Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Seijin No Hi, Mengapa Jepang Merayakan Hari Menjadi Dewasa?

ilustrasi orang jepang (pexels.com/cottonbro studio)

Hari ulang tahun, biasanya menjadi salah satu momen yang paling dinantikan bukan? Lalu, bagaimana jika negara ikut merayakan momen tersebut? Yups, dirayakan oleh negara. Jepang membuat perayaan bernama Seijin no Hi, khusus untuk kalian yang berusia 20 tahun. Bahkan, hari perayaan menjadi dewasa tersebut dijadikan sebagai hari libur resmi lho

Usia 20 tahun, menjadi masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Menjadi dewasa merupakan cita-cita dari semua anak remaja. Jepang sangat serius dalam memandang status dewasa, sehingga dibuatkan upacara Seijin no Hi untuk menyambutnya. 

1. Apa itu Seijin no Hi?

ilustrasi wanita muda jepang (pexels.com/David Dibert)

Seijin no Hi atau Hari Kedewasaan merupakan sebuah perayaan di Jepang yang didedikasikan untuk semua orang yang telah dan akan berusia genap 20 tahun. Awalnya, perayaan ini dilakukan setiap tanggal 15 Januari. Kemudian, pada tahun 1999 diubah menjadi setiap hari senin di minggu kedua bulan Januari di kuil setempat. Mereka diresmikan menjadi dewasa dan diperbolehkan untuk merokok, minum alkohol, dan mengikuti pemilihan umum. 

Hari kedewasaan ini dilakukan secara simbolis dengan pergantian jubah dan gaya rambut, sebagai tanda peralihan mereka dari remaja menuju dewasa. Setelah peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menaruh harapan kepada generasi muda untuk mengambil peran dan bertanggung jawab kepada negara. Kemudian, mereka menerima tanggung jawab ini dengan menghadiri upacara kedewasaan. 

Seijin no Hi ditetapkan sebagai hari libur resmi Jepang sejak tahun 1948. Generasi muda dipercaya bisa mengambil peran dan berdampak terhadap masa depan negara. Oleh karena itu, Jepang sangat serius dalam memandang status dewasa. Anak usia dini mulai diajarkan etika, doktrin agama, dan upacara yang benar untuk menjaga tradisi lama keluarganya, sebagai bentuk persiapan menuju dewasa. 

2. Awal mula perayaan Seijin no Hi

ilustrasi seijin no hi (pexels.com/Marcel Kodama)

Seijin no Hi telah dilakukan sejak Periode Nara (710-794 M), lebih spesifikasinya pada tahun 714 M. Pada saat itu, ada seorang pangeran muda yang menandai kedewasaannya dengan mengenakan jubah dan menata rambut seperti orang dewasa. Kemudian, ritual kedewasaan ini dilakukan oleh orang Tionghoa pada masa Dinasti Tang.

Awalnya, ritual hari kedewasaan hanya dilakukan oleh para bangsawan Jepang. Para bangsawan Jepang telah melatih anak-anak mulai usia tiga atau empat tahun untuk melakukan persiapan menjadi dewasa. Kemudian, ritual ini diikuti oleh seluruh warga Jepang. 

Pada tahun 1603-1868, hari kedewasaan untuk anak laki-laki dilakukan ketika berusia 15 tahun dengan memotong jambul dan mengikatkan pedang. Sedangkan untuk anak perempuan hari kedewasaan dilakukan ketika usia 13 tahun. Pada saat itu, anak laki-laki menerima helm samurai atau topi pengadilan, dan anak perempuan menerima rok lipit. Kemudian, usia dewasa resmi ditetapkan ketika berusia 20 tahun sejak tahun 1876.

3. Ritual Seijin no Hi

ilustrasi seijin no hi (pexels.com/Nguyen Hung)

Dalam pelaksanaannya, anak perempuan menggunakan pakaian furisode dan anak laki-laki memakai hakama atau jas hitam. Furisode merupakan jenis kimono lengan panjang untuk perempuan yang belum menikah, dan dianggap sebagai kimono paling formal untuk menghadiri upacara. Furisode memiliki warna dan motif yang cerah dengan didominasi oleh pola bunga. Sedangkan hakama merupakan pakaian tujuh lipatan yang diikat di pinggang dan jatuh di mata kaki.

Pada saat upacara, peserta Seijin no Hi akan diberikan nasihat oleh walikota. Nasihat tersebut berisi tentang menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, mengejar mimpi dan hal-hal lain yang boleh dilakukan oleh orang dewasa dan tidak melanggar hukum. Kemudian, perwakilan dari peserta akan memberi sambutan mengenai perasaan, kesan, semangat, impian dan tujuan setelah resmi menjadi dewasa. 

Kemudian di tengah acara, peserta akan diberikan segelas alkohol atau sake sebagai peresmian menjadi orang dewasa. Lalu, dilanjutkan dengan acara hiburan berupa kegiatan penampilan dan undian. Setelah upacara selesai, terkadang beberapa peserta melanjutkan acara minum alkohol (drinking party) bersama keluarga, teman dan orang-orang terdekat. 

Usia 20 tahun, menjadi awal kita menjalani kehidupan sebagai orang dewasa. Generasi muda dengan usia 20an, biasanya memiliki mimpi dan semangat yang menggebu-gebu untuk mewujudkannya. Menjadi dewasa, berarti memiliki peran dan tanggung jawab yang baru dalam kehidupan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nida Ainayya
EditorNida Ainayya
Follow Us