Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Atasi Konflik Perencanaan Pernikahan dengan Ibu Mertua, Ketahui!

ilustrasi foto nikah (pexels.com/trungnguyenphotog)
Intinya sih...
  • Konflik perencanaan pernikahan dengan ibu mertua seringkali terjadi akibat perbedaan visi dan ekspektasi.
  • Ibu mertua bisa merasa kehilangan kendali, cemas, atau ingin mempertahankan tradisi keluarga dalam proses pernikahan.
  • Pentingnya berdiskusi terbuka, menetapkan batasan, dan menghormati keinginan ibu mertua agar proses pernikahan tetap lancar dan harmonis.

Merencanakan pernikahan idealnya menjadi momen bahagia, namun kenyataannya tak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu yang sering terjadi adalah perbedaan pendapat dengan ibu mertua. Ketidaksepahaman dalam visi dan ekspektasi dapat memicu ketegangan yang berisiko mengganggu keharmonisan hubungan.

Oleh karena itu, memahami cara mengelola konflik dengan bijak menjadi hal yang penting agar persiapan pernikahan tetap berjalan lancar tanpa menimbulkan ketegangan yang berkepanjangan. Yuk, ketahui cara mengatasi konflik perencanaan pernikahan dengan ibu mertua melalui artikel berikut!

1. Terlalu banyak memberikan opini negatif

ilustrasi pertemuan (pexels.com/nicolemichalou)

Keluhan terus-menerus dari ibu mertua mengenai pernikahan sering kali membuat stres, tetapi di balik itu semua, mungkin ada perasaan yang lebih dalam. Bisa jadi, ia merasa kehilangan kendali karena bukan lagi pengambil keputusan utama dalam keluarga atau visinya tentang pernikahan anaknya tidak sesuai dengan kenyataan.

"Mereka mungkin merasa tidak dilibatkan atau berpikir bahwa prinsip yang mereka ajarkan kepada anaknya tidak dihormati," ujar Lauren Mollica, seorang terapis perkawinan dan keluarga berlisensi, dan manajer layanan pelanggan untuk pasangan dan terapis di Ours, dilansir Brides.

Sifat pesimis juga bisa menjadi faktor yang membuatnya sulit menerima perubahan. Untuk menghadapinya, penting untuk berdiskusi secara terbuka mengenai apa yang membuatnya merasa tidak nyaman dan bagaimana ia bisa lebih menikmati proses ini. Libatkan pasangan sebagai jembatan komunikasi dan cari cara agar ia tetap merasa dihargai dalam perencanaan pernikahan.

2. Ingin mengontrol seluruh proses

ilustrasi wanita bersedih (pexels.com/lizasummer)

Beberapa orangtua, terutama ibu mertua, mungkin berusaha mengontrol seluruh proses pernikahan tanpa mengkritik secara langsung. Mereka bisa mengambil alih keputusan penting, seperti lokasi acara atau dekorasi, karena merasa perlu memastikan semuanya berjalan sempurna. Menurut Mollica, sikap ini biasanya muncul sebagai bentuk kecemasan mereka sendiri.

Cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan memahami bahwa tindakan tersebut lebih mencerminkan perasaan mereka daripada sekadar mengatur pernikahan. Cobalah berdiskusi untuk mengetahui apa yang membuat mereka cemas dan temukan solusi bersama agar semua pihak merasa dihargai.

3. Selalu berada dalam mode panik

ilustrasi makan bersama keluarga (pexels.com/nicolemichalou)

Ibu mertua yang selalu berada dalam mode panik bisa membuat proses perencanaan terasa lebih menegangkan dan melelahkan. Kepanikan yang dialaminya mungkin bukan karena ia tidak percaya pada keputusan kamu dan pasangan, tetapi lebih karena keinginan untuk tetap merasa terlibat dan memiliki kendali.

Untuk menghadapinya, cobalah menetapkan batasan tanpa mengabaikan perasaannya. Jelaskan bahwa kamu dan pasangan ingin membuat keputusan bersama, tetapi tetap terbuka untuk mendengar pendapatnya. Dengan komunikasi yang baik dan sedikit empati, situasi ini bisa lebih mudah dikelola tanpa menimbulkan ketegangan.

"Menetapkan batas yang tegas sambil tetap bersikap pengertian dapat membantu mengatasi situasi ini," ujar Dr. Akua K. Boateng, seorang psikoterapis berlisensi dan pendiri Boateng Consulting, dilansir Brides.

4. Memaksa tradisi keluarga

ilustrasi makan bersama keluarga (pexels.com/rdne)

Perbedaan pandangan tentang tradisi keluarga sering menjadi tantangan dalam perencanaan pernikahan, terutama jika ibu mertua bersikeras mempertahankan adat tertentu. Baginya, tradisi adalah bagian dari identitas keluarga yang perlu dilestarikan.

Namun, bagi pasangan yang menikah, beberapa tradisi mungkin tidak selalu relevan atau sesuai dengan keinginan mereka. Untuk mengatasinya, cobalah pahami alasan di balik keinginannya dan temukan solusi yang dapat mengakomodasi kedua belah pihak.

Diskusikan dengan pasangan tradisi mana yang bisa dipertahankan serta cara menyesuaikannya agar tetap nyaman bagi kalian berdua. Ingatlah, komunikasi yang terbuka dan saling menghormati akan membantu mencegah konflik.

5. Menggunakan dana sebagai alat kontrol

ilustrasi pria berdiri di tengah makan keluarga (pexels.com/askarabayev)

Jika ibu mertua ikut membiayai pernikahan, ia mungkin merasa berhak menentukan berbagai keputusan yang bisa menjadi sumber konflik. Dalam beberapa kasus, dana yang diberikan bisa disertai harapan tertentu yang tidak selalu sejalan dengan keinginan kamu dan pasangan.

Untuk menghindari kesalahpahaman ini, penting untuk mendiskusikan sejak awal apakah ada syarat atau ekspektasi yang menyertai bantuan tersebut. Jika aturan yang diajukan tidak sesuai dengan visi pernikahan kamu dan pasangan, mempertimbangkan opsi pendanaan lain atau menetapkan batasan dengan tegas bisa menjadi solusi agar tetap merasa nyaman dalam merencanakan hari istimewa.

6. Meminta peran besar dalam hari-H pernikahan

ilustrasi berbincang dengan orangtua (pexels.com/olly)

Beberapa ibu mertua ingin terlibat lebih dari sekadar tamu di hari pernikahan dan mengharapkan peran penting, seperti memberikan sambutan, mengatur acara, atau bahkan mengambil keputusan besar. Keinginan ini bisa muncul dari rasa cinta dan kepedulian, tetapi jika tidak dikomunikasikan dengan baik, bisa menimbulkan tekanan bagi pasangan.

Untuk menghindari konflik, cobalah pahami alasan di balik permintaannya dan diskusikan peran yang sesuai tanpa mengganggu kenyamanan kamu. Menawarkan tugas simbolis yang tetap berarti, seperti memberikan doa restu atau menyampaikan pesan singkat, bisa menjadi solusi agar ia tetap merasa dihargai tanpa mengambil alih kendali acara.

Pernikahan adalah momen berharga bagi kamu dan pasangan, namun juga memiliki makna bagi keluarga besar. Menemukan keseimbangan antara menghormati keinginan ibu mertua dan tetap mewujudkan pernikahan sesuai harapan kamu akan membantu menjaga hubungan tetap harmonis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us