6 Strategi Bawah Sadar untuk Menghindari Rasa Sakit Emosional

Dalam hidup, tidak semua emosi mudah untuk dihadapi. Saat rasa sakit, kecewa, atau marah datang, banyak dari kita secara tidak sadar memilih untuk menghindarinya. Otak kita punya cara tersendiri untuk melindungi diri dari perasaan yang dianggap terlalu berat. Strategi yang disebut mekanisme pertahanan diri ini membantu kita merasa lebih aman meskipun tidak sehat dalam jangka panjang.
Psikologi telah meneliti beragam cara orang menyembunyikan atau menekan emosinya. Dari menertawakan kesedihan, makan saat stres, hingga pura-pura semuanya baik-baik saja, semuanya adalah bentuk perlawanan bawah sadar terhadap kenyataan emosional yang sulit diterima. Kira-kira bentuknya seperti apa saja, ya?
1. Penyangkalan
Pernahkah kamu mengalami sesuatu yang begitu menyakitkan atau memalukan, lalu berpura-pura seolah itu tidak pernah terjadi? Itu adalah bentuk penyangkalan. Ini adalah salah satu strategi bawah sadar yang sering kita gunakan saat tidak siap menghadapi kenyataan.
Misalnya, seseorang yang kehilangan orang terdekat bisa saja tetap bertingkah seperti orang itu masih ada karena pikirannya belum siap menerima duka. Meskipun bisa memberikan perlindungan sesaat, penyangkalan justru membuat kita terputus dari realitas. Ini dapat menunda proses penyembuhan emosional.
Menurut American Psychological Association, penyangkalan dapat menjadi penghalang dalam pemulihan trauma jika berlangsung terlalu lama. Penelitian dari Goleman (1995) juga menegaskan bahwa menerima kenyataan dan mengakui emosi negatif adalah langkah pertama menuju ketahanan psikologis.
2. Menarik diri
Menarik diri bukan sekadar butuh waktu sendiri. Ini adalah kondisi ketika seseorang menjauh dari lingkungan sosial, bahkan dari orang-orang terdekat, karena tidak sanggup menghadapi tekanan emosi. Mereka merasa lebih aman dalam kesendirian karena bisa menghindari konflik atau perasaan malu, marah, hingga frustrasi.
Namun, jika ini terus berlangsung, bisa berdampak pada kesehatan mental. Menurut jurnal Clinical Psychology Review (2021), menarik diri secara kronis dapat meningkatkan risiko depresi dan gangguan kecemasan. Terapi perilaku kognitif disarankan untuk membantu individu mengenali pemicu emosional mereka dan kembali membangun koneksi sosial secara sehat.
3. Penghindaran
Menghindar adalah bentuk pertahanan diri yang sering kali tak disadari. Misalnya, ketika kamu pura-pura tidak peduli pada komentar menyakitkan dari seseorang, padahal hatimu terluka. Kamu berkata, “Bukan masalah besar,” padahal kamu hanya sedang menolak untuk menghadapi rasa sakit.
Menurut teori fight or flight, penghindaran adalah respons alami tubuh terhadap stres. Tapi jika ini menjadi kebiasaan, kamu akan kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan konflik dan memperbaiki hubungan. Studi dalam Journal of Anxiety Disorders (2007) menunjukkan bahwa strategi penghindaran berkaitan erat dengan tingkat kecemasan tinggi dan ketidakstabilan emosi.
4. Humor
Humor sering menjadi pelarian favorit dari rasa sakit emosional. Orang yang terbiasa bercanda saat sedang sedih atau tertekan sering menggunakan tawa sebagai tameng. Ini membuat orang lain berpikir bahwa mereka baik-baik saja, padahal mereka sedang berjuang di dalam.
Penelitian dari Journal of Psychosomatic Research (2012) menemukan bahwa penggunaan humor cenderung dilakukan oleh individu yang mengalami pengalaman emosional negatif sejak kecil. Humor memang bisa membuat suasana lebih ringan, tetapi jika digunakan terus-menerus untuk menghindari emosi, bisa membuat seseorang kehilangan dukungan emosional.
5. Makan
Saat seseorang merasa stres, sedih, atau kesepian, mereka mungkin memilih untuk makan sebagai bentuk pelarian. Bukan karena lapar, tetapi untuk menenangkan diri. Ini dikenal sebagai emotional eating atau makan untuk mengalihkan rasa tidak nyaman.
Masalahnya, makanan hanya menenangkan untuk sesaat. Emosi yang tidak ditangani akan kembali muncul. Sebuah penelitian dalam Appetite Journal (2013) menyatakan bahwa orang yang sering menggunakan makanan untuk meredakan emosi lebih rentan mengalami gangguan makan dan depresi.
6. Distraksi
Alih-alih menghadapi perasaan sedih atau malu, kita sering kali memilih sibuk menonton film, bermain game, atau menyibukkan diri. Ini adalah bentuk distraksi atau mengalihkan perhatian dari emosi yang tidak menyenangkan. Meski terlihat produktif, distraksi yang terus-menerus justru bisa membuat emosi tertahan di dalam.
Menurut Frontiers in Psychology (2016), distraksi sesekali bisa membantu meredakan stres, terutama jika dilakukan melalui aktivitas fisik atau kegiatan positif. Namun, jika digunakan terus-menerus untuk menghindari masalah, emosi yang tertahan bisa muncul dalam bentuk ledakan amarah atau gejala psikosomatik.
Keenam mekanisme pertahanan di atas memang bisa membantu kita bertahan dalam situasi sulit, tapi jika terus digunakan tanpa disadari, bisa memperparah luka emosional. Mengenali cara kita menghindari perasaan adalah langkah awal untuk kembali terhubung dengan diri sendiri. Dari enam strategi di atas, manakah yang paling sering kamu lakukan tanpa sadar?