Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal Menyebalkan jika Ucapanmu Gak Bisa Dipegang, Jangan Plin-plan!

ilustrasi percakapan (pexels.com/Heber Vazquez)
Intinya sih...
  • Kamu sering lupa atau mengubah perkataan sendiri, membuat orang lain kesal dan bingung.
  • Janji yang kamu ucapkan sering tidak dipenuhi, membuat kepercayaan orang padamu menurun.
  • Informasi yang kamu sampaikan sering berubah-ubah dan tidak akurat, membuatmu dianggap sumber berita palsu.

Jika hanya sekadar berbicara, hampir semua orang juga bisa melakukannya dengan mudah. Namun, ucapan yang dapat dijadikan pegangan ternyata gak keluar dari lisan sembarang orang. Malah ada kecenderungan tambah banyak bicaramu, tambah sulit perkataanmu bisa dipercaya.

Ini bukan cuma tentang kebohongan-kebohongan kecil atau besar yang ada dalam ucapanmu. Tapi juga seringnya kamu melupakan kalimat sendiri atau mengubah perkataan sampai bikin orang lain bingung. Dirimu menggambarkan perumpamaan pagi kedelai, sore tempe yang artinya ucapanmu tidak bisa dipegang oleh orang lain karena cepat berubah.

Kamu wajib belajar lebih konsisten dalam berkata-kata serta mampu mempertanggungjawabkannya. Sebab semua orang yang pernah berinteraksi denganmu mencatat konsisten atau tidaknya dirimu dalam berbicara. Apabila ucapanmu gak bisa dipegang, sering timbul kesalahpahaman dan menurunkan kepercayaan orang padamu. Banyak orang kesal serta bingung menghadapimu karena lima hal berikut.

1. Pasti sering melalaikan janji

ilustrasi bertelepon (pexels.com/SHVETS production)

Janji semestinya tidak sembarangan diumbar biar gak bikin kecewa orang lain. Tapi dengan sifatmu yang ucapannya gak bisa dipegang, janji apa pun seolah-olah kehilangan kesakralannya. Kamu gampang berjanji dan mudah pula melalaikannya. Bahkan dirimu merasa tidak pernah berjanji saat seseorang menagihnya.

Memang bicara lebih mudah daripada mempertanggungjawabkannya. Namun, bayangkan rasanya menjadi orang-orang yang kesal karena dipermainkan olehmu. Setiap dirimu menjanjikan apa pun, bila perlu catat dalam buku khusus. Atau, setel alarm untuk mengingatkanmu kapan janji tersebut mesti dipenuhi.

Jangan menormalkan dirimu ditagih janji ini itu kemudian dengan entengnya kamu bilang lupa. Ini bukan sekadar kamu abai pada ucapan sendiri beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi, juga menunjukkan rendahnya kemampuanmu menghormati orang lain. Kualitas dirimu menjadi tampak minus di mata orang lain. Nanti tersebar dari mulut ke mulut tentang janji-janjimu yang sebaiknya tak usah dianggap serius. 

2. Saat kamu dikonfrontasi tiba-tiba berkata berbeda

ilustrasi percakapan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ketika kamu mengeluhkan atau melaporkan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain, seharusnya ucapanmu tidak berubah-ubah. Kesaksianmu harus bisa menjadi dasar bagi pihak yang dilapori untuk mengambil tindakan. Hal pertama yang perlu dilakukannya tentu mempertemukanmu dengan orang yang dilaporkan.

Tujuannya buat memastikan kalian tidak sekadar salah paham dan jika bisa berdamai saja. Namun, perkataanmu saat dipertemukan dengan orangnya langsung niscaya lain dari sebelumnya. Kamu seperti mendadak kehilangan nyali. Dirimu berusaha mencari aman dengan menjilat ludah sendiri.

Sikap seperti ini amat merepotkan orang yang dilapori olehmu. Kamu cuma membuang-buang waktunya dengan mengatakan hal-hal yang ternyata gak bisa dipertanggungjawabkan. Bisa-bisa dia yang dikira cuma hendak mengadu domba dirimu dengan orang yang tadinya dijelek-jelekkan. Kamu harus berpikir baik-baik sebelum mengadukan keburukan siapa pun.

