Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Rekomendasi Novel dengan Isu Bunuh Diri, Baca saat Mood Stabil!

ilustrasi novel dengan isu bunuh diri (www.gramedia.com/novel)

Perasaan miris muncul tiap kali melihat berita bunuh diri di berita. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa memiliki keinginan serupa. Itu sebabnya, masyarakat perlu lebih peka terhadap isu tersebut agar bisa saling membantu dan menjadi support system. Namun ingatlah untuk memberi dukungan tanpa mencela dan menghakimi.

Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk memahami isu bunuh diri adalah dengan membaca buku fiksi yang mengangkat isu sejenis. Sebab lewat cerita, pembaca tidak hanya memperoleh informasi tetapi juga bisa merasakan emosi di baliknya. Beberapa rekomendasi novel berikut ini sangat cocok dibaca jika kalian mencari novel dengan isu bunuh diri tetapi tidak mempromosikan tindakan tersebut. Selamat membaca!

1. All The Bright Places (Tempat-Tempat Terang) karya Jenniver Niven

All The Bright Places karya Jenniver Niven (goodreads.com/All The Bright Places karya Jenniver Niven)

Theodore Finch sudah cukup lama terobsesi dengan kematian dan bunuh diri tetapi selalu terhentikan oleh setiap hal sepele yang positif. Sementara itu Violet Markey adalah gadis yang tengah dilanda kesedihan mendalam akibat kematian kakaknya. Keduanya bertemu di tubir menara lonceng sekolah dan secara tak langsung menghentikan satu sama lain dalam usaha bunuh diri.

Finch dan Violet menjadi makin akrab saat mengerjakan tugas kelompok geografi untuk mencari tempat indah di Indiana. Sayang, semuanya tak selalu mulus. Akan tetapi dari buku ini kita akan belajar beberapa fakta terkait kematian dan sejenisnya. Novel ini juga mengajarkan kita mengamati dengan saksama sekeliling kita, entah untuh mendapatkan semangat hidup maupun untuk membantu orang lain mendapatkan kembali semangat hidupnya.

2. Rooftop Buddies karya Honey Dee

Rooftop Buddies karya Honey Dee (goodreads.com/Rooftop Buddies karya Honey Dee)

Buku ini menceritakan pertemuan dua orang yang ingin bunuh diri di atap gedung rumah sakit. Rhe ingin bunuh diri karena tidak tahan dengan rasa sakit akibat kanker yang dideritanya. Sementara itu, Bree ingin mengakhiri penderitaan hidup atas rasa kesepian dan penolakan. Karena satu dan lain hal, mereka memutuskan akan melakukan beberapa hal dalam daftar keinginan sebelum mengakhiri hidup mereka. Namun dalam prosesnya, mereka justru jadi penguat dan penolong satu sama lain agar berhenti memiliki keinginan mengakhiri hidup.

Setipe dengan All The Bright Places (2017), Rooftop Buddies (2018) juga punya vibe petualangan yang menyenangkan disertai bumbu romansa. Di novel ini kita juga akan belajar banyak soal perasaan penderita penyakit mematikan dan ketakutan terbesar mereka. Novel ini juga sedikit banyak membahas soal dampak perundungan, hubungan keluarga, dan usaha-usaha menebar kebaikan.

3. Scheduled Suicide Day karya Akiyoshi Rikako

Scheduled Suicide Day karya Akiyoshi Rikako (gramedia.com/Scheduled Suicide Day karya Akiyoshi Rikako)

Scheduled Suicide Day (2016) mengisahkan perjalanan Rui ke desa yang terkenal sebagai tempat bunuh diri setelah yakin bahwa ibu tirinya telah membunuh ayahnya. Meski awalnya tujuan Rui datang ke sana untuk bunuh diri, ia malah bertemu pemuda misterius yang menghentikan niatnya. Pemuda misterius yang mengaku sebagai hantu itu menawarkan kesepakatan jika dalam seminggu mereka tidak berhasil menemukan bukti kejahatan ibunya, barulah Rui boleh melakukan bunuh diri di tempat itu.

Dari buku ini kita akan belajar bahwa bunuh diri tidak hanya berdampak pada pelaku dan keluarganya, melainkan juga orang-orang di sekitar mereka. Kita akan belajar banyak fakta menohok bahwa bunuh diri bisa menimbulkan kerugian besar bagi orang lain. Bayangkan saja beberapa sosok yang harus mengurus mayat pelaku bunuh diri, atau penduduk di sekitar tempat yang dijadikan lokasi bunuh diri. Mungkin efeknya tak terasa jika hanya satu kejadian. Namun karena novel ini menjelaskan adanya tempat tertentu yang sangat sering dijadikan lokasi bunuh diri, jadi pembaca bisa membayangkan betapa tak nyamannya penduduk setempat.

