7 Tipe Tetangga di Indonesia, Mana yang Paling Bikin Kesal?

Hidup bertetangga di Indonesia punya tantangan tersendiri. Ada yang ramah dan menyenangkan, ada juga yang bikin jengkel. Mau tinggal di kota atau desa, pasti ada tipe-tipe tetangga yang sering ditemui. Yuk, cek tujuh tipe tetangga berikut ini—siapa tahu kamu punya yang seperti ini di sekitarmu!
1. Si ramah tapi kepo

Tetangga ini selalu menyapa setiap kali bertemu, seolah tidak pernah kehabisan topik untuk dibicarakan. Awalnya hanya sekadar basa-basi, tapi lama-kelamaan obrolannya terasa seperti sesi interogasi. Pertanyaan mereka bisa mulai dari hal umum seperti “Sudah kerja di mana?” hingga yang lebih personal seperti “Kapan nikah?” yang sering kali bikin tidak nyaman. Setiap kali berpapasan, rasanya sulit untuk menghindar karena mereka selalu punya cara untuk memulai percakapan, bahkan ketika kita sedang terburu-buru.
Selain itu, rasa ingin tahu mereka sepertinya tidak ada batasnya. Kalau ada paket datang, mereka sering tahu lebih dulu dan bahkan menebak-nebak isinya. Jika ada tamu yang datang, mereka tidak ragu bertanya, “Siapa itu?” seolah berhak tahu segalanya. Privasi jadi hal yang sulit didapat jika punya tetangga seperti ini. Mau bersikap ramah, tapi kalau terlalu sering diajak ngobrol dan ditanya macam-macam, rasanya jadi serba salah.
2. Si tukang pinjam barang

Hampir setiap minggu ada saja barang yang mereka pinjam, mulai dari gula, garam, sendok, hingga peralatan dapur lainnya. Awalnya terasa biasa saja, karena membantu tetangga adalah hal yang lumrah. Namun, jika terlalu sering dan barang yang dipinjam tidak pernah dikembalikan, lama-lama jadi menyebalkan. Apalagi jika harus selalu mengingatkan mereka, tapi tetap saja tidak ada respons atau alasan yang dibuat-buat.
Yang lebih menyebalkan lagi, kalau pun barang itu akhirnya dikembalikan, sering kali dalam kondisi yang berbeda. Entah rusak, sudah aus, atau isinya berkurang drastis. Rasanya jadi serba salah—mau menolak, tapi takut dibilang pelit, sementara kalau terus dipinjam, ujung-ujungnya malah rugi sendiri. Yang paling bikin gemas adalah ketika mereka dengan santai berkata, “Nanti aku balikin ya…” tapi sampai berbulan-bulan kemudian, barang itu tidak pernah kembali.
3. Si sering gelar hajatan

Setiap bulan, rumahnya selalu ramai dengan berbagai acara, mulai dari arisan, pengajian, syukuran, hingga ulang tahun anak. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan itu, selama acaranya berlangsung sebentar dan tetap tertib. Namun, jika suara musiknya terlalu keras dan berlangsung sampai larut malam, tentu bisa mengganggu ketenangan tetangga lain. Kadang, orang ingin beristirahat setelah seharian beraktivitas, tapi malah harus mendengar suara speaker yang memekakkan telinga.
Selain itu, setiap kali ada acara, hampir selalu ada permintaan sumbangan. Meskipun tidak wajib, banyak yang merasa serba salah jika tidak ikut serta. Namun, di balik segala kerepotannya, ada juga sisi positif dari tetangga seperti ini. Setelah acara selesai, mereka sering berbagi makanan gratis ke tetangga sekitar. Setidaknya, ada sedikit hiburan setelah harus menahan bising sepanjang acara.
4. Si tetangga tukang gosip

