5 Kebiasaan yang Bisa Menyeret Hubungan Sehat ke Arah Selingkuh

- Media sosial sebagai pelarian emosional
- Menyimpan kekesalan tanpa dibicarakan menciptakan jarak
- Mengabaikan perawatan diri dan hubungan bersamaan
Hubungan yang awalnya terasa tenang dan saling mendukung bisa berubah tanpa disadari. Bukan karena cinta yang hilang, tapi karena ada kebiasaan kecil yang dibiarkan menumpuk hingga menciptakan jarak. Selingkuh jarang terjadi secara tiba-tiba, tapi sering kali diawali oleh hal sederhana yang dianggap “biasa saja”. Tanpa sadar, sikap kecil itu bisa membuat seseorang mencari perhatian yang tak ia dapatkan di luar hubungan.
Kadang bukan karena niat, tapi karena rasa nyaman dalam hubungan mulai terasa hambar. Hubungan yang sehat perlu dijaga bukan hanya dengan cinta besar, tapi juga lewat kebiasaan kecil yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Berikut beberapa kebiasaan yang bisa menyeret hubungan sehat ke arah selingkuh.
1. Mengandalkan media sosial untuk memenuhi kebutuhan emosional

Banyak orang menganggap interaksi di media sosial tidak berbahaya karena “hanya sekadar bercanda” atau “sekadar balas komentar.” Padahal, di era digital, perhatian kecil seperti react berulang dari seseorang bisa menciptakan koneksi emosional yang samar. Saat hubungan di dunia nyata terasa datar, notifikasi dari orang lain bisa terasa seperti mendapat pengakuan yang menenangkan.
Tanpa sadar, media sosial berubah jadi tempat pelarian. Bukan karena ingin mengkhianati pasangan, tapi karena ada kebutuhan untuk merasa dihargai yang tidak terpenuhi. Dari obrolan ringan di direct message bisa berlanjut ke percakapan pribadi, lalu menumbuhkan keterikatan yang sulit dijelaskan. Selingkuh sering berawal dari “sekadar iseng” yang tidak disadari arahnya.
2. Menyimpan kekesalan kecil tanpa pernah dibicarakan

Kebanyakan orang tidak sadar kalau diam bisa menjadi bentuk jarak baru dalam hubungan. Ketika ada hal kecil yang mengganggu tapi tidak pernah diungkap, rasa kesal itu bisa menumpuk jadi kebiasaan untuk menjauh. Pelan-pelan, seseorang jadi malas bercerita, bahkan merasa lebih lega saat berbagi masalah pada orang lain yang dianggap lebih memahami.
Kebiasaan menahan perasaan ini menciptakan jarak yang tak terlihat. Akibatnya, komunikasi kehilangan kejujuran dan kehangatan. Dari sinilah risiko selingkuh muncul, bukan karena ingin mencari orang lain, tapi karena kebutuhan didengar berpindah tempat. Padahal, membicarakan hal kecil jauh lebih sehat daripada pura-pura tidak terjadi apa-apa.
3. Mengabaikan perawatan diri dan hubungan secara bersamaan

Salah satu kebiasaan yang jarang disadari adalah berhenti memperhatikan diri sendiri. Saat seseorang merasa nyaman, ia bisa jadi lupa memperbarui dirinya, baik secara fisik maupun emosional. Akibatnya, hubungan ikut stagnan karena tak ada lagi hal baru yang membuatnya hidup. Padahal, menjaga diri bukan hanya soal penampilan, tapi juga cara menjaga energi dan semangat dalam hubungan.
Ketika dua orang sama-sama sibuk atau lelah, perhatian bisa berkurang tanpa maksud buruk. Namun, di titik ini, seseorang bisa mulai mencari rasa hidup dari luar dari obrolan ringan dengan rekan kerja atau sekadar pengakuan kecil. Maka penting untuk tidak melupakan versi terbaik diri sendiri, agar hubungan tetap terasa hangat dan menarik tanpa harus mencari warna baru di luar.
4. Menyepelekan kebutuhan untuk me time

Banyak orang salah paham bahwa hubungan yang sehat berarti selalu bersama. Padahal, tidak memberi ruang untuk me time justru bisa membuat seseorang jenuh. Tanpa waktu untuk menenangkan pikiran atau melakukan hal yang disukai, seseorang bisa merasa kehilangan identitasnya di dalam hubungan. Ketika rasa itu muncul, perhatian dari orang luar bisa terasa seperti napas segar.
Memberi kesempatan untuk me time bukan berarti menjauh, melainkan memberi ruang untuk bertumbuh. Dengan begitu, setiap pertemuan terasa lebih bermakna karena masing-masing punya cerita dan energi baru. Selingkuh sering muncul dari rasa jenuh yang tidak diolah dengan benar, bukan semata karena cinta berkurang.
5. Membandingkan hubungan dengan standar di media sosial

Terakhir, kebiasaan yang bisa menyeret hubungan sehat ke arah selingkuh adalah membandingkan hubungan sendiri dengan milik orang lain di media sosial. Melihat pasangan lain tampak mesra, sering berlibur, atau saling memberi kejutan bisa menimbulkan rasa kurang dalam hubungan sendiri. Padahal, yang terlihat di layar belum tentu mencerminkan kenyataan.
Saat seseorang mulai merasa hubungannya tidak sebaik itu, muncul dorongan untuk mencari pembuktian dari luar. Bisa lewat interaksi ringan, bisa juga lewat perhatian baru yang terasa lebih spontan. Jika kebiasaan ini tidak disadari, rasa iri bisa berubah jadi ketidakpuasan, dan dari situlah celah menuju perselingkuhan mulai terbuka.
Hubungan yang sehat tidak menuntut kesempurnaan, tapi kesadaran. Selingkuh bukan sekadar hadirnya orang ketiga, melainkan tanda bahwa ada bagian dari diri atau hubungan yang diabaikan terlalu lama. Jadi, sebelum mencari apa yang hilang di luar, sudahkah kamu benar-benar menjaga hal kecil yang dulu membuat hubunganmu terasa berarti?