4. 13 Reason Why karya Jay Asher

13 Reasons Why karya Jay Asher (gramedia.com/13 Reasons Why karya Jay Asher)

Sepulang sekolah, Clay Jensen menemukan paket berisi setumpuk kaset. Masalahnya, pengirim kaset tersebut adalah Hannah Baker—teman sekolahnya yang bunuh diri dua minggu lalu. Yang lebih mencengangkan, dalam kaset itu Hannah menjelaskan alasannya bunuh diri serta siapa saja yang terlibat termasuk Clay. Meski awalnya Clay tak paham dengan tuduhan Hannah, seiring kisah yang diceritahan Clay pun paham mengapa ia menjadi salah satu alasannya.

Novel ini menyedihkan karena sedari awal pembaca tahu Hannah terlambat diselamatkan dan protagonisnya sendiri adalah orang yang tengah berduka atas kematiannya. Cerita ini secara pelan tapi pasti memperlihatkan bahwa masalah kecil bisa berkembang makin besar layaknya bola salju yang menggelinding di lereng. Selain isu bunuh diri, cerita ini juga membahas banyak isu mengenai persahabatan, gosip, rasa bersalah, dan pelecehan seksual. Lewat buku ini kita juga diingatkan kembali untuk tidak berpaling saat ada orang yang tengah meminta tolong, karena mungkin itu adalah upaya terakhir mereka.

5. Memoar Marla karya Safira Hapsari

Memoar Marla karya Safira Hapsari (goodreads.com/Memoar Marla karya Safira Hapsari)

Buku ini menceritakan tentang tokoh Claudia yang mendapatkan surat teror tanpa nama dan memaksanya kembali mengenang sosok Marla, salah satu teman sekolahnya yang bunuh diri lima tahun lalu di malam prom night. Rasa bersalah kembali menghantui Claudia karena sehari sebelum kematian gadis itu, Claudia sempat mengabaikannya. Dibantu kedua sahabatnya, Kenzo dan Alva, Claudia berusaha mengungkap siapa dalang di balik teror tersebut.

Fakta-fakta yang ia temukan kemudian mengungkap seterpuruk apa Marla sehingga gadis itu nekat mengakhiri hidupnya. Dari buku ini kita akan belajar bahwa harapan hanya bisa digapai oleh mereka yang masih hidup. Jadi secara tidak langsung penulis berusaha memberi dukungan kepada orang-orang yang merasa hidupnya tak lagi berarti agar tetap memegang harapan sampai akhir. Jika hari ini keadaan belum membaik, masih ada hari esok yang bisa dinanti.

6. Second Sister (Putri Kedua) karya Chan Ho-Kei

Second Sister karya Chan Ho-Kei (gramedia.com/Second Sister karya Chan Ho-Kei)

Cyber bullying atau perundungan di dunia maya pasti tak asing lagi bagi masyarakat. Second Sister (2021) akan mengulik lebih dalam mengenai isu tersebut. Setelah mengalami pelecehan seksual di trasportasi umum dan perundungan di dunia maya, Siu-Man memilih mengakhiri hidupnya. Sang kakak yang tak terima dengan kematian malang adiknya meminta bantuan seorang peretas handal dengan julukan N demi memulihkan nama baik adiknya.

Novel ini membawa pesan menohok bahwa dengan kemajuan teknologi seperti sekarang, tak perlu adanya kehadiran nyata untuk membunuh seseorang. Penyebaran gosip, ancaman, dan komentar kebencian sudah cukup ampuh dijadikan senjata untuk mengakhiri hidup seseorang. Betapa miris bahwa pengguna internet sering kali lupa bahwa interaksi mereka di dunia maya bukan hanya dengan subjek mati, melainkan dengan sesama manusia lain yang memiliki perasaan dan emosi.

Meski secara keseluruhan novel dalam daftar rekomendasi tadi tidak mempropagandakan tindakan bunuh diri, tetapi dalam membawakan ceritanya mungkin ada beberapa dialog, monolog, atau narasi yang terkesan meromantisasi bunuh diri. Hal tersebut agar pembaca lebih bisa memahami pikiran-pikiran para tokohnya saat mereka sedang tidak baik-baik saja. Disarankan membaca saat mood memungkinkan untuk menyaring informasi lebih selektif. Jika kalian memerlukan dukungan ahli saat mengalami emosi negatif, silakan hubungi LISA Suicide Prevention Helpline (Love Inside Suicide Awareness) berbahasa Indonesia di nomor +62 811 3855 472.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us