Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Menghadapi Kritik Keluarga atas Keputusan Jeda Karier

ilustrasi kumpul keluarga (unsplash.com/leah hetteberg)
ilustrasi kumpul keluarga (unsplash.com/leah hetteberg)
Intinya sih...
  • Jeda karier adalah rehat sementara dari dunia kerja. Ini umum dilakukan untuk beristirahat, mengejar passion, atau memulihkan kesehatan mental.
  • Coba hadapi kritik keluarga dengan kepala dingin. Jelaskan tujuan jeda karier agar mereka mengerti dan menghentikan komentar sinis.
  • Tetap produktif selama jeda karier dengan kursus daring, bisnis kecil-kecilan, atau belajar skill baru untuk membuktikan waktumu kamu gunakan dengan baik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Career break atau jeda karier adalah bentuk rehat sementara dari dunia kerja. Hal ini semakin umum dilakukan para pekerja. Ada banyak alasan seseorang memilih untuk mengambil jeda karier, seperti untuk beristirahat, mengejar passion, traveling, memulihkan kesehatan mental, atau sekadar menemukan kembali makna hidup. Apa pun alasannya, jeda karier merupakan sebuah keputusan besar yang memiliki konsekuensi. Adapun, salah satu tantangan terbesar sering kali berasal dari komentar keluarga.

Keputusan jeda karier pastinya gak akan lepas dari komentar keluarga inti maupun keluarga besar. Gak jarang, berbagai komentar pedas dan menusuk berkali-kali dilontarkan saat kumpul keluarga. Namun, gimana pun juga, jangan sampai komentar mereka bikin kamu jadi stres dan makin terpuruk. Berikut ini cara menghadapi kritik dari keluarga tentang keputusan jeda karier dengan bijak.

1. Pahami perspektif mereka

ilustrasi berbicara dengan orangtua (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi berbicara dengan orangtua (pexels.com/Kindel Media)

Sebelum buru-buru merasa diserang, coba tarik napas dan lihat dulu dari sudut pandang mereka. Orangtua dan keluarga besar tumbuh pada era saat kerja keras dan stabilitas finansial jadi tolok ukur utama keberhasilan. Bagi mereka, jeda karier bisa terdengar seperti kemunduran.

Bagi mereka, berhenti kerja tanpa alasan mendesak, seperti lanjut kuliah atau mengurus anak, bisa terdengar sembrono. Padahal, menurutmu, jeda karier bisa jadi langkah paling rasional untuk kesehatan mental, burn out recovery, atau evaluasi hidup. Dengan memahami latar belakang pola pikir mereka, kamu jadi bisa menjawab atau menanggapi kritik dengan kepala dingin dan gak defensif.

2. Komunikasikan tujuan jeda karier dengan jelas

ilustrasi berbicara dengan orangtua (freepik.com/freepik)
ilustrasi berbicara dengan orangtua (freepik.com/freepik)

Bagi generasi orangtua kita, jeda karier dianggap sebagai keputusan besar yang pastinya bikin mereka kaget. Gak heran jika mereka akan terus-terusan menghujanimu dengan nasihat yang mungkin akan membuatmu muak. Kalau ingin keluarga berhenti nyinyir, coba sedikit membuka diri dengan menjelaskan tujuan jeda karier.

Kamu bisa bilang:

  • “Sekarang mau fokus ke kesehatan dulu. Aku sadar lingkungan kerja kemarin cukup toksik sampai bikin aku sering kena serangan panik.
  • "Aku mau coba beralih karier karena kerjaan kemarin bikin karierku gak berkembang walau udah kerja cukup lama."  
  • “Aku pengen ngembangin skill yang selama ini gak sempat aku pelajari karena kerjaan terlalu padat.”

Dengan begitu, keluarga gak akan merasa kamu malas atau sedang kabur dari masalah. Komunikasi yang jelas menegaskan bahwa jeda karier ini merupakan sebuah strategi karena kamu ingin punya karier yang lebih baik. Setelah ini, setidaknya mereka gak akan terlalu banyak bertanya.

3. Tetap produktif

ilustrasi belajar dengan tekun (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi belajar dengan tekun (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Meski gak sedang bekerja di kantor, kamu tetap harus menunjukkan bahwa waktumu digunakan dengan produktif. Dengan begitu, kamu gak akan terkesan seperti menikmati waktu menganggur atau luntang lantung. Kamu bisa tetap produktif dengan cara:

  • ikut kursus daring;
  • bangun bisnis kecil-kecilan;
  • aktif membantu pekerjaan rumah;
  • bergabung di komunitas yang bermanfaat;
  • menjadi volunteer;
  • belajar skill baru, seperti desain, coding, atau digital marketing.

Dengan begitu, keluarga gak akan memandang kamu sedang buang-buang waktu. Saat melihat kamu tetap aktif dan berkembang, perlahan pandangan mereka terhadap jeda karier bisa berubah.

4. Tetapkan batas dan jaga energi

ilustrasi kumpul keluarga (freepik.com/freepik)
ilustrasi kumpul keluarga (freepik.com/freepik)

Menjaga hubungan baik dengan keluarga itu perlu, tapi jangan sampai kamu malah mengabaikan dirimu sendiri. Ingat, kamu gak wajib menjelaskan segalanya ke semua orang. Kalau ada anggota keluarga yang terus-menerus mempertanyakan keputusanmu dengan nada negatif, penting untuk menetapkan batas.

Kamu bisa berkata, seperti:

  • “Aku ngerti kamu khawatir, tapi aku lebih paham dengan apa yang sedang aku lakukan."
  • “Kalau kamu terus-terusan tanya ini, aku malah jadi makin stres.”
  • “Terima kasih atas masukannya, tapi aku sudah mempertimbangkan ini matang-matang.”

Kamu berhak menjaga energi dan kesehatan mentalmu. Jangan merasa harus menyenangkan semua orang, terutama kalau itu mengorbankan dirimu sendiri. Kalau dirasa perlu, hindari orang yang terus-terusan nyinyir.

5. Ingatkan diri sendiri bahwa jeda karier bukan kegagalan

ilustrasi perempuan sedang sedih (unsplash.com/Zachary Kadolph)
ilustrasi perempuan sedang sedih (unsplash.com/Zachary Kadolph)

Kadang, kritik dari luar yang terus-menerus bikin kamu mulai ragu-ragu dan mempertanyakan apakah keputusanmu untuk jeda karier sudah tepat. Namun, penting untuk tetap yakin pada pilihan yang sudah kamu buat. Jeda karier bukan tanda kamu menyerah, tapi bentuk keberanian untuk mengevaluasi dan merancang ulang masa depan.

Faktanya, banyak orang sukses yang justru menemukan jalan hidup terbaik mereka saat sedang “rehat” dari dunia kerja. Jadi, daripada sibuk menjawab semua komentar sinis, lebih baik fokus pada proses pemulihan, pengembangan diri, dan menemukan arah baru yang lebih sesuai. Lagi pula, kamu sendiri yang lebih tahu dengan segala hal yang terjadi dalam hidupmu.

Kritik keluarga atas keputusan jeda karier memang kadang bikin stres. Namun, dengan komunikasi yang jujur, sikap terbuka, dan batasan yang sehat, kamu bisa menjalani masa rehat ini tanpa rasa bersalah atau tertekan. Ingat, karier bukan lomba siapa yang jalan paling cepat. Kadang, justru dengan berhenti sejenak, kita bisa melihat lebih jelas ke mana arah yang ingin dituju.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us