“Rumah Atsiri kan sebenarnya lahirnya dari heritage. Tempatnya yang ngebangun Bung Karno di tahun 1963. Ada nilai Indonesia yang sangat kuat,” kata Natasha saat ditemui di Jakarta Selatan pada Kamis (30/10/2025).
Saat Wangi Nusantara Warnai Pengalaman Terbang di Indonesia

- Rumah Atsiri dan Garuda Indonesia kolaborasi hadirkan aroma khas Nusantara di udara
 - Wangi serai lembut dan kehangatan dari patchouli bisa dinikmati di dalam kabin pesawat
 - Kolaborasi ini menunjukkan komitmen terhadap nilai keberlanjutan dan merayakan alam Indonesia
 
Jakarta, IDN Times - Kolaborasi Garuda Indonesia dan Rumah Atsiri membawa cerita dan pengalaman baru di udara. Bukan soal jarak dan tujuan, tapi wewangian bisa menjadi elemen yang membangkitkan sisi emosional penumpang sepanjang perjalanan di udara.
Lewat kolaborasi bertajuk “Wangi Mengudara”, kampanye ini bertujuan menghadirkan pengalaman perjalanan udara yang lebih bermakna dengan memperkenalkan keharuman khas Nusantara yang alami dan ramah lingkungan.
1. Hadirkan aroma yang menyimpan jejak sejarah

Sebagai destinasi aromatic wellness, Rumah Atsiri menawarkan pengalaman multisensori yang berakar dari kekayaan botani Indonesia. Founder Rumah Atsiri Indonesia Natasha Clairine mengatakan bahwa perjalanan ini berangkat dari satu misi: agar kekayaan aroma Indonesia dikenal oleh bangsanya sendiri, lalu oleh dunia.
Itu sebabnya, seluruh wewangian dari Atsiri identik dengan aroma yang sangat tradisional. Bukan sekadar wangi, tetapi ada jejak sejarah dan cerita panjang yang ingin dikenalkan pada dunia.
2. Kolaborasi yang membawa kekhasan aroma Indonesia seperti serai dan patchouli

Wangi serai lembut dan kehangatan dari patchouli atau nilam bisa kamu temukan di dalam kabin pesawat lewat kolaborasi ini. Kampanye “Wangi Mengudara” menunjukkan komitmen terhadap nilai keberlanjutan yang digabungkan dengan inovasi sensorik khas Indonesia. Salah satu bentuk kolaborasinya, tersedia 1963 Reed Diffuser (50 ml) yang menebarkan aroma serai khas Rumah Atsiri serta 1941 Eau de Parfum (100 ml) yang memberikan kesegaran dengan wangi nilam yang membumi.
Kedua produk tersebut menunjukkan ciri khas Rumah Atsiri Indonesia yang lahir dari bangunan tahun 1963. Ada filosofi mengenai aroma patchouli yang khas dengan Indonesia. Natasha menyebut patchouli sebagai salah satu kandungan yang ada di parfum-parfum mahal dunia.
Lewat ceritanya saat mengunjungi pameran aroma di London, Natasha merasa kaget karena orang luar negeri sekalipun memberi klaim bahwa patchouli ditanam di Sumatera. Ia mengatakan bahwa kandungan ini paling bagus dari Aceh. Itu sebabnya, salah satu parfum yang ada di kabin adalah 1941 yang erat dengan nuansa kayu, tanah, mawar, melati, serta nilam (patchouli) sebagai bottom notes.
"Nah, kenapa 1941? Karena parfum itu mengandung patchouli yang khas banget sama Indonesia, dan sebenernya dipakai di seluruh dunia. Nah, 1941 sendiri itu adalah tahun pertama kali patchouli diekspor dari Indonesia," katanya.
3. Dari alam ke kabin pesawat, “From Nature to Future”

Di balik pengalaman aromatik ini, Garuda Indonesia dan Rumah Atsiri berbagi visi yang sama, yaitu merayakan alam Indonesia sambil menjaga keberlanjutannya.
“Gak hanya menghadirkan aroma, tetapi ada value yang lebih daripada menghadirkan aroma. Ada satu kesamaan nilai antara Garuda Indonesia dan Rumah Atsiri, yaitu sustainability atau keberlangsungan,” ungkap Vanny Prihatiningsih, Inflight Service Group Head Garuda Indonesia.
Penumpang yang terbang dengan Garuda Indonesia special livery “From Nature to Future” (registrasi PK-GFX) akan menikmati sentuhan aromatik khas Rumah Atsiri sepanjang Februari sampai November 2025. Selain reed diffuser dan eu de parfum, juga ada multiuse headrest cover yang didesain eksklusif berbahan kulit sehingga bisa dipakai berulang kali.
Lewat “Wangi Mengudara”, aroma Nusantara kini gak hanya bisa dinikmati di daratan saja. Ini menjadi pesan bahwa Indonesia punya beragam kekayaan yang patut dilestarikan dan dikenalkan pada dunia.



















