Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Sikap yang Bikin Kamu Gak Bisa Memaknai Hidup Secara Utuh

ilustrasi kehidupan (pexels.com/Leah Kelley)
ilustrasi kehidupan (pexels.com/Leah Kelley)

Perlu direnungkan kembali, apakah esensi menjalani kehidupan yang sesungguhnya? Karena beberapa orang cenderung menilai keberhasilan hanya dari segi kemewahan. Sebagian yang lain, mengisi hidup dengan nafsu iri dan keserakahan.

Fenomena tersebut menunjukkan kamu belum bisa membuat makna hidup secara utuh. Perasaan bahagia dan tenang tidak akan menyertai. Kehidupan justru diisi dengan gelisah dan ketakutan. Penting untuk diingat, jangan sampai kamu memelihara sikap kurang baik sebagaimana di bawah ini.

1. Gampang terombang-ambing lingkungan sekitar

ilustrasi pengaruh lingkungan sekitar (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi pengaruh lingkungan sekitar (pexels.com/Kampus Production)

Ketika seseorang sudah mampu memaknai kehidupan secara utuh, kebahagiaan terasa lebih dekat. Ia juga memiliki pendirian yang kuat. Meskipun lingkungan sekitar dikelilingi dengan pengaruh kurang baik.

Namun sayangnya, tidak semua orang bisa memakai hidup secara utuh. Salah satu sebabnya gampang terombang-ambing lingkungan sekitar. Orang-orang seperti mereka tidak memiliki prinsip dan pendirian yang jelas. Mereka mengalami krisis identitas dan tidak mengenal tujuan hidup.

2. Tidak kunjung menghilangkan sifat serakah

ilustrasi memegang uang (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi memegang uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tanpa disadari, sifat serakah sering mendominasi diri. Tidak cukup dengan apa yang sudah dimiliki, kamu malah diliputi dengan perasaan kurang. Alih-alih segera sadar, justru semakin bertindak di luar batas wajar.

Saat ini masih bisa tersenyum puas karena belum merasakan dampaknya. Tapi yang namanya sifat serakah juga tidak bisa dibohongi. Kelak kamu akan merasakan kehidupan tidak utuh. Dirimu tidak benar-benar bahagia  karena menjalani hidup dalam kepalsuan.

3. Masih menjadi orang yang gampang iri

ilustrasi perempuan berkacamata (pexels.com/ArtHouse Studio)
ilustrasi perempuan berkacamata (pexels.com/ArtHouse Studio)

Manusia sudah dikaruniai porsi rezeki masing-masing. Tugas kita menerima dan mengelolanya secara bijaksana. Akan menjadi sebuah kekeliruan saat membandingkan rezeki yang dimiliki dengan kepemilikan orang lain.

Sebuah peringatan untuk kamu yang masih memelihara sikap sedemikian rupa. Tindakan seperti ini disebut iri. Tentunya menjadi sebab tidak bisa memaknai hidup secara utuh. Kamu rela mengotori waktu yang terbatas dengan tindakan fana.

4. Merasa dirinya paling unggul

ilustrasi perempuan angkuh (pexels.com/Dimitry Held)
ilustrasi perempuan angkuh (pexels.com/Dimitry Held)

Saat seseorang mampu memaknai hidup secara utuh, ia merasa lebih tenang dan tentram. Tidak ada ambisi muluk-muluk yang ingin diwujudkan. Segala sesuatunya berjalan dengan penuh keteraturan. Tapi kehidupan juga tidak seideal yang terlihat.

Ada beberapa orang yang tidak bisa memaknai kehidupannya secara menyeluruh. Mereka ini masih memiliki sikap merasa paling unggul. Baginya posisi orang-orang sekitar berada di bawah. Orang-orang seperti mereka tidak menyadari jika sikap angkuh bisa menghancurkan diri.

5. Selalu menuntut diistimewakan lingkungan sekitar

ilustrasi menuntut diperlakukan istimewa (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi menuntut diperlakukan istimewa (pexels.com/RDNE Stock Project)

Sungguh memalukan jika memiliki sikap ingin diistimewakan lingkungan sekitar. Termasuk memerintah orang lain agar hormat dan tunduk. Tanpa perlu bertindak sedemikian rupa, jika kamu menjadi orang bijaksana pasti diperlakukan istimewa.

Tapi lain halnya saat selalu menuntut diistimewakan lingkungan sekitar. Bukan lagi kehormatan yang akan diperoleh, tapi kamu  menuai cibiran. Kehidupan sesaat hanya diisi oleh sikap haus validasi. Kamu tidak pernah berbenah menjadi manusia berkualitas.

6. Tidak mampu menghargai sesama makhluk hidup

ilustrasi memberi makan binatang (pexels.com/Chris Duan)
ilustrasi memberi makan binatang (pexels.com/Chris Duan)

Sikap baik tidak hanya ditunjukkan kepada sesama manusia. Tapi lingkungan sekitar beserta binatang dan tumbuhan di dalamnya berhak mendapat perlakuan yang layak. Sangat tidak bijaksana jika kita menjadi orang yang menindas makhluk hidup lain dan menimbulkan kerusakan.

Terdapat sikap yang bikin kamu gak bisa memaknai hidup secara utuh. Termasuk dengan sikap tidak mampu menghargai sesama makhluk hidup. Tingkah rakus seperti bius yang membuat seseorang terlena dalam kesenangan sesaat. Padahal sikap tidak menghargai sesama makhluk hidup justru merusak keseimbangan diri sendiri.

7. Rasa syukur hanya diucapkan di mulut

ilustrasi merayakan keberhasilan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi merayakan keberhasilan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Manusia yang bijaksana akan selalu mensyukuri nikmat yang sudah dirasakan. Meskipun begitu, nasihat bersyukur secara tulus tidak benar-benar diterapkan. Rasa syukur hanya tersisa di mulut saja.

Jangan lagi dianggap sebagai sikap sederhana. Manusia tanpa rasa syukur tidak bisa memaknai hidup dengan merasa utuh. Ia selalu dibayangi rasa takut dan kekurangan. Patokan hidup hanya dari segi materi dan ambisi, tanpa pernah mengenal kata cukup.

Mampu memaknai hidup secara utuh, kamu turut terbentuk menjadi manusia berkualitas. Tapi semua kembali lagi pada sikap dan tindakan yang diterapkan. Terutama cara mengelola diri dari serangkaian sifat kurang baik. Ini adalah saat yang tepat untuk introspeksi diri, jika masih memiliki sikap di atas, harus sadar untuk berbenah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fajar Laksmita
EditorFajar Laksmita
Follow Us