Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Melatih Anak Sendirian di Rumah, Cepat atau Lambat Harus Berani

ilustrasi anak di rumah (pexels.com/Anna Pou)
Intinya sih...
  • Pastikan anak cukup paham tentang potensi bahaya, terutama jika masih prasekolah atau baru duduk di kelas I.
  • Lepaskan sambungan gas/listrik pada kompor untuk menghindari kecelakaan dan kebakaran di rumah.
  • Larang anak keluar kecuali sumber bahaya ada di dalam rumah, serta pantau CCTV dari jauh untuk memastikan keamanannya.

Cepat atau lambat anak harus berani di rumah seorang diri. Orangtua gak bisa terus membawanya ke kantor atau tempat penitipan anak. Sementara penggunaan jasa ART sekalian buat menemani anak di rumah terasa makin tidak ekonomis. Bahkan boleh jadi gak gampang mencari ART yang mau tetap tinggal di rumah setelah ia beres-beres.

Mau tak mau kamu dan pasangan mesti melatih anak supaya berani sendirian di rumah. Tentu latihannya bertahap dan bukan langsung meninggalkannya sehari penuh. Paling tidak anak berani di rumah sendirian saat siang hari dari sepulang sekolah hingga orangtua pulang kerja.

Satu hal penting yang kadang dilupakan orangtua adalah jangan mengunci anak dari luar. Ini berbahaya sekali sebab mempersulit upaya penyelamatan anak seandainya terjadi sesuatu di dalam rumah. Anak harus diberi kunci rumah, tetapi perhatikan enam hal berikut.

1. Pastikan anak cukup paham tentang potensi bahaya

ilustrasi bermain di rumah (pexels.com/Yan Krukau)

Pemahaman ini biasanya diperoleh setelah anak bersekolah. Itu pun sering kali baru setelah ia duduk di kelas tertentu, seperti kelas IV. Anak belajar memahami berbagai potensi bahaya dari orangtua, guru, dan buku.

Maka sangat tidak dianjurkan untukmu meninggalkan anak prasekolah sendirian di rumah. Sekalipun anakmu lebih dari satu, kalau semuanya belum SD atau baru duduk di kelas I harus tetap dalam pengawasan orang dewasa. Kemampuan bernalarnya masih sangat terbatas.

Respons mereka atas berbagai hal lebih bersifat spontan. Seperti ada orang mengetuk pintu, mereka langsung berlari ke depan dan membuka pintu. Anak prasekolah bahkan belum terlalu mengerti mana orang dewasa yang masih bagian dari keluarga dan tetangga dengan sepenuhnya orang asing.

2. Lepaskan sambungan gas/listrik pada kompor

ilustrasi anak di rumah (pexels.com/Amy B)

Anak suka mencoba-coba. Apalagi mumpung tidak ada orangtua yang sedikit-sedikit melarang. Kalau gas atau listrik masih tersambung ke kompor, boleh jadi anak mencoba untuk menyalakannya. Lalu kebakaran atau kecelakaan bisa terjadi.

Sekalipun makanan untuk anak sudah disiapkan di meja atau kulkas, sambungan gas atau listrik pada kompor tetap harus diputus dulu. Bukan hanya sekadar kamu mematikannya. Demikian pula dengan seluruh sambungan listrik di rumah mesti dipastikan aman.

Jangan ada sambungan yang bertumpuk-tumpuk. Terlalu banyak sambungan listrik dapat meningkatkan risiko korsleting. Selalu hanya gunakan kabel dan stopkontak berkualitas tinggi buat menambah keamanan di rumah.

3. Larang anak keluar kecuali sumber bahaya ada di dalam rumah

ilustrasi anak di rumah (pexels.com/RDNE Stock project)

Seperti disebutkan dalam pembuka artikel, tidak memberikan kunci rumah pada anak adalah sebuah kesalahan. Tindakan tersebut bisa berujung fatal, seperti anak gak dapat keluar dari rumah ketika terjadi kebakaran karena korsleting misalnya. Anak kudu tetap memegang kunci dan dapat mengunci rumah dengan baik.

