"Kami memikirkan tema tersebut, tentang peran yang kita jalani di dalam semesta saat ini, dan saya rasa dalam lingkup yang lebih luas, tentang apa yang sedang terjadi juga, termasuk perkembangan teknologi, kecerdasan buatan, dan bagaimana kita tetap menjaga kreativitas unik kita di tengah segala perubahan," ujarnya.
Ubud Writers & Readers Festival 2025 Digelar Oktober, Temanya Aham Brahmasmi

Jakarta, IDN Times - Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) menjadi ajang untuk berdialog dengan penulis, penyair, dan novelis terkemuka dunia. Tahun ini, UWRF kembali digelar di Ubud, Bali mulai dari 29 Oktober hingga 2 November 2025. Annual event ini diprakarsai oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati, yayasan independen yang memiliki visi memperkaya kehidupan masyarakat Indonesia melalui berbagai program seni, budaya, dan kuliner.
UWRF akan mempertemukan ribuan peserta untuk memantik ide, berdialog, serta menyediakan ruang untuk berdiskusi. Lebih spesial, UWRF 2025 akan mengangkat tema Aham Brahmasmi yang berarti "I am the Universe", memiliki makna yang kuat dengan konsep Hindu kuno. Sejumlah pelaku seni dan tokoh literasi Indonesia hingga mancanegara akan turut serta dalam gelaran UWRF 2025, hal ini disampaikan dalam press conference Ubud Writers & Readers Festival di Wisma Habibie Ainun, Jakarta (1/10/25).
1. Tema UWRF 2025 adalah Aham Brahmasmi, memiliki makna mendalam yang gambarkan hubungan manusia dan alam

Festival budaya yang telah diinisiasi sejak 2004 lalu ini kembali hadir untuk menggelar UWRF ke-22 dengan mengangkat tema Aham Brahmasmi yang berarti I am the Universe. Founder dan director UWRF, Janet DeNeefe mengungkapkan festival ini akan menghadirkan tokoh terbaik dari bidang sastra serta sosok dari seluruh dunia yang tengah berkontribusi membuat perubahan nyata. Untuk itu, tema tersebut diangkat.
Sastrawan dan penulis buku Koloni, Ratih Kumala, turut menjelaskan makna di balik tema tersebut. Dalam kesempatan yang sama, Ratih mengungkapkan makna dari Aham Brahmasmi yang menggambarkan hubungan antara manusia dan alam.
Ratih menerangkan, "I am the universe, hubungannya antara manusia menempatkan dirinya sama dengan alam, manusia yang menempatkan dirinya sama dengan alam. Dalam hal ini, kemudian alam ini adalah bentuk tertinggi yang bisa dieksplorasi oleh kretivitas manusia. Jadi dalam hal ini, manusia punya dua pilihan, setelah eksplorasi atau pun mengeksploitasi. Apakah kita mau merusaknya atau kita mau menjaganya?"
2. UWRF 2025 akan dihadiri oleh tokoh sastra tanah air air dan mancanegara, termasuk pemenang International Booker Prize 2025, Banu Mushtaq

Ratih yang nantinya juga akan menjadi pengisi acara di UWRF 2025 menyampaikan tema ini sangat sangat dekat dengan problematika kehidupan masa kini. Baginya, itulah tujuan digelarnya suatu festival, seyogyanya selalu mengangkat sebuah isu yang penting dan tengah marak di masyarakat.
"Festival itu fungsinya menjadi jembatan dan melenturkan isu yang ada di masyarakat. Nah, setelah 20 tahun lebih tentu saja ini menjadi isu yang sekarang sedang kita hadapi, bahwa eksplorasi dan eksploitasi terhadap alam ini seperti apa. Fungsinya kita untuk datang ke festival ini adalah menjadi jembatan dan melenturkan itu semua," ujar Ratih.
UWRF 2025 rencananya akan dihadiri oleh 200 penulis dan tokoh budaya dari berbagai negara, termasuk pemenang International Booker Prize 2025, Banu Mushtaq. Banu merupakan penulis asal India yang aktif menyuarakan hak perempuan dan kritis terhadap sistem kasta. Ia akan bicara tentang buku terbarunya, Heart Lamp yang berisi kumpulan cerita pendek.
Selain nama Banu, masih ada penulis terkenal lainnya seperti Jenny Erpenbeck, penulis asal Jerman yang juga memenangkan Booker Prize 2025 melalui karyanya, Kairo. Novelis Indonesia seperti Leila S. CHudori, Dee Lestari, Okky Madasari, dan masih banyak lainnya.
3. UWRF akan mempertemukan insan literasi yang dikemas dengan sentuhan budaya

Ubud Writers and Readers Festival tak hanya digelar untuk mempertemukan penulis dan pembaca, namun juga menghadirkan rangkaian acara bertajuk budaya. Ratih Kumala sebagai bagian dari Tim Kuratorial Emerging Writers Program 2025, menjelaskan bahwa festival ini akan menjadi wadah untuk berjejaring bagi pelaku literasi.
"Pembicara yang keren-keren dan ini banyak sekali yang ditunggu-tunggu. Jadi aku rasa, pantas untuk didatangi selain untuk menambah ilmu, menambah pengetahuan, tapi zaman sekarang ku rasa nulis bagus itu gak cukup. Jadi kalau mau bawa karya kita untuk kegiatan di keluar adalah berjejaring. Dan Ubud Writers and Readers Festival ini adalah salah satu festival buku di Indonesia saat ini," ujar Ratih saat ditanya alasan hadir di UWRF 2025.
"Di sini kalian bisa bertemu dengan penulis, penulis Indonesia, penulis luar negeri, tapi juga ada penerjemah, juga ada literacy agent, publisher, jadi silakan manfaatkan sebaik-baiknya untuk ketemu dengan orang sebanyak-banyaknya. Lebih dari itu, nanti akan membukakan pintu dari sastra Indonesia untuk ke tempat yang lebih tinggi," tambahnya.