Mencintai adalah Upayaku Melupakanmu yang Telah Mengabaikanku

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
Aku menjanjikan cinta dan memberikan rasa yang utuh. Bahkan ketika beberapa pria pernah datang menghampiri, aku tetap mengikat rasaku hanya pada satu nama yang belum kutahu bagaimana responnya. Dan di akhir aku menentukan pilihan, kau mematahkan setiap harapan yang sudah kurangkai. Aku diabaikan? Yang lebih menyakitkan, bahkan setelah kau tahu aku mengurung rasa ini sejak lima tahun pertemuan kita, kau masih saja mengabaikanku.
Sekadar suka, kagum, atau cinta? Entahlah, aku bahkan tak bisa berpaling setelah 5 tahun.

Dia tak tampak sempurna kala itu, lebih terlihat konyol dan bodoh di mataku. Bermula dari perjodohan usil ala siswa SMA yang menghubungkanku dengannya. Awalnya tampak menyebalkan, hingga akhirnya kusadari aku mulai menyukai setiap hal yang dia lakukan. Aku memperhatikan setiap detil yang terjadi padanya.
Caranya berjalan, caranya melihat di balik kaca matanya, caranya bermain sepak bola, caranya bergurau, caranya berbicara, dan hal-hal kecil lainnya. Bahkan ketika kenaikan kelas dan kami terpisah kelas, aku masih menikmati menjadi pengamat rahasianya. Aku masih memperhatikan setiap hal tentangnya, termasuk wanita yang pernah dekat dengannya. Dan disini aku sekarang, duduk di bangku perkuliahan tidak lantas membuatku melupakannya begitu saja.
Aku masih menjadi pengamatnya via social media yang dimilikinya. Beberapa kali aku menjadi penelepon dan pengirim pesan iseng, mengirimkan kata-kata manis tanpa mencantumkan nama. Aku bagai orang tolol yang mencintai dengan cara tolol, tapi aku tetap bertahan.
Bahkan ketika kesempatan berpihak padaku, mengapa justru kau yang tak berpihak padaku?

Limpahan ruah kata yang kukubur dalam sejak lama akhirnya akan berluber juga. Entah sudah berapa lama tepatnya rasa ini ku simpan diam-diam, tertunda ruang dan waktu untuk diungkapkan. Di ujung titik keraguanku aku memilih untuk mengaku. Layaknya gadis bodoh bersama kata-kata puitis yang kupikir akan membuatmu mengulurkan tangan untuk kuraih.
Namun jauh dari apa yang kuharapkankan tentangmu, kau menghancurkan bayang yang telah kulukis dalam anganku. Aku diabaikan olehmu. Aku tak meminta dibalas, aku tak berharap diterima, setidaknya jangan perlakukan aku bagai kerikil kecil yang menggangu perjalannan hidupmu.
Ditolak seperti ini? Tak pernah kubayangkan dan tak bisa kuterima. Tapi aku masih saja terpaut olehmu.

Setidaknya ditolak secara halus rasanya akan lebih nyaman dibanding diabaikan seperti ini. Pesan pribadi via messenger dariku hanya kau read, kau tetap melanjutkan hidupmu tanpa merasa bersalah atas apa yang kau lakukan. Aku membencimu, ingin menghapus segala hal tentangmu dari pikiranku.
Kugunakan perlakuanmu itu sebagai alasan untukku menutup diri dari rasa yang masih tersisa. Sayangnya aku gagal, masih saja aku penasaran akan segala hal tentangmu yang secara jelas lebih menyakitkan dari rasa sebelum ini.
Aku masih dengan rasa yang sama dan keadaan yang berbeda.

Semampuku aku bertahan akan kegilaanku tentangmu. Aku masih saja terpaku padamu dan kau masih saja seperti kiblat cintaku. Kata para sahabatku aku gadis tegar, yang mencintaimu masih dengan rasa yang sama setelah diperlakukan layaknya debu.
Aku tertawa getir, tampak baik-baik saja padahal aku tertikam. Aku masih saja mencari cara lain untuk mencintaimu, dan kini aku menemukan cara yang sedikit berbeda dari caraku sebelumnya. Aku tak akan memulai terlebih dahulu lagi. Aku tak akan mencari dan mengejarmu lagi. Aku tak akan menunjukkan diriku yang lemah lagi.
Aku ibarat buku lama yang bersampulkan kertas baru. Aku sibuk memperbaiki diri, memancarkan yang terbaik dari diriku, dan berusaha menampilkan diri menjadi wanita yang diidamkan setiap pria. Hingga pada akhirnya waktu akan mengantarkanku menunjukkan diri di hadapanmu, bahwa kau yang dahulu bahkan mengabaikanku, tak pernah cukup pantas untuk disandingkan denganku.
#CintaDalamKata