Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sembuhkan Inner Child dan Hindari Niat Akhiri Hidup dengan HappySelf

Ilustrasi stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Peringatan World Mental Health Day 2024 yang berfokus pada kesehatan mental di tempat kerja, relevan bagi generasi muda Indonesia.
  • Kasus bunuh diri di kalangan pelajar dan pekerja muda semakin meningkat, menunjukkan minimnya pemahaman dan penanganan terhadap masalah kesehatan mental.
  • Tips preventif untuk mendeteksi dan mencegah bunuh diri antara lain berbicara dengan empati, memperhatikan perubahan pola tidur dan makan, serta membantu mendapatkan bantuan profesional.

Dalam rangka menyambut peringatan World Mental Health Day 2024 yang akan jatuh pada tanggal 10 Oktober mendatang, perhatian masyarakat kembali tertuju pada pentingnya pemahaman atas kesehatan mental. Tahun ini, tema global yang diangkat adalah ‘Saatnya untuk Memprioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja’ yang dirasa sangat relevan dengan masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan dewasa muda.

Maraknya kasus mengakhiri hidup di lingkungan akademis (mahasiswa/pelajar) dan kerja (karyawan) di beberapa tahun terakhir ini, menunjukkan rapuhnya kesehatan mental dan kurangnya pemahaman masyarakat akan topik tersebut. Pemahaman masyarakat mengenai kesehatan mental, pemicu keinginan bunuh diri, serta langkah-langkah preventif yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah usaha bunuh diri, masih minim.

1. Penyebab masalah kesehatan mental bagi generasi muda

Ilustrasi stres (pexels.com/Inzmam Khan)

Banyak generasi muda yang menghadapi tantangan kesehatan mental, mulai dari tekanan akademis, tekanan kerja, hingga ketidakpastian dalam menjalani hidup. Meski hal ini sering dianggap normal, kenyataannya banyak generasi muda yang terpuruk dan berpikir untuk melakukan tindakan ekstrem seperti mengakhiri hidup. Kasus seperti ini di kalangan pelajar dan pekerja muda semakin marak, menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang kesulitan mencari jalan keluar dari permasalahan mentalnya.

Menurut data WHO tahun 2024, lebih dari 720.000 orang di seluruh dunia meninggal karena mengakhiri hidup setiap tahunnya. Yang lebih mengkhawatirkan, kelompok usia 15-29 tahun adalah kelompok yang paling rentan. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI mengutip data dari POLRI yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat 1.350 kematian akibat bunuh diri. Hingga Agustus 2024, mengakhiri hidup bahkan jadi kasus gangguan ketertiban terbanyak keempat. Jika tidak segera bertindak, risiko ini akan semakin mengancam generasi muda.

2. Apa itu inner child?

ilustrasi stres (pexels.com/Liza Summer)

Dalam rilisnya, Coach Pris, Founder HappySelf by Stress Management Indonesia menyatakan, "Salah satu faktor utama yang sering menjadi pemicu keinginan bunuh diri di kalangan generasi muda adalah inner child yang belum terselesaikan."

Inner child mengacu pada bagian dari diri kita yang masih membawa luka atau trauma dari masa kecil. Ketika luka ini tidak diselesaikan, terpiculah reaksi berlebihan terhadap berbagai tantangan atau hal kecil yang bertentangan dengan harapan dan keinginan kita. Generasi muda yang sering kali berada di persimpangan hidup dan menghadapi tekanan besar, lebih rentan terhadap pemicu ini karena belum menemukan cara untuk menghadapi konflik internal tersebut.

Misalnya, seseorang yang memiliki inner child terluka karena kurangnya penerimaan di masa kecil. Ia bisa jadi sangat sensitif terhadap kritik atau penolakan di masa dewasa. Ia mungkin merasa kewalahan oleh tekanan akademis atau kerja. Respons emosionalnya bisa berujung pada perasaan putus asa hingga memicu keinginan untuk mengakhiri hidup.

