Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Sebenarnya Mental Pengecut Telah Tumbuh dalam Dirimu

unsplash/TikoGiorgadze

Elemen yang ada dalam kehidupan selalu punya dua sisi untuk kita pertimbangkan dengan matang. Baik dan buruk, sulit dan mudah serta contoh lainnya. Sebagai manusia yang berusaha mencapai batas akhir dengan ending yang memuaskan, kita harus melakoninya sepenuh hati meski banya dua sisi yang harus kita hadapi secara bersamaan. Dibutuhkan mental yang kuat agar mampu berdiri kokoh dan berjalan secara konsisten. Bukan mental pengecut yang justru tambah menyulitkan diri kita. 

Mental pengecut selalu identik dengan ketakutan. Rasa takut yang mendorong seseorang menolak untuk menanggung beban. Tak jarang, banyak pula orang yang menghindari tanggungjawab tertentu hanya karena tak ingin menanggung risiko. 

Nah, mari kita cek, adakah mental pengecut yang bersarang dalam dirimu? Yuk, simak!

1. Takut menghadapi risiko

unsplash/RajEiamworakul

Hampir tidak ada satupun pilihan dalam hidup yang bebas dari risiko. Itu kembali lagi pada diri kita untuk memilih opsi yang ingin kita seriusi dan dianggap baik bagi masa depan. Namun, jika pada pilihan nurani sendiri saja kita tidak mau melangkah karena risiko-risiko yang mungkin muncul, dimanakah letak keseriusan dan totalitas kita? Sebab, tidak mengambil risiko biasanya membuat kita malas, santai dan statis. 

2. Lari dari kenyataan

unsplash/BrunoCharters

Pernahkah kamu lari dari kenyataan? Meninggalkan masalah yang kamu perbuat tanpa pamit. Tidak muncul di hadapan orang yang kamu sakiti. Takut berhadapan dengan orang yang tidak sepakat denganmu dan memilih sibuk sendiri tanpa mau membantu teman atau kerabat yang kesusahan adalah bagian dari contoh situasi kamu sudah lari dari kenyataan. Mental pengecut memang cenderung membuatmu jauh dari beban rumit dan kompleks untuk diselesaikan. 

3. Tidak totalitas dalam berusaha

unsplash/CoreyMotta

Selalu ada pilihan yang kita ambil dalam realitas. Selalu ada peluang peran dan tanggungjawab yang menghampiri kita saat berkeluarga maupun bekerja. Sudah sepantasnya, pilihan yang kita ambil diiringi dengan totalitas dalam bekerja dan menggapai tujuan yang telah diidamkan. Sepantasnya juga, kita menggunakan peran dengan baik untuk meningkatkan kualitas diri dan menciptakan manfaat secara total. 

Usaha yang setengah-setengah menunjukkan kamu mudah kehilangan visi dan tak berprinsip kuat. Usaha yang demikian juga semakin memperjelas mental pengecut dalam dirimu. 

4. Tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri

unsplash/RemyLoz

Jika ada orang yang memilih untuk tidak memilih apapun karena takut akan risiko yang harus ditanggung, artinya dia sedang menganggap remeh dirinya sendiri. Dia melihat tidak ada satu hal pun mampu dilakukannya dengan benar. Dia juga tak melangkah ke mana-mana hingga kesuksesannya terhambat. Situasi tersebut juga menunjukkan mental pengecut telah bersarang dengan apik dalam dirimu. 

5. Merasa berat di kala harus membela kebenaran

unsplash/RyojiIwata

Kesalahan dan kebenaran adalah hal yang bisa kita lihat dengan indikator atau standar logika maupun perasaan. Secara ideal, kita harus membela kebenaran, bukannya kesalahan. Namun, dunia itu memang kejam sekaligus indah.

Di saat kita menjunjung kebenaran, maka tak selalu pujian yang terlontar. Jika kebenaran itu malah membahayakan pihak elit tertentu, maka pengusung kebenaran harus berhadapan dengan risikonya. Kita bisa diancam, dipenjara, dibunuh, dibungkam dan sejenisnya. Maka, pengecutlah namanya jika kita tak memilih untuk berpihak pada kebenaran hanya karena takut akan ancaman. 

Itulah mental-mental pengecut yang bisa saja tumbuh dan berkembang sejak lama dalam dirimu. Berhati-hatilah, Guys!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us