Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Penyebab Kamu Kerap Memilih Pasangan yang Salah

ilustrasi pasangan (pexels.com/rdne)
ilustrasi pasangan (pexels.com/rdne)

Memilih pasangan yang tepat adalah salah satu keputusan terpenting dalam hidup. Namun, banyak orang kerap menyadari telah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau tidak memuaskan. Mungkin kamu adalah salah satu orang yang juga bertanya-tanya mengapa hal ini terus terjadi dalam hidupmu.

Bisa jadi ada pola tertentu yang membuat kamu selalu memilih pasangan yang salah. Atau mungkin juga ada faktor-faktor tersembunyi yang memengaruhi keputusanmu dalam memilih pasangan. Menemukan alasan tersembunyi di balik keterikatan yang berulang-ulang dalam hubungan yang tidak sehat bisa menjadi kunci untuk memutus siklus dan membuka jalan bagi hubungan yang lebih sehat.

Berikut ini merupakan alasan umum mengapa kamu kerap memilih pasangan yang salah. Kenali sebab berikut ini untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dan bahagia!

1.Trauma masa kecil yang belum terselesaikan

ilustrasi pertengkaran orangtua (pexels.com/rodnae-prod)
ilustrasi pertengkaran orangtua (pexels.com/rodnae-prod)

Pengalaman masa kecil, termasuk hubungan keluarga dan pengalaman cinta pertama, sering kali membentuk pandangan kita tentang cinta dan hubungan. Jika kamu tumbuh dalam lingkungan yang tidak sehat, kamu mungkin tanpa sadar mencari pasangan yang menunjukkan perilaku serupa.

Selain itu, trauma masa lalu atau hubungan yang gagal bisa membuatmu lebih rentan memilih pasangan yang salah sebagai cara untuk mengulangi dan memperbaiki pengalaman tersebut, meskipun hasilnya sering kali berlawanan.

Pengalaman masa kecil membentuk pemahaman kita tentang hubungan dan dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam yang memengaruhi perilaku hingga dewasa. Hal ini dapat mengakibatkan kita memilih pasangan yang tidak bisa memberi dukungan secara emosional, sehingga melanggengkan siklus rasa sakit dan kekecewaan ini.

2.Selalu butuh validasi karena rendahnya rasa percaya diri

ilustrasi melakukan self talk (unsplash.com/laurlenz)
ilustrasi melakukan self talk (unsplash.com/laurlenz)

Ketidakpercayaan diri juga bisa memainkan peranan besar dalam pemilihan pasangan. Jika kamu merasa tidak berharga atau tidak layak dicintai, kamu mungkin cenderung memilih pasangan yang tidak menghargaimu bahkan menyakitimu, sebagai cara untuk mengonfirmasi keyakinan negatif tentang dirimu sendiri.

Kebutuhan akan validasi dari orang lain sering kali membuatmu berada dalam hubungan yang buruk, karena mereka merasa takut tidak akan menemukan seseorang yang lebih baik. Harga diri yang rendah dapat memengaruhi pilihan pasangan secara signifikan. Kamu mungkin memilih hubungan yang mencerminkan pandangan negatif terhadap dirimu sendiri.

Hal ini bisa tercermin dari caramu yang menoleransi perilaku kasar pasangan, mengira hal tersebut sebagai hal yang normal, atau percaya bahwa kamu tidak pantas mendapatkan yang lebih baik. Pada akhirnya, kamu berakhir dalam hubungan dimana pasangan meremehkan dan mengendalikan dirimu, karena kamu yakin hanya perlakuan inilah yang bisa kamu dapatkan.

3.Kecemasan emosional karena takut akan kesendirian

ilustrasi fokus pada diri sendiri (unsplash.com/noahsilliman)
ilustrasi fokus pada diri sendiri (unsplash.com/noahsilliman)

Rasa takut sendirian juga bisa mendorong kamu mendapatkan pasangan yang tidak cocok. Ketakutan ini sering kali berasal dari tekanan sosial hingga kecemasan pribadi akan kesepian. Seperti perasaan tidak nyaman menjadi lajang, hingga dirimu mengabaikan tanda bahaya, dan mengorbankan standar untuk memiliki pasangan.

Ketakutan akan ditinggalkan teman bisa membawamu dalam hubungan yang toksik. Meskipun, kamu meyakinkan diri sendiri bahwa hubungan apa pun lebih baik daripada sendirian. Ketergantungan emosional dan kecemasan akan kesendirian juga dapat membuatmu terjebak dalam hubungan yang tidak memuaskan.

Dengan memahami alasan-alasan ini, kamu bisa menjauhi pola toksik dan membuat pilihan yang lebih sehat dalam mencari pasangan. Cobalah untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi hal yang merugikan ini, agar mendapatkan hubungan yang lebih bahagia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sire
EditorSire
Follow Us