Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Attachment Style, Demi Kualitas Hubungan yang Lebih Baik!

ilustrasi pasangan bahagia (unsplash.com/AldoDelara)

Dalam menjalin sebuah hubungan sering kali kita menemukan ketidakcocokan dengan pasangan kita. Ketidakcocokan tersebut bisa jadi bumbu manis bagi sebuah hubungan atau justru menjadi mala petaka yang membuat hubungan kita kandas di tengah jalan. Salah satu komponen yang berperan penting dalam sebuah hubungan adalah keterikatan kamu dan pasangan. 

Sekitar tahun 1950an John Bowlby seorang psikoanalisis asal Inggris mengemukakan Teori Keterikatan atau Attachment Theory. Kemudian pada 2010, Amir Levine dan Rachel Heller menulis sebuah buku berjudul Attached yang ia sebut sebagai "Sebuah panduan yang kami harap kami miliki saat kami berkencan”.

Idenya adalah bahwa dengan mengenali gaya ketertarikan atau attachment style, kamu dapat mengidentifikasi pasangan yang cocok, lebih sadar dalam hubungan dan berhenti membohongi diri sendiri.

1. Apa itu attachment style?

ilustrasi ibu dan bayi (unsplash.com/JonathanBorba)

Attachment style terbentuk secara tidak sadar dan alami sejak manusia berusia 18 bulan, yang dipengaruhi oleh keterikatan dengan orang tua atau pun caregiver utama. Hubungan yang dibangun sejak dini tersebut kemudian dapat mempengaruhi hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, maupun dengan orang lain sampai ia dewasa. 

Dalam hubungan percintaan, keterikatan memiliki peran besar dalam bagaimana seseorang memilih pasangan, berkomunikasi dengan pasangan, dan berperilaku dalam sebuah hubungan itu sendiri. Untuk itu, memiliki sebuat keterikatan yang aman atau disebut juga dengan secure attachment merupakan kunci untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat, seimbang, dan bertahan lama.

Lalu, apakah semua manusia memiliki secure attachment? Belum tentu. Mengingat pengalaman masing-masing orang berbeda dan keterikatan yang dibangun dengan caregiver utama sejak bayi pun berbeda, maka ada kalanya seseorang membentuk keterikatan yang tidak aman atau insecure attacment. Pada bahasan kali ini, kita akan mengenal 4 attachment style yaitu, secure attachment, anxious attachment, avoidant attachment, dan disorganized attachment. 

2. Gaya keterikatan aman (secure attachment)

ilustrasi pasangan minum teh (unsplash.com/JeremyBanks)

Orang dewasa dengan keterikatan yang aman cenderung lebih mudah beradaptasi dalam hal kontak sosial, ikatan, dan hubungan intim. Mereka sadar akan emosi dan kebutuhan emosional mereka, serta mampu merasakan sekaligus mengekspresikannya. Mereka terbuka dan lugas, serta tidak ekstrem. 

Beberapa hal yang terdapat pada diri seseorang dengan secure attachment adalah mereka memandang diri mereka secara positif, artinya tidak bergantung pada validasi orang lain untuk merasa berharga dan layak dicintai. Mereka cenderung mempercayai pasangan tanpa perlu merasa cemburu tanpa alasan yang jelas. Mereka menerima masa lalu yang tidak menyenangkan, merefleksikan, dan mampu move on dari hal tersebut. 

3. Gaya keterikatan cemas (anxious attachment)

ilustrasi perempuan cemburu (unsplash.com/TamaraBellis)

Gaya keterikatan cemas merupakan satu dari tiga bagian insecure attachment. Harga diri yang rendah, ketakutan yang kuat akan penolakan atau pengabaian, dan kemelekatan (clinginess) dalam hubungan adalah tanda-tanda umum dari gaya keterikatan ini. Ketakutan yang kuat akan pengabaian mungkin sering menyebabkan orang dewasa yang cemas menjadi sangat cemburu atau curiga terhadap pasangannya. 

Anxious attachment dapat terbentuk salah satunya ketika seorang mengalami perpisahan dini dengan caregiver saat masih bayi. Orang dewasa dengan gaya keterikatan ini cenderung mencari keintiman dan kedekatan, serta sangat emosional dan bergantung pada orang lain. Kehadiran orang yang dicintai tampaknya menjadi obat untuk kebutuhan emosional mereka yang kuat. 

4. Gaya keterikatan menghindar (avoidant attachment)

ilustrasi orang menutup wajah (unsplash.com/IanDooley)

Sama seperti anxious attachment, gaya keterikatan menghindar termasuk dalam bagian insecure attachment. Orang tua yang strict dan jauh secara emosional, tidak mentolerir ekspresi perasaan, dan mengharapkan anak mereka untuk mandiri dan tangguh mungkin membesarkan anak-anak dengan gaya keterikatan penghindaran. 

Orang dewasa dengan gaya keterikatan ini akan tampak percaya diri, supel, dan ramah. Namun, kedekatan tersebut sebisa mungkin mereka pertahankan dalam jarak aman, ketika orang sekitar mulai mendekatinya lebih dalam, ia cenderung menutup diri dan menghindari kedekatan tersebut.

Mereka percaya bahwa mereka tidak membutuhkan keintiman emosional dalam hidup mereka. Dalam sebuah hubungan, sikap seperti ini tidak jarang akan membuat pasangan bingung dan merasa tidak dicintai, namun bagi orang dengan avoidant attachment hal itu justru membuatnya merasa 'aman'. 

5. Gaya keterikatan tidak terorganisir (disorganized attachment)

ilustrasi pasangan duduk berdua (unsplash.com/ClayBanks)

Kebanyakan spesialis keterikatan percaya bahwa gaya keterikatan yang tidak terorganisir adalah yang paling sulit dari tiga gaya keterikatan tidak aman untuk diobati karena menggabungkan gaya cemas dan gaya menghindar. Disorganized attachment diyakini sebagai konsekuensi dari trauma atau kekerasan masa kanak-kanak. Adanya ketakutan yang dirasakan adalah aspek utama dari perkembangannya. 

Orang dewasa dengan disorganized attachment takut akan keintiman dan menghindari kedekatan, mirip dengan individu dengan gaya keterikatan menghindari. Perbedaan utamanya adalah bahwa orang dengan disorganized attachment justru menginginkan hubungan tersebut. Mereka tidak menolak keintiman emosional; mereka hanya takut akan hal itu.

Mereka terus melihat sosok keterikatan (dulu, pengasuh mereka, dan sekarang, pasangan mereka) sebagai hal yang tidak dapat diprediksi. Mereka mengalami kesulitan untuk percaya bahwa pasangan mereka akan mencintai dan mendukung mereka apa adanya.

Berdasarkan tipe attachment style yang sudah disebutkan di atas, kamu termasuk tipe yang mana nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us