Tapi dengan kunci di tangan anak, dia mesti terlebih dulu benar-benar diajari untuk tak sembarangan membuka pintu, keluar, apalagi bepergian. Tanpa ada orangtua yang menjaga, potensi bahaya yang mengancam anak di luar rumah menjadi jauh lebih besar.

Pokoknya setelah orangtua berangkat, anak harus langsung mengunci pintu. Jangan lupa kuncinya dicabut dan ditaruh di tempat yang aman serta mudah diingat. Misalnya, laci meja di kamar anak. Tujuannya, agar saat dirimu atau pasangan pulang dan anak sedang tidur tetap bisa masuk dengan kunci masing-masing.

4. Pantau CCTV dari jauh

ilustrasi anak di rumah (pexels.com/cottonbro studio)

Untuk memastikan keamanan anak, orangtua perlu memasang CCTV dengan fitur yang memungkinkan pemantauan dari mana pun. CCTV ini tidak hanya dipasang dan diarahkan ke sekitar rumah, melainkan juga di bagian dalam rumah. Meski butuh biaya, hasilnya akan sepadan.

Kamu dan pasangan bisa meninggalkan anak di rumah dengan lebih tenang. Setiap ada hal-hal yang mencurigakan di luar rumah atau anak terlihat akan melakukan sesuatu yang berbahaya, kalian dapat segera menghubunginya. Peringatan bisa langsung diberikan.

Perhatikan juga kejernihan rekaman serta pencahayaan yang cukup di dalam ruangan. Di pihak anak pun bakal merasa lebih tenang. Ia tahu kedua orangtuanya meski jauh tetap memantau situasi di dalam dan luar rumah.

5. Minta tolong tetangga tepercaya untuk mengawasi

ilustrasi anak di rumah (pexels.com/cottonbro studio)

Cara ini cukup efektif untuk meningkatkan keamanan anak, tapi ada catatannya. Yaitu, kamu sudah kenal baik dengan tetangga di sekitar. Dengan begitu, dirimu dapat betul-betul memastikan menitipkan pengawasan anak pada orang yang tepat.

Jangan bilang anak sendirian di rumah pada sembarang orang. Bila kamu belum lama pindah ke lingkungan baru dan harus meninggalkan anak di rumah, lebih baik jangan memberi tahu siapa pun. Takutnya informasi itu justru digunakan oleh orang yang berniat jahat.

Hanya jika tetangga benar-benar sudah seperti saudara dan kamu yakin dengan sifatnya, dirimu boleh memberitahukan hal tersebut. Namun, tetap minta anak berhati-hati dan jangan mau diajak ke mana pun atau membiarkan siapa pun masuk ke rumah. Tugas tetangga cuma memantau keamanan anak dari luar rumah kalau-kalau ada orang asing datang atau muncul asap, api, dan teriakan dari rumahmu.

6. Minta anak mengabaikan telepon dan pesan dari nomor asing

ilustrasi anak dan gadget (pexels.com/Triệu Thanh Tâm)

Meski anak gak ke mana-mana, ia tetap harus dibekali dengan smartphone. Bukan biar anak main gadget terus selama kalian bekerja. Tapi supaya kalian dapat berkomunikasi kapan saja. Anak tetap perlu punya kegiatan lain supaya screen time-nya tak terlalu lama.

Namun, pastikan kalian sering chatting bahkan video call. Ini akan memudahkanmu memastikan keselamatan anak ketika di rumah. Beri tahu anak bahwa dia gak usah menerima telepon atau membalas pesan apa pun dari nomor asing.

Penelepon yang sudah berniat buruk akan merasa mendapat mangsa empuk kalau mendengar suara anak-anak. Ia dapat mengarahkan anak untuk melakukan berbagai hal. Anak juga tak perlu iseng menjawab chat dari nomor asing. Takutnya berawal dari anak cuma iseng membalas lama-lama justru terpengaruh oleh orang tersebut dan masuk jebakan.

Pasti ada rasa waswas sekaligus gak tega ketika kamu dan pasangan hendak meninggalkan anak sendirian di rumah. Namun, ini harus tetap dilakukan terutama buat kalian yang bekerja di luar rumah dan tidak bisa membawa anak. Selama enam hal di atas diperhatikan, anak akan baik-baik saja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us