Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Pola Pikir ‘Burung Unta’ yang Diam-diam Bikin Hidupmu Mandek

ilustrasi murung (freepik.com/freepik)
ilustrasi murung (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Menunda informasi penting hanya menunda masalah
  • Menghindari kebenaran untuk menjaga citra diri
  • Ketakutan terhadap perubahan membuat stagnan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah merasa lebih tenang saat memilih untuk “tidak tahu”? Seperti menunda buka hasil tes kesehatan, menghindari cek saldo rekening, atau pura-pura gak melihat tanda-tanda hubungan yang mulai renggang. Ternyata kamu gak sendirian, lho.

Banyak orang punya kebiasaan ini tanpa sadar, memilih untuk tidak tahu karena dianggap lebih aman secara emosional. Dalam psikologi, perilaku ini disebut ostrish effect atau “pola pikir burung unta”.

Menurut penelitian dalam Psychological Science oleh Radhika Santhanagopalan dari University of Chicago, kebiasaan menghindari informasi bukanlah hal sepele. Penelitian tersebut menemukan bahwa seiring bertambahnya usia, manusia justru semakin sering menolak informasi penting, meskipun informasi itu gratis, relevan, dan bisa membantu pengambilan keputusan. Pola pikir ini memang terasa nyaman di awal, tapi efek jangka panjangnya bisa membuat hidupmu jalan di tempat.

Berikut enam pola pikir “burung unta” yang diam-diam bisa bikin kamu susah berkembang.

1. Berpikir bahwa “tidak tahu” berarti “tidak ada masalah”

ilustrasi merenung (pexels.com/Khoa Võ)
ilustrasi merenung (pexels.com/Khoa Võ)

Pola ini sering muncul saat kamu sengaja menolak kenyataan. Misalnya, menunda periksa kesehatan karena takut hasilnya buruk. Padahal, rasa takut itu justru memperbesar risikonya.

Menurut temuan dalam Psychological Science, banyak orang menolak informasi karena ingin melindungi diri dari emosi negatif. Sayangnya, menghindar tidak membuat masalah hilang, hanya menunda waktu sampai dampaknya terasa lebih besar.

Kamu mungkin merasa lega sementara waktu, tapi masalah tetap berjalan di belakang layar. Sikap ini bisa bikin kamu kehilangan kesempatan memperbaiki sesuatu sebelum terlambat.

2. Ingin terlihat baik, tapi takut mengakui kelemahan

ilustrasi tatapan serius (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi tatapan serius (pexels.com/cottonbro studio)

Sebagian orang lebih memilih tidak tahu karena ingin mempertahankan citra diri. Dalam penelitian Santhanagopalan, anak-anak yang lebih tua mulai menghindari informasi supaya tetap terlihat adil, padahal keputusan mereka tetap egois. Pola serupa sering terbawa sampai dewasa.

Kamu mungkin gak mau menerima kritik karena takut terlihat lemah. Padahal, menolak informasi berarti menolak kesempatan belajar. Rasa ingin tampak “selalu benar” bisa jadi penghalang terbesar untuk tumbuh lebih baik.

3. Menghindari keputusan sulit demi rasa aman semu

ilustrasi tagihan (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi tagihan (freepik.com/rawpixel.com)

Pola pikir burung unta sering muncul saat kamu dihadapkan pada keputusan penting. Daripada menghadapi ketidakpastian, kamu memilih menunda atau tidak mengambil keputusan sama sekali. Misalnya, gak membuka tagihan, tidak menimbang tawaran kerja baru, atau enggan memulai percakapan sulit dengan pasangan.

Padahal, keputusan yang dihindari bukan berarti menghilang, lho. Semakin lama kamu menundanya, semakin besar tekanan yang harus dihadapi nanti. Keberanian untuk melihat fakta sering kali lebih menyelamatkan dibanding terus bersembunyi di balik “nanti saja”.

4. Mengira menghindar bisa melindungi perasaan

ilustrasi murung (freepik.com/Freepik)
ilustrasi murung (freepik.com/Freepik)

Kamu mungkin berpikir, “Aku cuma ingin menjaga mood, biar gak stres.” Masalahnya, pola ini membuatmu menumpuk rasa takut tanpa sadar. Menurut hasil eksperimen dalam penelitian Santhanagopalan, bahkan anak-anak yang biasanya sangat penasaran bisa menghindari informasi ketika diminta “melindungi emosinya”.

Artinya, kebiasaan melindungi perasaan dengan cara menghindar sudah terbentuk sejak dini. Tapi semakin sering kamu melakukannya, semakin kecil kemampuanmu menghadapi hal tidak nyaman. Lama-lama, ketenangan yang kamu kejar berubah jadi ketakutan yang membatasi hidupmu sendiri.

5. Membenarkan tindakan egois dengan alasan “tidak tahu”

ilustrasi cuek (vecteezy.com/Oleg Gapeenko)
ilustrasi cuek (vecteezy.com/Oleg Gapeenko)

Salah satu bentuk paling halus dari efek burung unta adalah pembenaran diri. Misalnya, gak mau tahu soal praktik tidak etis merek favoritmu, agar kamu tetap bisa menikmati produknya tanpa rasa bersalah. Dalam penelitian tersebut, orang dewasa sering “memakai selubung ketidaktahuan” untuk merasa tetap baik, padahal keputusan mereka jelas menguntungkan diri sendiri.

Kamu mungkin gak sadar sedang melatih otak untuk berbohong demi kenyamanan. Tapi setiap kali kamu memilih tidak tahu, kamu juga memilih untuk tidak bertanggung jawab penuh atas tindakanmu.

6. Merasa nyaman dalam ketidaktahuan karena takut perubahan

ilustrasi ngopi (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi ngopi (pexels.com/MART PRODUCTION)

Rasa takut menghadapi kebenaran sering membuat orang lebih memilih stagnan. Pola pikir ini menciptakan zona nyaman palsu, yakni tenang di permukaan, tapi menahan pertumbuhan di dalam. Santhanagopalan menyebut hal ini sebagai “paradoks perkembangan”: manusia lahir dengan rasa ingin tahu tinggi, tapi seiring waktu, justru belajar untuk menolak pengetahuan yang tidak menyenangkan.

Kamu mungkin gak menyadari, tapi semakin sering menolak kebenaran, semakin sempit pandanganmu terhadap dunia. Akibatnya, kamu bisa kehilangan kemampuan beradaptasi dan makin sulit menerima hal baru.

Menghindari informasi terasa menenangkan sesaat, tapi jangka panjangnya justru menahan langkahmu. Setiap kali kamu menolak tahu sesuatu karena takut kecewa, kamu juga menolak kesempatan memperbaiki diri. Rasa ingin tahu adalah bagian alami dari manusia, tapi sering kali kita menekannya demi kenyamanan semu.

Kamu gak harus tahu segalanya sekaligus, kok. Tapi berani melihat fakta, seburuk apa pun itu, adalah langkah pertama menuju hidup yang lebih jujur dan berkembang. Kepala boleh sesekali ditundukkan, tapi jangan sampai terkubur di pasir seperti burung unta.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

Karier Zodiak Minggu Ketiga Oktober 2025, Libra Fokus Bekerja

13 Okt 2025, 08:00 WIBLife