Tetangga yang satu ini selalu punya cerita terbaru tentang orang-orang di sekitar. Mulai dari siapa yang baru beli motor, siapa yang sering kedatangan tamu misterius, hingga siapa yang rumah tangganya sedang bermasalah. Mereka biasanya suka nongkrong di warung atau di depan rumah sambil berbagi "info terkini" yang belum tentu benar. Setiap kejadian kecil di lingkungan bisa berubah jadi topik hangat yang terus dibahas dari pagi sampai sore.
Masalahnya, kalau terlalu sering ikut ngobrol, bisa-bisa kita juga jadi bahan gosip berikutnya. Hari ini mungkin hanya mendengar cerita orang lain, tapi besok bisa saja giliran kita yang diperbincangkan. Apa pun yang kita ucapkan bisa dipelintir dan menyebar ke seluruh lingkungan. Jadi, kalau tidak ingin ikut terseret dalam drama yang tidak perlu, lebih baik berhati-hati dalam berinteraksi dengan mereka.
5. Si cuek, tetangga tapi serasa orang asing

Berbeda dengan yang lain, tetangga ini justru terlihat tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Mereka jarang menyapa, hampir tidak pernah ikut acara kampung, dan lebih memilih menghabiskan waktu di dalam rumah. Bahkan, ada yang sudah tinggal bertahun-tahun di satu tempat tetapi tidak pernah berbicara dengan tetangga sebelahnya. Kehadiran mereka terasa seperti bayangan—ada, tetapi sulit dikenali.
Walaupun sering dianggap sombong, ada juga sisi positif dari tetangga seperti ini. Mereka tidak suka ikut campur urusan orang lain dan tidak membawa gosip ke lingkungan sekitar. Tidak ada drama atau pertanyaan yang membuat orang lain merasa risih. Meskipun interaksi dengan mereka terasa dingin, setidaknya keberadaan mereka tidak mengganggu ketenangan.
6. Si pemantau 24 jam

Tetangga ini seperti CCTV hidup, selalu tahu setiap kejadian di lingkungan sekitar. Setiap ada orang lewat, mereka sudah hafal siapa yang datang dan pergi, bahkan sampai detail kecil seperti jam kedatangan. Jika ada kejadian sepele—misalnya motor mogok atau tukang paket datang lebih dari sekali—mereka langsung menganalisis seolah sedang menyelidiki kasus penting. Tidak butuh pertanyaan, mereka akan dengan sukarela bercerita panjang tentang aktivitas tetangga lain, seakan-akan menjadi pusat informasi lingkungan.
Kadang, keberadaan mereka bisa membuat orang lain lebih waspada terhadap situasi sekitar. Namun, di sisi lain, rasanya sulit mendapatkan privasi ketika setiap gerakan selalu diamati. Ingin keluar rumah dengan santai, tapi ada rasa canggung karena merasa diawasi. Bahkan, jika terlalu sering berinteraksi dengan mereka, bisa saja kita malah ikut terbawa dalam arus informasi yang belum tentu akurat.
7. Si tetangga tukang pamer

Setiap kali membeli barang baru, tetangga ini selalu memastikan semua orang tahu. Mulai dari mobil baru, HP terbaru, hingga cerita liburan ke luar kota, semuanya diumumkan dengan antusias. Obrolan mereka hampir selalu berputar pada kesuksesan dan pencapaian pribadi, seolah-olah tidak ada topik lain yang lebih menarik. Saat berbicara, mereka sering kali menambahkan detail-detail berlebihan agar terdengar lebih mengesankan.
Kadang, sikap mereka bisa memicu rasa iri, tapi lebih sering justru membuat lelah mendengarnya. Apalagi jika setiap pertemuan hanya diisi dengan cerita tentang betapa hebatnya hidup mereka. Namun, yang paling menarik adalah ketika mereka bertemu dengan sesama tukang pamer. Momen itu bisa berubah menjadi ajang adu gengsi yang seru untuk ditonton, di mana masing-masing berusaha menunjukkan siapa yang lebih unggul.
Tetangga adalah bagian dari kehidupan sosial yang sulit dihindari, terutama di Indonesia, di mana budaya kekeluargaan masih kuat. Meskipun ada yang menyenangkan dan bisa diandalkan, ada juga tipe-tipe yang bisa membuat kesabaran kita diuji setiap hari. Dari yang terlalu kepo hingga yang berisik tanpa peduli waktu, setiap orang pasti punya pengalaman unik dengan tetangga mereka. Pada akhirnya, bagaimana kita menghadapi mereka akan menentukan kenyamanan hidup di lingkungan sekitar. Jadi, daripada terus kesal, mungkin lebih baik mencari cara untuk beradaptasi atau, jika memungkinkan, menetapkan batasan yang sehat.