Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Situasi yang Membuka Watak Asli Orang, Amati daripada Menyesal

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Leszek Czyzewski)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Leszek Czyzewski)

Tidak mudah untuk mengenali watak asli seseorang. Bahkan mengetahui karakter diri sendiri pun dapat terasa sulit bagimu. Ini sebabnya banyak orang merasa kecewa berat terhadap orang yang dikenalnya, termasuk pasangan.

Watak asli pasangan baru diketahui setelah mereka telanjur menikah. Demikian pula dengan sifat-sifat yang kurang baik dari rekan bisnis dan lainnya. Untukmu bisa memperkirakan watak orang memang perlu melakukan observasi atau pengamatan mendalam.

Ini gak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Mungkin butuh waktu beberapa tahun dengan interaksi yang cukup intensif agar dirimu tak salah mengambil kesimpulan. Pengetahuanmu mengenai watak seseorang baru terbilang lengkap apabila kamu telah menyaksikan sendiri reaksinya dalam tujuh situasi berikut.

1. Saat dia marah

ilustrasi marah (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi marah (pexels.com/Yan Krukau)

Jangan terlalu yakin seseorang berwatak baik, sabar, dan menyenangkan bila kamu bahkan belum pernah mendapatinya marah. Itu sama sekali gak berarti ia memang tak pernah bisa marah. Tidak ada orang yang bebas dari kemarahan.

Tunggu momen sampai kamu melihatnya marah karena apa pun untuk mendapatkan gambaran kepribadiannya. Apakah emosi seketika mendorongnya mengucapkan kata-kata kotor? Atau, kemarahannya selalu diikuti dengan tindakan kasar seperti memukul dan membanting barang.

Bila ya, hati-hati suatu saat dirimu juga bakal disakiti secara fisik saat membuatnya kesal. Juga seandainya dia tanpa pikir panjang memarahi siapa pun setiap suasana hatinya buruk. Kamu cuma akan menjadi pelampiasannya kalau hubungan kalian tambah dekat.

2. Ketika ia sangat senang

ilustrasi sedang senang (pexels.com/Tomaz Barcellos)
ilustrasi sedang senang (pexels.com/Tomaz Barcellos)

Ada orang yang ingat teman hanya ketika dirinya kesusahan. Artinya, dia mencoba mendekat cuma buat memperoleh bantuan atau setidaknya tempat curhat. Sementara itu, saban ia gembira malah melupakan orang-orang yang loyal padanya kala dia menderita.

Orang seperti ini gak akan bisa memberimu hubungan yang sejati. Dia tidak suka membagi kebahagiaannya denganmu seperti ketika ia berbagi penderitaannya. Ia termasuk pribadi yang egois. Dia pun cenderung tak peduli padamu saat kamu kesusahan.

3. Caranya memperlakukan orang terdekat

ilustrasi bersama saudara (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi bersama saudara (pexels.com/Alena Darmel)

Kamu mungkin belum menjadi orang terdekatnya. Namun, dirimu dapat memperhatikan caranya memperlakukan keluarga atau pasangannya. Apabila dia terlalu menjaga jarak dari semua keluarganya, wataknya kurang baik.

Ia tidak merasa bersalah ketika tak menjawab telepon atau pesan dari orang-orang terdekatnya. Bahkan saat smartphone-nya berdering berkali-kali dan kamu memintanya untuk menjawabnya dulu. Dia malah bilang biarkan saja.

Sikap secuek ini tidak wajar ditujukan pada orang-orang sedekat keluarga atau pasangan. Lebih dari sekadar cuek, dia memiliki sisi tega yang lebih kuat daripada orang lain. Perasaannya kurang mendalam.

4. Sikapnya pada lawan

ilustrasi bersama kompetitor (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)
ilustrasi bersama kompetitor (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)

Lawan di sini bisa berarti ia dan orang lain yang jelas bersama-sama mengikuti suatu kompetisi. Dapat pula siapa pun yang dianggapnya sebagai kompetitor sekalipun tidak dalam lomba tertentu. Misalnya, rekan kerja di kantor yang brilian.

Ia merasa temannya itu menjadi saingannya untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Dengan siapa pun dia berlomba seharusnya tetap punya rasa respek satu sama lain. Namun, hawa persaingan dapat membuka watak asli seseorang.

Bila dia bersikap licik termasuk dengan menjelek-jelekkan lawan, ia berpotensi curang dalam hal apa pun. Semua hanya demi kepentingannya. Hari ini kamu mungkin gak sedang bersaing dengannya. Akan tetapi, suatu hari dapat saja dirimu dianggap membahayakan posisinya.

5. Saat dirinya berbuat salah

ilustrasi meminta maaf (pexels.com/Vera Arsic)
ilustrasi meminta maaf (pexels.com/Vera Arsic)

Bagimana caranya menyikapi kesalahan pribadi? Orang disebut berwatak kesatria bukan karena jago berkelahi atau bertengkar. Orang berjiwa pemberani yang sejati tidak lari dari kesalahannya. Apalagi hanya sibuk menyalahkan orang lain untuk membersihkan nama sendiri.

Walaupun kekeliruan itu memalukan dan mengakuinya membuatnya tambah malu, orang baik tidak ingkar. Ia menghadapi segala konsekuensi atas kesalahannya. Dia mungkin menjelaskan situasinya pada saat itu, tapi bukan buat mengubah yang salah menjadi benar.

6. Ketika ia mendapatkan kepercayaan

ilustrasi diperiksa atasan (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi diperiksa atasan (pexels.com/RDNE Stock project)

Kepercayaan di sini punya arti sangat luas. Seperti kepercayaan dalam pekerjaan, kepercayaan menjadi bendahara organisasi, kepercayaan dari pasangannya, dan berbagai janji. Seharusnya orang merasa terhormat ketika masih diberi kepercayaan.

Dengan demikian, ia menjaga kepercayaan tersebut sebaik mungkin. Namun, bagi orang berwatak minus mengkhianati kepercayaan adalah keniscayaan. Ia selalu menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan. Bahkan dia tega memanfaatkannya buat merugikan orang yang sudah memberinya amanah serta menguntungkan diri sendiri.

7. Kala kehidupannya diuji

ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Nicolas Postiglioni)
ilustrasi menenangkan diri (pexels.com/Nicolas Postiglioni)

Semua orang mengalami ujian dalam hidup. Namun, respons mereka berbeda-beda. Ada orang yang baru diuji sedikit saja, keluhannya sudah panjang sekali. Ia juga jago menyalahkan semua orang. Seakan-akan gara-gara mereka, hidupnya menjadi susah.

Terdapat pula orang yang lemah menghadapi ujian sehingga mudah menyerah. Lain dengan orang berwatak baik yang satu sisi bersabar. Di sisi lain, ia juga secara aktif berjuang guna mengatasi ujian tersebut. Pemilik watak ini mungkin tidak banyak membicarakan kesusahannya sebab dia fokus berusaha.

Untuk membaca watak secara tepat memang tak bisa sembarangan. Namun, meski kamu gak punya latar belakang pendidikan psikologi tetap perlu mencermati sifat-sifat orang lain. Menutup mata tentang hal tersebut malah dapat membahayakanmu ketika dirimu berhubungan dengan orang yang salah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Hal Negatif dari Tiger Parenting yang Baru Terasa saat Anak Dewasa

01 Okt 2025, 10:15 WIBLife