Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aku Tutup, Lalu Aku Tiup Kisah Ini Hingga Ke Awan Cumulonimbus

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Waktu itu tidak terlalu terik, namun cukup terik untuk seseorang yang baru saja mengalami pergantian musim.

Waktu itu tidak terlalu bingung, namun cukup bingung untuk seseorang yang baru saja masuk ke dalam lingkungan baru.

Waktu itu tidak terlalu mengantuk, namun cukup mengantuk untuk seseorang yang biasanya jam segitu masih tidur siang.

Serta banyak sekali waktu itu yang sulit aku jabarkan.

Kain khas salah satu negara di benua Asia. Itu visual pertama yang kau coba tampilkan sewaktu pupil mata melihat secara tak sengaja hingga hasil dari visual tersebut langsung diproses menuju otak dan berakhir dengan sebuah perasaan yang beberapa dari mereka menyebutnya seperti “Selalu dari mata hingga jatuh hati seketika” sesederhana itu untuk sebuah jatuh hati dari kesan pertama yang terlalu memikat.

Beranjak dari kain khas salah satu negara di benua Asia. Aku mencoba menggali dan berteman dengan logika bahwa tidak akan ada sebuah kemungkinan barang seujung jaripun untuk menang memikat kau dengan pesona yang kadangkala sering tak bisa diakali dengan akal sehat. Seringkali aku menuju ‘gila’ ketika setelah kesan pertama kau dan aku mencoba berbincang layaknya manusia biasa. Perbincangan biasa untuk manusia di sekitar, namun bagi yang sedang jatuh hati itu sebuah momentum yang harus dilingkari dengan spidol berwarna merah pada sebuah almanak bergambar nelayan yang hobby memancing.

Seperti yang sudah-sudah dan selalu demikian. Satu pasukan perasaan akan tumbuh dan bermekaran setiap hari karna aku pupuk dan kau coba bantu pupuk tanpa kau sendiri sadar telah membantu aku memupuk. Tapi di suatu detik tanaman perasaan yang aku pupuk tiba-tiba bisa berhenti tumbuh berkembang dengan baik karna ada hama yang suka sekali dengan tanaman perasaan yang aku tanam. Hama disini yang membuat aku berhenti memupuk secara sengaja dan mari mundur secara bijaksana perintah otakku pada siang itu.

Sudah berhenti memupuk aku mencari kesibukan lain selain memupuk. Sebegitu sibuknya hingga aku tidak ingat lagi tanggal yang aku lingkari di almanak bergambar nelayan yang hobby memancing. Waktu itu aku sangat dekat dengan Tuhanku, dia bantu aku lebih gesit mencari kesibukan selain memupuk. Dayaku selain sibuk adalah memandang dari kejauhan sembari mencoba berkawan dengan logika. Hingga tak terhingga menit berlalu, Tuhan mengajakku kembali terjun ke dalam sinetron yang dia sutradarai, dengan memerankan aku sebagai tokoh utama dan kau tokoh lama yang kembali diutamakan. Waktu itu? Ada yang bahagia tak kepalang tanggung ketika tanaman yang sudah hampir dibuang ke bak sampah namun diambil kembali dan dikembangkan lagi hingga sehat walafiat dengan harapan tidak lagi mati. Semuanya karena apa? Karena sapaan pertama sewaktu lapar mengundang diantara jajanan pasar yang diatur rapi.

Hari demi hari hingga tahun berganti dan shio kepercayaan orang-orang cina berganti. Aku kembali bergerilya dalam sesuatu yang harusnya tak aku tekuni. Terkadang si logika suka sekali datang mengajak berdialog sehat hingga dialog yang tak lagi sehat. Namun apa daya bisa kalah dengan kekuatan yang maha dahsyat dari tanaman perasaan yang sudah tumbuh menjulang hingga menyentuh langit. Semua ini dikarenakan kau yang begitu baik dan kau yang begitu lucu dan kau yang bisa aku katakan paket komplit untuk sebuah pesanan di beberapa restoran junkfood. Aku mendalami peran yang diberikan Tuhan dengan sangat baik, sungguh !! Hingga aku bisa memenangkan beberapa piala citra terhadap peran yang aku mainkan, semua itu berkat siapa? Berkat kau.

Seingatku waktu itu belum terlalu malam bahkan bisa dikatakan pagi bagi seorang laki-laki yang mengalami perubahan jiwa dari laki-laki ke perempuan. Rasanya tidak seperti disambar petir ataupun distrum oleh listrik tegangan tinggi. Aku gambarkan rasanya seperti terjepit oleh pintu mobil dan pintu itu terkunci dan kunci mobil hilang entah kemana ditengah matahari yang cukup terik dan waktu itu sedang bulan ramadhan. Bagaimana rasanya? Apakah analogiku cukup untuk menggambarkan apa yang aku rasakan? Lalu malam yang belum terlalu malam kembali menuntut aku menemui sang sutradara sinetron dengan piala citra yang sangat banyak ini. Aku bertemu dan bercerita dengan cukup sesegukan. Malam itu ada yang tidak usai berfikir, kenapa ceritanya jadi terlalu lucu begini?

Hingga sekarang, proses yang akan panjang tentu mau tak mau, suka tidak suka dan hukumnya tidak lagi sunnah bahkan fardhu ain harus aku jalani demi kelangsungan hidup yang katanya cuma terjadi satu kali. Mencoba akrab dengan logika dan mencoba menutup kisah diam-diam yang telah aku tanam hingga besar menyentuh langit. Saat ini hingga ada yang lihai mengetuk, aku akan memotong tanaman sehat ini, akan aku buat sakit hingga mati secara cepat kemudian aku bakar dan asapnya  akan aku biarkan memenuhi kota.

Lalu apalagi? Terimakasih sudah mendukung, terimakasih sudah baik dan lucu. Aku sedikitpun tidak menyalahkan kau, karena yang salah disini adalah aku yang hanya berani memandang dari jauh dan tidak memberi tahu apa yang sebenarnya aku miliki.

Begitulah. Aku tutup dan aku tiup kisah ini hingga melebur di awan cumulonimbus.

Share
Topics
Editorial Team
Nonaaaa
EditorNonaaaa
Follow Us

Latest in Life

See More

10 Inspirasi Nail Art Smoke Nail, Witchy Look untuk Halloween!

19 Okt 2025, 11:03 WIBLife