Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Pasangan yang Haus Validasi itu Bikin Capek

ilustrasi pria yang lelah karena pasangannya haus validasi (Pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi pria yang lelah karena pasangannya haus validasi (Pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Pasangan yang haus validasi bisa terlalu sering meminta konfirmasi perasaan, menyebabkan kelelahan emosional dan perdebatan yang tak perlu.
  • Alasan di balik perilaku ini bisa berasal dari trauma sebelumnya, rasa tidak percaya diri, atau kurangnya kasih sayang dari keluarga.
  • Perilaku haus validasi juga dapat mengakibatkan cemburu berlebihan, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, dan perubahan mood yang sulit diprediksi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sering denger pacar nanya "kamu sayang sama aku gak?" berulang kali? Kalau doi melakukannya terlalu berlebihan, bisa jadi doi haus validasi. Artinya, kalian harus selalu meyakinkan doi gimana perasaan kalian, memuji mereka, bahkan yang paling parah, kalian jadi gak bisa punya teman lawan jenis. Sebenarnya apa sih alasan doi jadi kayak gitu?

Alasannya bisa jadi karena trauma di hubungan sebelumnya, insecure sama diri sendiri atau karena kurang kasih sayang dari keluarganya. Itulah kenapa saat mereka punya pasangan, mereka selalu ingin disayang, dipuji dan divalidasi. Minta divalidasi sama pasangan emang wajar, tapi kalau berlebihan dan gak bisa liat sikon, capek juga, kan?

Jadi, coba cek dulu 6 alasan pasangan yang haus validasi itu melelahkan di bawah ini. Kalau kalian siap memvalidasi semua perasaannya setelah melihat resikonya, go ahead! Tapi kalau kalian gak yakin, mending obrolin sama doi atau mundur baik-baik, deh! Jangan sampai kalian malah bikin rasa haus validasi doi makin parah dengan perilaku ghosting dan pergi tanpa ngasih closure.

1. Harus siap jawaban tiap doi nanya "kamu sayang sama aku, gak?"

ilustrasi wanita yang bertanya apakah pasangannya sayang padanya (Pexels.com/Alex Green)
ilustrasi wanita yang bertanya apakah pasangannya sayang padanya (Pexels.com/Alex Green)

Bayangin, tiap saat selalu ditanya perasaan kalian ke doi tanpa mereka bisa melihat sikon. Pasti capek banget, kan? Lagi capek abis pulang kerja, pusing karena banyak masalah, eh masih harus jawab pertanyaan "kamu sayang sama aku, gak?" berulang kali. Sayangnya, kalau kita jawabnya telat dikit atau gak meyakinkan, malah jadi ribut besar.

Sebenernya jawabnya gak makan waktu lama, sih. Tapi kalau mood lagi jelek atau capek banget, emosi bisa aja gak stabil. Kalian cuma lagi banyak pikiran, tapi dia malah ngambek karena merasa gak disayang.

Kalau gak sanggup, mending komunikasikan ini saat doi lagi mode 'normal'. Kasih pengertian kalau kalian gak bisa memvalidasi perasaan mereka setiap saat. Kalau mereka malah ngambek dan kalian belum mau putus sama doi, ya sabar aja, deh tiap doi minta validasi!

2. Harus sering kasih pujian

ilustrasi memuji pasangan (Pexels.com/Polina Tankilevitch)
ilustrasi memuji pasangan (Pexels.com/Polina Tankilevitch)

Pacar yang haus validasi biasanya punya rasa insecure yang besar. Kalau love language kalian bukan words of affirmation atau kalian bukan tipe yang terbiasa memuji pasangan, pasti lama-lama capek juga. Setiap kali doi gak pede dengan penampilannya, kalian harus siap kasih pujian dan afirmasi positif biar dia merasa lebih baik.

Kalau enggak, dia bisa aja mencari validasi dari orang lain. Misalnya dengan sering posting foto di medsos biar dapat pujian dari orang lain. Kalau kalian tipe yang cemburuan, siap-siap, deh harus ngisi tangki cintanya biar penuh setiap hari!

Tapi, sering posting foto bukan berarti dia lagi flirting, ya! Doi cuma butuh diyakinkan kalau dia juga menarik dan punya kelebihan. Pertanyaannya, kalian siap gak ngasih doi pujian tiap saat biar dia gak insecure lagi?

3. Harus siap publikasi pasangan

ilustrasi mempublikasi pasangan di sosmed (Pexels.com/Budgeron Bach)
ilustrasi mempublikasi pasangan di sosmed (Pexels.com/Budgeron Bach)

Beberapa orang yang haus validasi, biasanya ingin diakui oleh orang lain. Jadi, kalau kalian termasuk tipe orang yang ingin hubungannya private, bakalan sering cekcok karena ini. Soalnya kalau backstreet, mereka bisa aja berpikir kalau kalian gak sayang atau mengira kalian malu berpacaran dengan mereka.

