Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tahapan Terjebak dalam Produktivitas Toksik, Sudahkah Kamu Waspada?

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi kelelahan (pexels.com/Ron Lach)

Tidak banyak orang yang sadar dirinya sudah terjebak produktivitas toksik. Ini merupakan keadaan dimana seseorang terus-menerus harus produktif. Kondisi ini tentu saja merugikan fisik, mental, juga emosional. Apalagi saat sudah terjebak tekanan untuk terus bekerja tanpa henti.

Ternyata produktivitas toksik terdiri dari beberapa tahapan. Kita bisa mengenali beberapa fase tersebut sejak awal. Bahkan mempersiapkan langkah antisipasi yang pasti. Apa saja tahapan terjebak dalam produktivitas toksik? Waspada dengan enam hal di bawah ini.

1. Tekanan untuk meraih kesuksesan

ilustrasi sosok sukses (pexels.com/Henri-mathieu-Saint-Laurent)
ilustrasi sosok sukses (pexels.com/Henri-mathieu-Saint-Laurent)

Siapa yang tidak ingin meraih kesuksesan? Titik pencapaian ini adalah impian semua orang. Tapi kita juga harus mengontrol keinginan meraih kesuksesan agar tidak terlalu menggebu-gebu. Jika ambisi meraih kesuksesan sudah tidak terkontrol, kita perlu mawas diri.

Ini adalah tahapan pertama terjebak dalam produktivitas toksik. Secara perlahan kita akan terjebak ekspektasi yang tidak realistis. Baik mengenai lingkungan sosial, pekerjaan, atau diri sendiri. Ada perasaan bahwa nilai diri bergantung pada pencapaian dan hasil kerja.

2. Terobsesi dengan produktivitas secara berlebihan

ilustrasi mengetik (pexels.com/Vanessa Garcia)
ilustrasi mengetik (pexels.com/Vanessa Garcia)

Mungkin kamu beranggapan produktivitas berkaitan erat dengan keberhasilan. Akibatnya, menuntut diri agar selalu produktif sepanjang waktu. Inilah yang disebut dengan produktivitas toksik. Bahkan kita bisa mengamati dari tahapan-tahapan yang muncul.

Pada fase ini kita terobsesi dengan produktivitas secara berlebihan. Terutama tuntutan menjadi individu yang sibuk atau menghasilkan sesuatu setiap saat. Obsesi ini pada akhirnya menjadi tindakan yang tidak terkontrol sehingga memicu terjadinya burnout.

3. Mengabaikan keseimbangan hidup

ilustrasi kelelahan   (pexels.com/Cottonbro studio)
ilustrasi kelelahan (pexels.com/Cottonbro studio)

Keseimbangan hidup seharusnya diperhatikan dengan teliti. Karena ini menjadi pondasi utama dari kebahagiaan. Ketika kamu mulai kehilangan keseimbangan hidup, justru ini menjadi situasi yang harus diwaspadai.

Mengabaikan keseimbangan hidup juga menjadi tahapan lebih lanjut dari produktivitas toksik. Karena tuntutan pekerjaan yang tidak ada habisnya, kamu mengorbankan waktu bersama orang-orang terdekat. Bahkan kesulitan memisahkan antara kehidupan pribadi dengan profesional.

4. Perfeksionisme yang berlebihan

ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Perfeksionisme memang bisa menjadi motivasi meraih pencapaian terbaik. Kita tertantang meningkatkan kualitas diri secara optimal. Tapi perfeksionisme yang berlebihan juga menjadi beban yang menguras energi sekaligus keseimbangan hidup.

Situasi lebih lanjut ini harus diwaspadai. Perfeksionisme berlebihan menjadi tanda seseorang terjebak produktivitas toksik. Kita menetapkan standar terlalu tinggi dan tidak realistis. Bahkan menuntut diri selalu bekerja keras untuk hal-hal yang memang mustahil dicapai.

5. Kesulitan menikmati kehidupan di luar pekerjaan

ilustrasi kelelahan (pexels.com/William Choquette)
ilustrasi kelelahan (pexels.com/William Choquette)

Setiap orang pasti memiliki setiap bagian kehidupan yang harus diberi batasan tegas. Terutama mengenai kehidupan pribadi dengan kehidupan profesional. Batas keduanya akan mendukung keseimbangan hidup dan kebahagiaan.

Tapi apa jadinya ketika kesulitan melewati kehidupan di luar kerjaan? Kita tidak bisa menganggap ini sebagai hal yang remeh. Kondisi tersebut menjadi tahapan terjebak produktivitas toksik. Kehidupan hanya terfokus pada pekerjaan yang tidak ada habisnya. Dengan waktu untuk diri sendiri dan orang terdekat terbengkalai.

6. Kehilangan makna hidup dan rasa puas

ilustrasi jenuh bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi jenuh bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Masih banyak orang tidak menyadari dirinya sedang terjebak produktivitas toksik. Padahal fase ini tidak terjadi dalam waktu mendadak. Terdapat beberapa tahapan yang dilalui sebelum seseorang terjebak pada produktivitas merugikan.

Sudah saatnya kamu mengetahui tahapan tersebut sebagai bentuk antisipasi. Pada fase terakhir, seseorang akan kehilangan makna hidup dan rasa puas. Tidak peduli sebanyak apapun pencapaian yang sudah berhasil diraih, ia tetap merasa kurang dan menuntut diri secara berlebihan.

Produktivitas toksik adalah kondisi di mana seseorang merasa harus terus-menerus bekerja atau beraktivitas tanpa henti. Kita bisa mengenali kondisi tersebut dari beberapa tahapan yang dilalui. Setelahnya, mempersiapkan langkah antisipasi yang tepat  saat sadar sudah terjebak dalam produktivitas merugikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us