Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada! 5 Tanda Rasa Syukur Sudah Berubah Menjadi Penghambat Langkah

ilustrasi mengawali hari dengan syukur (pexels.com/Harrison Haines)
Intinya sih...
  • Rasa syukur adalah sikap menerima kehidupan dengan lapang hati, termasuk situasi kurang menyenangkan.
  • Sikap bersyukur yang tidak tepat dapat menghambat motivasi untuk berbenah dan meningkatkan kualitas hidup.
  • Rasa syukur yang hanya didasari perbandingan dan kompetisi hanya memberikan kepuasan sesaat, bukan kebahagiaan sejati.

Rasa syukur adalah kondisi saat kita menerima kehidupan dengan lapang hati. Tidak hanya terbuka dengan hal-hal baik yang hadir, kamu juga dengan situasi kurang menyenangkan. Kita menjalani hidup dengan perasaan ringan dan bahagia. Tapi rasa syukur yang tidak terkontrol juga patut diwaspadai.

Terkadang rasa puas yang kita anggap syukur berubah menjadi penghambat langkah. Kita tertinggal di tengah lingkungan yang bersifat dinamis. Padahal rasa syukur yang kurang tepat ini dapat diamati dari beberapa tanda yang muncul. Apa saja itu? Mari ikuti artikel ini terus.

1. Tidak ada motivasi untuk berbenah

ilustrasi bermalasan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bersyukur sebenarnya menjadi sikap yang patut dibiasakan. Ketika seseorang mampu mensyukuri kehidupan, ia tidak akan pernah merasa tertekan. Sebaliknya, ia tumbuh menjadi orang yang tenang tanpa terburu-buru. Namun demikian, jangan sampai rasa syukur tersebut justru membawa dampak negatif.

Salah satunya tidak termotivasi untuk berbenah. Dengan alasan menerima kekurangan dan kelebihan hidup secara terbuka, pada akhirnya tumbuh menjadi sosok individu malas. Bahkan kualitas hidup mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

2. Rasa syukur dijadikan sebagai topeng untuk bermalasan-malasan

ilustrasi bermalasan (pexels.com/George Milton)

Resep puas merupakan gambaran dari kebahagiaan dalam hati. Ketika merasa puas, seseorang dapat menerima kesempurnaan maupun ketidaksempurnaan. Tapi pernahkah kamu berhasil meraih pencapaian namun tidak merasa berharga?

Di sinilah sinyal rasa syukur sudah berubah menjadi penghambat langka. Kita cenderung mudah berubah sendiri dengan pencapaian seadanya. Akibatnya, tidak termotivasi meningkatkan kualitas hidup ke arah yang lebih baik lagi.

3. Cenderung mudah berpuas diri dengan pencapaian seadanya

ilustrasi membanggakan pencapaian (pexels.com/RDNE Stock Project)

Resep puas merupakan gambaran dari kebahagiaan dalam hati. Ketika merasa puas, seseorang dapat menerima kesempurnaan maupun ketidaksempurnaan. Tapi pernahkah kamu berhasil meraih pencapaian namun tidak merasa berharga?

Di sinilah sinyal rasa syukur sudah berubah menjadi penghambat langkah. Kita cenderung mudah berpuas dan membanggakan diri dengan pencapaian seadanya. Akibatnya, tidak termotivasi meningkatkan kualitas hidup ke arah yang lebih baik lagi. Bahkan kehidupan yang dijalani berjalan stagnan.

4. Bersyukur dengan terlebih dahulu membandingkan diri

ilustrasi orang berjejer (pexels.com/Monstera Production)

Kita memang hidup di lingkungan sekitar dengan keberagaman yang menyertai. Tidak jarang juga dihadapkan dengan persaingan antar individu maupun kelompok. Menjadi hal yang patut diwaspadai saat kita bersyukur dengan terlebih dahulu membandingkan diri.

Tentunya ini menjadi tanda bahwa rasa syukur sudah berubah menjadi penghambat langka. Kita bersyukur bukan atas dasar kesadaran bahwa hidup layak dihargai. Tapi tidak lebih dari sebuah perbandingan dan kompetisi yang hanya menghasilkan kepuasan sesaat.

5. Rasa syukur yang muncul karena pencapaian instan

ilustrasi merasa bangga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Semua orang pasti setuju jika pencapaian instan memang terlihat menggiurkan. Kita tidak perlu bekerja dan bersusah payah, namun tetap bisa meraih pencapaian terbaik. Tapi apakah rasa bahagia dari pencapaian tersebut dapat bertahan lama?

Pada kenyataannya rasa syukur ini hanya dalam jangka pendek. Pencapaian instan membuat kita tidak mampu merasakan kepuasan secara utuh. Karena proses yang dilewati hanya setengah-setengah tanpa melibatkan totalitas. Rasa syukur tidak lebih dari validasi semu terhadap pencapaian instan yang sudah diraih.

Seharusnya kita bisa mengelola rasa syukur dengan baik agar mampu mengelola diri dengan bijaksana. Jangan jadikan rasa syukur sebagai topeng bermalasan. Apalagi hidup bergantung dengan pencapaian-pencapaian instan. Jika kamu menghadapi lima tanda di atas, saatnya menyikapi dengan cara yang bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us