Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Bahwa Review Bukumu Terlalu Bias

ilustrasi review buku
ilustrasi review buku (pexels.com/George Milton)
Intinya sih...
  • Fokus ulasan hanya pada persona penulis
  • Mengabaikan fakta fiksi dan realitas
  • Terlalu berlebihan dalam menggunakan kata sifat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menulis ulasan buku adalah cara yang menyenangkan untuk berbagi pendapat dan membantu orang lain menentukan pilihan bacaan. Namun tanpa disadari, terkadang ulasan yang kita tulis bisa menjadi terlalu bias. Nah, bias tersebut membuat penilaian terhadap buku tidak lagi objektif, bahkan bisa menyesatkan pembaca lain.

Bias dalam ulasan sering kali muncul bukan karena niat buruk, tetapi karena kita terbawa emosi atau pengalaman pribadi. Saat hal itu terjadi, fokus kita bergeser dari isi buku ke hal-hal yang tidak lagi relevan. Agar ulasan kita tetap adil dan bermanfaat, penting untuk mengenali tanda-tanda bahwa review bukumu terlalu bias layaknya lima hal berikut ini.

1. Fokus ulasan hanya pada persona penulis

ilustrasi membuat review buku
ilustrasi membuat review buku (pexels.com/Vlada Karpovich)

Salah satu tanda ulasan yang bias adalah ketika kita terlalu sibuk menilai sosok penulis, bukan karya yang ditulisnya. Kita mungkin lebih banyak membahas reputasi, kehidupan pribadi, atau pernyataannya di media sosial dibanding isi bukunya. Akibatnya, ulasan kita menjadi lebih seperti gosip daripada analisis karya sastra.

Padahal, ulasan yang baik seharusnya menilai kualitas tulisan, struktur, dan pesan yang disampaikan. Menyerang pribadi penulis sama saja dengan mengabaikan kerja keras di balik setiap halaman. Dengan memisahkan karya dari pembuatnya, kita bisa menilai isi buku dengan lebih adil dan profesional.

2. Mengabaikan fakta fiksi dan realitas

ilustrasi menulis review buku
ilustrasi menulis review buku (pexels.com/Polina Zimmerman)

Kesalahan umum berikutnya adalah tidak membedakan antara dunia fiksi dan kenyataan. Kita mungkin merasa marah pada karakter yang jahat atau kecewa karena jalan cerita tidak sesuai harapan pribadi. Padahal, reaksi seperti itu justru menunjukkan bahwa cerita berhasil membangkitkan emosi, bukan berarti buku itu buruk.

Kita perlu ingat bahwa fiksi tidak selalu harus mencerminkan moral dunia nyata. Penulis bisa saja ingin menunjukkan sisi gelap kehidupan atau membuat pembaca merenung melalui konflik yang kompleks. Dengan memahami batasan antara fiksi dan realitas, kita bisa melihat pesan yang lebih dalam dari karya tersebut.

3. Terlalu berlebihan dalam menggunakan kata sifat

ilustrasi menulis review buku
ilustrasi menulis review buku (pexels.com/George Milton)

Tanda lain bahwa ulasan kita bias adalah ketika terlalu banyak menggunakan kata sifat berlebihan seperti luar biasa, buruk sekali, atau paling membosankan. Kata-kata itu memang terdengar kuat, tetapi tanpa contoh yang jelas, nilainya menjadi kosong. Ulasan seperti ini lebih menonjolkan perasaan pribadi daripada penilaian yang bisa dipercaya.

Sebaliknya, ulasan yang baik selalu disertai dengan bukti konkret dari bacaan yang dibahas. Misalnya, kita bisa menunjukkan bagian cerita atau argumen yang mendukung pendapat kita. Dengan begitu, pembaca lain bisa memahami alasan di balik penilaian yang kita berikan.

4. Tidak didukung oleh kutipan atau bukti dari buku

ilustrasi menulis review buku
ilustrasi menulis review buku (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Jika kita menyebut alur buku lemah atau argumen penulis membingungkan tanpa memberikan bukti, maka ulasan kita tidak lebih dari opini kosong. Ulasan yang kuat seharusnya didukung dengan contoh dari isi buku, seperti kutipan atau ringkasan bagian penting. Tanpa hal itu, pembaca lain tidak akan tahu dasar dari penilaian yang kita berikan.

Mencantumkan bukti tidak hanya memperkuat kredibilitas ulasan, tetapi juga membantu kita memahami buku dengan lebih mendalam. Ketika kita berusaha mencari bukti, kita belajar melihat dari berbagai sudut pandang. Hal itulah yang membedakan pembaca kritis dari pembaca yang sekadar menilai berdasarkan perasaan.

5. Membandingkan secara tidak adil dengan buku favorit

ilustrasi menulis review buku
ilustrasi menulis review buku (pexels.com/Cup of Couple)

Banyak orang tanpa sadar menilai buku baru berdasarkan pengalaman mereka dengan buku favorit. Jika buku tersebut tidak memberikan perasaan yang sama, kita langsung menganggapnya buruk. Padahal, setiap buku memiliki gaya, tujuan, dan pesan yang berbeda-beda.

Membandingkan secara tidak adil membuat kita menutup diri terhadap pengalaman membaca yang baru. Lebih baik kita menilai buku berdasarkan kekuatannya sendiri, bukan melihatnya dari standar karya lain. Dengan cara ini, kita memberi ruang bagi setiap penulis untuk dihargai sesuai keunikannya.

Menulis ulasan seharusnya menjadi kegiatan yang memperkaya, bukan sekadar menilai. Dengan mengetahui tanda bahwa review bukumu terlalu bias, kita membantu pembaca lain mendapatkan pandangan yang lebih jernih terhadap sebuah karya. Review buku yang baik bukan hanya menunjukkan apa yang kita rasakan, tetapi juga menjelaskan alasannya dengan jujur dan terbuka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

Apa yang Dimaksud dengan Young Forty? Jiwa Gen Z di Tubuh 40-an!

13 Nov 2025, 00:03 WIBLife