Kalau sesekali postingnya sih mungkin gak masalah. Tapi kalau doi sering banget pamer kemesraan, sementara kalian jarang banget upload foto berdua, kepercayaan dirinya bisa anjlok. Apalagi kalau dia tipe yang overthinking, hal kecil aja bisa jadi besar untuk orang kayak gini.

Buat sebagian orang, memposting pasangan di media sosial mungkin cuma hal sepele. Tapi buat yang haus validasi, ini bisa jadi bukti nyata bahwa kalian bangga memiliki mereka. Jadi, kalau kalian tipe yang gak suka terlalu mengekspos hubungan di sosmed, pikir ulang, deh sebelum pacaran sama orang yang selalu butuh validasi!

4. Harus siap menghadapi sikap cemburunya

ilustrasi cemburu (Pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi cemburu (Pexels.com/RDNE Stock project)

Karena sikap insecure yang dimiliki orang yang haus validasi, biasanya mereka juga punya karakter yang cemburuan. Jangankan punya teman lawan jenis, sekadar ngobrol atau bantuin lawan jenis di depan pasangan aja bisa jadi pemicu drama besar.

Padahal, niat kalian bukan buat selingkuh atau tebar pesona. Tapi karena doi selalu butuh diyakinkan, kalian jadi harus terus menjelaskan setiap interaksi dengan lawan jenis. Lama-lama, capek sendiri, kan? Bahkan, bisa jadi kalian memilih untuk membatasi atau malah cut off pertemanan dengan lawan jenis cuma biar gak ribut lagi.

Masalahnya, kalau ini terus dibiarkan, hubungan kalian malah jadi gak sehat. Cemburu memang tanda cinta, tapi kalau cemburu buta ya lain cerita. Emang gak capek dicurigain tiap saat?

5. Harus siap menghadapi kalau doi ngambek

ilustrasi ngambek (Pexels.com/Vera Arsic)
ilustrasi ngambek (Pexels.com/Vera Arsic)

Beberapa orang yang haus validasi biasanya punya pengalaman di masa lalu di mana mereka merasa kurang diperhatikan atau kurang dihargai. Ini bikin mereka cenderung takut untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung. Akibatnya, mereka bisa ngajak ribut cuma karena kangen atau ngambek saat kalian gak paham kode mereka.

Padahal, kalian kan bukan peramal! Gimana bisa tahu apa yang mereka mau kalau mereka aja gak mau bilang? Tapi buat mereka, kalau kalian beneran sayang, 'harusnya' kalian peka dan tahu apa yang mereka mau meskipun mereka belum bilang apa-apa.

Itulah kenapa, menjalin hubungan dengan orang yang haus validasi itu melelahkan. Kalian harus selalu siap menghadapi sikap di luar nalar mereka atau jadi samsak emosi mereka saat jatah validasi mereka belum tercukupi.

6. Harus siap menghadapi sikap moody pasangan

ilustrasi lelah dengan pasangan yang moody (Pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi lelah dengan pasangan yang moody (Pexels.com/Timur Weber)

Orang yang haus validasi biasanya sangat moody, tergantung dari bagaimana orang lain memperlakukannya. Kalau dia posting foto di sosmed dan banyak yang kasih pujian, mood-nya bisa bagus banget seharian. Tapi kalau ada satu aja komentar yang bikin insecure, mereka bisa langsung bad mood dan nularin energi negatifnya ke kalian.

Masalahnya, perubahan mood ini gak selalu bisa diprediksi. Kadang, tanpa kalian tahu penyebabnya, doi bisa tiba-tiba berubah jadi lebih pendiam, sensitif atau bahkan menyebalkan. Dan kalau mereka gak dapet cukup validasi dari sekitar, kalianlah yang harus jadi sumber utama validasi mereka. Kalau kalian gak bisa kasih itu, siap-siap dicuekin, deh sama doi!

Itu tadi 6 alasan kenapa pacaran sama orang yang haus validasi itu bikin capek. Memang, sikap haus validasi itu bukan salah doi. Tapi, kalian gak punya kewajiban untuk selalu memenuhi kebutuhan validasi doi. Mending, saranin mereka untuk berobat dulu sebelum menjalin hubungan.

Soalnya kalau kalian masih ngeyel pacaran sebelum doi sembuh, takutnya malah kalian jadi capek sendiri. Apalagi kalau kalian jadi muak dan pergi, jadinya malah nambah luka baru buat doi, kan? Jadi, apa kalian masih mau pacaran sama orang yang haus validasi atau mau nyerah aja?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rossa Arie Sweetadewi
EditorRossa Arie Sweetadewi
Follow Us