Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Cara Jujur ke Sahabat Tanpa Bikin Hubungan Jadi Renggang

ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/Julia Larson)
ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/Julia Larson)
Intinya sih...
  • Kejujuran penting, tapi cara dan timing penyampaian menentukan diterimanya pesan dengan baik.
  • Hindari bicara jujur saat sahabat lelah atau suasana hati buruk, pilih momen yang santai dan tenang.
  • Gunakan sudut pandang "aku" dan kata-kata empatik untuk menciptakan percakapan hangat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Punya sahabat dekat memang menyenangkan, tapi bukan berarti selalu mulus. Ada kalanya kamu merasa perlu jujur tentang sesuatu—entah karena merasa tersinggung, kecewa, atau ingin memperbaiki keadaan. Masalahnya, jujur ke sahabat itu tricky. Salah cara, niat baik bisa disalahpahami dan justru bikin hubungan renggang.

Padahal, kejujuran yang disampaikan dengan tepat justru bisa bikin hubungan makin kuat dan saling menghargai. Kuncinya ada pada cara penyampaiannya. Nah, biar kamu bisa tetap jujur tanpa merusak persahabatan, yuk simak empat cara berikut yang bisa kamu praktikkan mulai sekarang.

1. Pilih waktu dan suasana yang tepat

ilustrasi pria sedang mengobrol (pexels.com/Mizuno K)
ilustrasi pria sedang mengobrol (pexels.com/Mizuno K)

Kejujuran memang penting, tapi cara dan timing dalam menyampaikannya jauh lebih menentukan apakah pesanmu akan diterima dengan baik atau justru membuat hubungan jadi renggang. Hindari bicara blak-blakan saat sahabatmu sedang lelah, terburu-buru, atau dalam suasana hati yang buruk. Apalagi kalau dilakukan di depan umum—itu bisa bikin dia merasa dipermalukan. Pilihlah momen santai dan suasana yang tenang, misalnya saat kalian sedang jalan berdua atau ngobrol sore sambil ngopi.

Ketika suasana terasa nyaman, hati jadi lebih terbuka dan pesan akan lebih mudah dicerna tanpa rasa tersinggung. Ini bukan berarti kamu harus memendam perasaan terus-terusan, tapi justru menunjukkan bahwa kamu peka dan menghargai perasaan sahabatmu. Dengan memilih waktu dan tempat yang tepat, kamu memperbesar peluang terjadinya percakapan yang jujur, dewasa, dan membangun.

2. Gunakan bahasa yang empatik, bukan menghakimi

ilustrasi berkomunikasi dengan empatik (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi berkomunikasi dengan empatik (pexels.com/SHVETS production)

Kamu mungkin punya maksud baik ketika ingin menyampaikan kejujuran, tapi jika dibungkus dengan kalimat yang kasar atau menghakimi, pesanmu akan terasa seperti serangan. Daripada bilang, “Kamu nyebelin banget sih waktu itu,” lebih baik ubah jadi, “Aku sempat ngerasa nggak enak waktu itu, boleh aku cerita?” Bahasa seperti ini memberi ruang untuk sahabatmu menerima dengan kepala dingin, bukan malah tersinggung atau marah.

Dengan menggunakan sudut pandang "aku" dan memilih kata-kata yang empatik, kamu menciptakan suasana percakapan yang lebih hangat dan terbuka. Sahabatmu akan lebih merasa dihargai dan diajak bicara dari hati ke hati, bukan dihakimi. Percakapan yang sehat berawal dari niat baik yang disampaikan dengan cara yang lembut. Ingat, isi boleh jujur, tapi cara menyampaikannya tetap harus bijak.

3. Fokus pada niat baik, bukan menang argumen

ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Saat kamu memutuskan untuk bicara jujur ke sahabat, ingat bahwa tujuan utamanya adalah memperbaiki dan mempererat hubungan—bukan untuk membuktikan siapa yang benar. Hindari nada bicara yang bernuansa debat atau menyudutkan. Lebih baik sampaikan dengan hati-hati, misalnya dengan mengatakan, “Aku ngomong ini karena aku peduli sama kamu dan nggak mau ada salah paham di antara kita.”

Kalau kamu menekankan niat baik dan rasa pedulimu, sahabatmu akan lebih terbuka dan mengerti maksudmu. Jangan terpancing untuk membalas jika dia menanggapi dengan nada emosional—fokuslah pada menjaga komunikasi tetap sehat. Ketulusan dan empati adalah kunci agar pesanmu diterima sebagai wujud kasih sayang, bukan sebagai bentuk serangan pribadi. Saat kamu bicara dengan tujuan membangun, hasilnya pun akan terasa lebih positif.

4. Siap dengar balasannya dengan hati terbuka

ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/Armin Rimoldi)
ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/Armin Rimoldi)

Jujur ke sahabat bukan berarti kamu satu-satunya yang bicara. Kejujuran yang baik adalah dialog dua arah, bukan monolog. Setelah kamu menyampaikan perasaan atau pendapatmu, beri kesempatan sahabatmu untuk merespons. Mungkin saja ada bagian dari cerita yang belum kamu tahu, atau mungkin ada kesalahpahaman dari dua sisi. Bukalah hati dan telingamu untuk mendengar versinya dengan tulus.

Jangan langsung defensif atau merasa harus membela diri. Terkadang, kamu pun bisa salah atau keliru menangkap situasi. Bersikap terbuka dan rendah hati menunjukkan bahwa kamu menghargai pendapatnya, bukan hanya ingin didengarkan. Justru dengan saling memahami dan berbagi perspektif, hubungan kalian bisa tumbuh lebih kuat dan dewasa. Karena sejatinya, kejujuran yang diiringi empati akan mempererat, bukan memisahkan.

Ngomong jujur ke sahabat nggak harus bikin tegang, kok. Selama kamu menyampaikannya dengan hati-hati dan tulus, sahabat yang baik pasti bisa ngerti maksudmu. Justru dari momen-momen jujur seperti inilah hubungan kalian bisa tumbuh lebih dewasa dan saling percaya. Jadi, nggak perlu takut jujur—yang penting cara dan niatnya tetap baik, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us