Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Kamu Berteman dengan Social Climber, Hati-hati Dimanfaatkan!

ilustrasi dua perempuan duduk bersama (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)
ilustrasi dua perempuan duduk bersama (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Semakin ke sini, bukan hal yang aneh menyaksikan orang-orang berteman dengan maksud tertentu. Misalnya, menggunakan pertemanan untuk melakukan social climbing atau yang juga dikenal sebagai pansos atau panjat sosial

Seorang social climber menggunakan hubungannya dengan orang lain untuk meningkatkan statusnya sendiri. Terkadang, mereka akan menyerang orang lain dengan maksud membuat dirinya tampak lebih baik. Karenanya, social climber biasanya tidak tulus dalam berteman.

Tentunya, kamu tidak mau kan jika ada orang yang berteman denganmu hanya demi status sosial? Untuk itu, yuk kenali apa saja tanda kamu berteman dengan social climber. 

1. Memandang status saat memilih teman

ilustrasi teman benalu (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi teman benalu (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Social climber menjalin pertemanan berdasarkan status sosial atau apa yang dimiliki orang lain. Selanjutnya, ia akan memberi tahu orang-orang di sekitarnya tentang orang-orang penting yang menjadi temannnya. 

Jika ia tahu kamu memiliki teman yang populer, ia akan memintamu memperkenalkannya pada mereka. Setelah kamu memperkenalkannya kepada sirkelmu, ia akan berusaha membuat mereka menjadi lebih dekat dengannya.

2. Segalanya tentang Instagram

ilustrasi Instagram (unsplash.com/Erik Lucatero)
ilustrasi Instagram (unsplash.com/Erik Lucatero)

Bagi social climber, segalanya adalah tentang Instagram. Baiklah, setiap orang punya hak dengan akun Instagramnya masing-masing. Namun, social climber terobsesi membuat semua orang tahu betapa kerennya dia lewat Instagram.

Karenanya, dia tidak akan benar-benar menikmati waktu yang dihabiskan dengan kamu dan teman-teman yang lain. Ia hanya mau pergi ke tempat yang dirasa Instagramable. Mengatur seperti apa pakaian yang harus dikenakan semua orang, siapa yang boleh hadir, bagaimana harus berpose, filter yang harus dipakai, dan masih banyak lagi.

3. Memuji secara berlebihan sejak awal berkenalan

ilustrasi memuji orang lain (pexels.com/Laura Stanley)
ilustrasi memuji orang lain (pexels.com/Laura Stanley)

Ketika kamu pertama kali bertemu dengannya, ia akan terus mengatakan betapa dirinya menyukaimu. Ia akan terus memujimu, mengatakan betapa mengasyikkannya kamu, dan membuatmu merasa berada di awan. Namun, kamu perlu berhati-hati dengan orang seperti ini.

Bukanlah hal yang wajar memberikan pujian secara berlebihan pada orang yang baru dikenal. Jika kamu bertemu orang seperti ini, dijamin selanjutnya ia akan sangat lengket denganmu, memintamu memasukkannya ke dalam sirkel pertemananmu, dan memulai misinya melakukan social climbing di sekitar pergaulanmu.

4. Tiba-tiba membatalkan kehadiran jika ada acara lain yang lebih menarik

ilustrasi hangout (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi hangout (pexels.com/Kampus Production)

Banyak orang akan menimbang-nimbang terlebih dahulu sebelum memenuhi suatu undangan. Misalnya, karena terlalu sibuk, menghadiri undangan lain, atau memang tidak suka keramaian. Namun, yang pasti kita tidak boleh mengonfirmasi terlalu mendadak atau tiba-tiba tidak hadir.

Saat social climber diundang ke suatu acara, pertanyaan pertama yang diajukan selalu, "Siapa saja yang ikut?" Tak jarang, ia membatalkan kehadiran di menit-menit terakhir atau tiba-tiba tidak datang. Tentu saja ini karena ia mendapatkan undangan yang dirasa lebih menarik.

5. Suka memanfaatkan

ilustrasi membantu orang lain (pexels.com/Christina Morillo)
ilustrasi membantu orang lain (pexels.com/Christina Morillo)

Jelas, teman harus saling membantu satu sama lain. Namun, teman sejati juga harus berteman dengan tulus, bukan hanya karena ingin mendapatkan manfaat. Di sisi lain, social climber hanya menghubungimu jika ia membutuhkan sesuatu.

Karena tujuan berteman sejak awal tidak tulus, seorang social climber cenderung kurang berempati. Dari luar, ia mungkin tampak seperti seseorang yang memiliki banyak teman. Namun, sebenarnya ia tidak mengenal dengan baik dan tidak akrab dengan teman-temannya.

Sah-sah saja kita pilih-pilih teman dan mendapatkan manfaat dari pertemanan. Namun, tentunya kamu tidak ingin 'kan memiliki teman yang tidak tulus atau ketularan menjalani hidup hanya untuk mendapatkan pengakuan sosial?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Eka Ami
EditorEka Ami
Follow Us