Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Alasan Seseorang Menolak Diajak Nongkrong, Apakah Pasti Sibuk?

ilustrasi melambaikan tangan (pexels.com/Zen Chung)

Salah satu cara paling mudah untuk melepas penat setelah menjalani hari-hari yang berat adalah dengan nongkrong. Berkumpul bersama teman-teman di tempat yang nyaman, saling berbagi cerita sambil menikmati camilan selalu bisa menciptakan suasana yang santai. Kalau sudah begini, pikiran terasa lebih ringan karena beban yang dimiliki sudah jauh berkurang.

Namun demikian, ternyata ada sebagian orang yang tidak bersedia untuk diajak nongkrong. Padahal, biasanya orang itu dengan senang hati bergabung dan meramaikan suasana. Nah, tidak perlu kesal bila ada teman yang menolak ajakan tersebut karena bisa saja yang bersangkutan punya beberapa alasan sebagai berikut.

1.Ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan

ilustrasi kelelahan dalam bekerja (pexels.com/cottonbro)

Membayangkan bisa nongkrong bersama teman-teman, apa lagi setelah lama tidak punya kesempatan itu, rasanya jelas seru sekali. Bahan pembicaraan sudah banyak mengantre di kepala, menunggu untuk diceritakan dalam pertemuan nanti. Namun, apa daya, terkadang keinginan tersebut harus ditunda dulu karena ada pekerjaan penting yang masih harus diselesaikan.

Ya, sebuah ajakan untuk bersantai dengan teman-teman bisa ditolak karena ada tugas untuk menuntaskan suatu pekerjaan penting. Jika ditunda, dikhawatirkan waktunya tidak akan cukup, sehingga malah mengerjakan dengan terburu-buru dan hasilnya jauh dari ekspektasi. Oleh sebab itu, rela atau tidak, kegiatan nongkrongnya harus ditunda dulu, deh.

2.Sudah telanjur ada janji untuk kegiatan lain

ilustrasi piknik bersama keluarga (pexels.com/Askar Abayev)

Harus diakui bahwa menjalani kehidupan sebagai orang dewasa tentu berbeda dengan masa-masa remaja dulu. Padatnya kesibukan yang kini dimiliki dan energi yang semakin terbatas mengharuskan seseorang untuk mampu mengatur jadwal dengan baik. Skala prioritas adalah hal yang wajib direncanakan dengan cermat dan perlu dipatuhi agar aktivitas sehari-hari tidak menjadi kacau.

Nah, bila ada teman yang memutuskan untuk mengatakan tidak pada ajakan nongkrong yang kamu tawarkan, jangan cepat-cepat merasa kesal atau tersinggung. Bisa saja, dia telah punya janji untuk melakukan kegiatan lain di waktu yang bersamaan.

Oleh sebab itu, alangkah baiknya bila lain kali kamu juga berusaha untuk menjadwalkan pertemuan dengannya terlebih dahulu agar dia berusaha meluangkan waktu, ya.

3.Butuh waktu untuk fokus pada diri sendiri

ilustrasi seseorang yang sedang bersantai (pexels.com/Vlada Karpovich)

Banyak orang terlalu sibuk untuk mengerjakan beragam hal demi orang lain, entah itu karena tujuan memenuhi tanggung jawab atau memang ada kerelaan hati untuk membahagiakan mereka yang disayangi.

Konsekuensinya, orang-orang seperti ini akan sangat jarang memperhatikan dirinya sendiri. Jangankan berusaha membahagiakan diri, menemukan kesempatan untuk sekadar bersantai sejenak saja sering kali sulitnya bukan main.

Ketika ada peluang untuk bisa menikmati waktu dengan diri sendiri alias me time, maka tentu tidak akan disia-siakan. Orang itu akan berusaha sedemikian rupa agar kesempatannya untuk fokus pada kebahagiaan diri bisa berjalan lancar, sehingga tidak segan untuk menolak aktivitas lain, termasuk ajakan nongkrong. Dengan begini, hidup terasa lebih seimbang dan menyenangkan untuk dijalani.

Kendati nongkrong memang menjadi kegiatan yang identik dengan keseruan, tetapi tidak semua orang bisa selalu setuju untuk melakukannya. Terkadang ada hal-hal lain yang memang harus diprioritaskan demi mencapai beragam tujuan besar dan menjadikan kualitas hidup lebih baik.

Jadi, tidak perlu berpikir macam-macam bila temanmu menolak untuk diajak nongkrong. Jadwalkan ulang saja di hari lain saat semua pihak sedang sama-sama punya waktu luang, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ratna Kurnia Ramadhani
EditorRatna Kurnia Ramadhani
Follow Us