fokuslah pada perjalananmu sendiri. Kita semua punya waktu dan jalannya masing-masing. Ketika kamu berhenti membandingkan, kamu akan sadar bahwa hidupmu sudah cukup dan layak dirayakan tanpa perlu persetujuan dari orang lain.
5. "Apa yang bisa aku syukuri hari ini?"

Daripada sibuk mikirin hal-hal yang bisa dipamerkan, coba alihkan perhatianmu untuk mensyukuri apa yang sudah kamu miliki. Rasa syukur adalah kunci untuk merasa cukup. Ketika kamu fokus pada hal-hal positif dalam hidupmu, keinginan untuk flexing akan berkurang dengan sendirinya.
Syukur juga membuat kamu lebih sadar bahwa kebahagiaan sejati datang dari hal-hal sederhana. Mungkin itu waktu bersama keluarga, teman, atau sekadar menikmati hari tanpa tekanan. Jadi, sebelum memutuskan untuk flexing, coba lihat kembali apa yang sebenarnya sudah membuatmu bahagia.
Flexing memang terlihat menyenangkan, tapi pada akhirnya, kebahagiaan sejati gak datang dari validasi orang lain. Dengan mempertanyakan niat dan dampak dari tindakanmu, kamu bisa lebih bijak dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Ingat, hidupmu adalah perjalananmu sendiri, jadi rayakan dengan cara yang sehat dan tulus.