3. Empat langkah menyembuhkan inner child dan menghindari bunuh diri

ilustrasi stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Langkah-langkah preventif untuk mendeteksi dan mencegah bunuh diri, jadi sangat penting dalam upaya menangani krisis ini. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh keluarga, rekan kerja, dan lingkungan sekitar untuk mendeteksi tanda-tanda dan membantu seseorang yang mungkin berisiko melakukan bunuh diri:

  1. Berbicara dan dengarkan dengan empati: jika kamu mencurigai seseorang berisiko bunuh diri, mulailah dengan berbicara kepadanya. Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi atau memaksakan solusi. Tanyakan secara langsung seperti, "Aku perhatikan kamu sedang tidak baik-baik saja. Apakah ada yang kamu pikirkan?" Meskipun terasa menakutkan, pertanyaan ini tidak akan menginspirasi seseorang untuk mengakhiri hidup. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa kamu peduli.
  2. Perhatikan perubahan pola tidur dan makan: mereka yang ingin mengakhiri hidup, mungkin mengalami kesulitan tidur atau justru tidur berlebihan. Perubahan drastis pada pola makan, baik kehilangan nafsu makan maupun makan berlebihan, juga bisa menjadi tanda.
  3. Bantu mendapatkan bantuan profesional: mengarahkan mereka ke bantuan profesional seperti layanan konseling atau self-healing, sangat penting. Salah satu cara self-healing yang dapat kamu coba adalah buku Self Love Journaling oleh Stress Management Indonesia. Dengan buku Self Love Journaling, kamu bisa menuliskan perasaan dan pikiranmu tanpa takut diketahui orang lain.
  4. Temani untuk tidak sendirian: usahakan agar orang tersebut tidak sendirian dalam waktu lama, terutama pada saat-saat mereka tampak paling rentan. Ajak orang itu beraktivitas ringan atau sekadar berada di sekitar orang lain untuk mengurangi perasaan terisolasi.

4. Program-program dari HappySelf by Stress Management Indonesia

ilustrasi menulis (pexels.com/Mikhail Nilov)

HappySelf by Stress Management Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang berfokus pada kesehatan mental di Indonesia, terus mengembangkan program-program yang mendukung kesejahteraan mental pekerja muda dan pelajar. Salah satu inisiatif HappySelf adalah buku Self Love Journaling yang dapat membantumu mengenali dan mengekspresikan perasaan.

Buku ini bisa jadi langkah awal dalam mencegah keinginan bunuh diri. Self Love Journaling bukan sekadar alat tulis, tapi juga proses healing untuk membantu kita tetap terhubung dengan diri sendiri dan meredakan tekanan yang dirasakan. Menulis adalah salah satu bentuk terapi sederhana yang bisa kamu mulai kapan saja.

Sebagai bagian dari komitmen dalam meningkatkan kesejahteraan mental generasi muda, HappySelf akan mengadakan workshop gratis bertajuk "Inner Child Art Journaling" pada 10 Oktober 2024 dalam rangka World Mental Health Day. Workshop ini dirancang untuk membantumu mengeksplorasi sisi kreativitas sekaligus menyembuhkan luka-luka batin yang mungkin masih tertinggal dari masa kecil. Dengan mengikuti workshop ini, kamu bisa menyelami dan berdamai dengan inner child serta menciptakan kedamaian dan cinta dalam diri. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran gratis, kamu bisa cek instagram @happyselfbysmi.

Proses membantu seseorang yang berisiko, tidak bisa selesai dalam satu percakapan. Teruslah menjalin hubungan dan komunikasi. Berikan dorongan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan terus cek bagaimana kondisinya dari waktu ke waktu.

Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal sedang berjuang dengan pikiran mengakhiri hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan. Bersama-sama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih peduli terhadap kesehatan mental dan saling mendukung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us