3. Dirimu dijadikan tumpuan harapan malah mengecewakan

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Yan Krukau)

Soal pekerjaan misalnya, saat atasan memberimu tugas, kamu bilang oke. Ketika dia bertanya apakah dirimu yakin bisa menyelesaikannya sesuai tenggat, kamu juga terdengar menyakinkan. Seperti dengan berkata dirimu pernah mengerjakan tugas yang lebih sulit dari ini dalam waktu yang lebih singkat.

Atau, kamu meminta atasan biar tenang-tenang saja. Tapi nyatanya, pada hari yang disepakati malah cuma ada kekacauan. Tugas yang diberikan padamu masih jauh dari kata selesai. Dirimu menjelma sumber kekecewaan karena kadung menjadi tumpuan harapannya. 

Saat seseorang seenaknya sendiri kasih ekspektasi yang ketinggian padamu, kegagalanmu adalah kesalahannya. Seharusnya dia menyesuaikan tugas dengan kemampuanmu. Akan tetapi kalau dirimu sudah seakan-akan begitu siap digantungi harapan besar, kegagalanmu tidak termaafkan buat orang lain. Kamu kudu lebih jujur tentang apa yang bisa atau gak bisa dilakukan.

4. Instruksimu membingungkan orang yang melaksanakan

ilustrasi dua orang (pexels.com/Gender Reveals)

Tanpa kemampuan berbicara yang konsisten, kamu tidak cocok untuk menjadi pemimpin. Gak usah membayangkan dirimu membawahi ratusan apalagi ribuan anak buah. Kamu punya satu asisten saja pasti sering terjadi masalah akibat ucapanmu yang berubah-ubah.

Seperti kemarin dirimu memberinya tugas untuk mencarikan tiket pesawat. Tapi setelah tiket diperoleh, kamu bilang tak jadi pergi. Kejadian seperti ini gak cuma tentang tiket atau terjadi sekali saja, melainkan berulang-ulang. Dapat pula lima menit yang lalu kamu menyuruh seseorang mengerjakan sesuatu.

Sekarang dirimu datang lagi dan memintanya melakukan hal lain. Jika dia bertanya tentang tugas sebelumnya, kamu bilang tinggalkan saja. Terus seperti ini sampai ia bingung sebetulnya kudu mengggarap tugas yang mana. Banyak hal malah terbengkalai gara-gara perintahmu yang gonta-ganti melulu.

5. Jadi sumber informasi yang gak akurat

ilustrasi bisik-bisik (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kalau kamu bisa kasih informasi yang akurat, sampai kapan pun perkataanmu sama. Namun, inkonsistensi ucapan tanda bahwa kabar apa pun yang dibawa olehmu patut diragukan kebenarannya. Ini yang tanpa disadari olehmu kerap menimbulkan fitnah. Malah dirimu dianggap sebagai sumber berita palsu.

Ketika informasi yang tidak tepat telanjur tersebar, kamu gak bisa lagi mengendalikannya. Bahkan meski akhirnya dirimu mencoba meralatnya, orang yang mendengarnya darimu mungkin telanjur mengatakannya pada orang lain. Informasi yang salah kadung menyebar secara berantai. 

Satu-satunya cara agar kamu tak menyebarkan informasi secara sembarangan adalah dengan menahan diri. Dirimu tidak perlu tergesa-gesa memberitahukan sesuatu pada orang lain. Jangan merasa keren hanya karena kamu seperti orang pertama yang tahu hal tersebut. Mending bila informasinya tepat. Jika keliru malah kamu malu sendiri.

Lebih memperhatikan apa-apa yang akan dikatakan menghindarkanmu dari ucapan yang mencla-mencle. Memang terkadang kamu perlu mengoreksi perkataan, namun usahakan ini tidak sering terjadi. Sebab makin sering ucapanmu gak bisa dipegang, tingkat kepercayaan orang padamu juga makin rendah. Jika kata-katamu dapat dijadikan pegangan, orang tidak hanya merasa percaya tetapi juga tenang setiap berurusan denganmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us