7 Tips Self Love Tanpa Selfish, Biar Gak Jadi Manusia Egois!

Di tengah arus digitalisasi, millennial dan gen z digempur beragam informasi. Entah positif atupun negatif, berita-berita yang bertebaran di internet sukses bikin ketar-ketir. Terutama dengan adanya fenomena flexing alias pamer di media sosial yang membuat kita membanding-bandingkan diri. Saat tren tersebut tidak dapat diikuti, kita terdistraksi dan berakhir depresi.

Kunci dasar self-love salah satunya menerima apapun yang terjadi dalam hidup dengan lapang dada dan penuh kesadaran. Biar gak gampang iri dan berputus asa, buatlah kehidupanmu dipenuhi rasa syukur. Kamu bisa menuliskan berbagai hal atau daftar aspek yang membuat hidupmu terasa ‘penuh’ alias bermakna, sehingga kamu dengan mudah mensyukurinya.

Apa yang salah dengan perfeksionisme? Mungkin beberapa di antaramu kontra untuk mengurangi apalagi menghilangkan sifat dan sikap tersebut. Menetapkan standar atau melakukan sesuatu dengan sempurna sah-sah saja, kok. Namun, bila terobsesi dengan kesempurnaan hingga depresi kala sesuatu tak sesuai ekspektasi, kamu perlu banget waspada dan hati-hati.

Self-love berarti menyadari, memahami, dan mencintai kondisi diri baik dari segi kelebihan dan kekurangannya. Tak sempurna, hidup selalu memiliki dua sisi yang mau tak mau harus diterima. Kamu tidak perlu perfect agar keberadaanmu divalidasi atau mendapat pengakuan orang lain. Terimalah dirimu apa adanya. Jadilah pribadi jujur serta autentik, dan bukan manipulatif.

Tak bisa dimungkiri, kehidupan saat ini berlalu tanpa kita sadari. Dan terkadang, ada fase dimana kita dipaksa berhenti sejenak oleh realitas keadaan. Dimomentum tersebut, kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri, orang lain, apalagi dunia seisinya karena tidak sesuai dengan fatamorgana mimpimu. Kamu hanya perlu mencurahkan banyak kasih dan cinta pada dirimu.

Kamu pastinya tidak asing dengan prinsip "berjalan lebih lambat di tengah hidup yang serba cepat." Saat mengalami kegagalan atau berada di kondisi tersulit dalam hidup, stop memforsir atau memperlakukan dirimu sangat keras. Biar gak tertekan, perlakukan dirimu dengan lembut dan banyaklah berterima kasih padanya karena sudah membersamaimu selama ini.

Untuk mendapatkan tubuh bugar, kita melakukan kebiasaan hidup sehat. Seperti memakan makanan bergizi, berolahraga, hingga diet. Tak hanya fisik, mental pun membutuhkan itu semua, lho. Apalagi di jaman serba teknologi canggih seperti saat ini, kita dengan mudahnya terpapar hal negatif dari dunia maya. Kala lengah, kita sama saja memberi mental ‘makanan’ yang buruk.

Untuk itu, kamu perlu banget bersih-bersih alias menerapkan diet mental. Mulailah dari mindset-mu sendiri. Cek apakah kamu memiliki pola pikir negatif dan irasional. Jika iya, ubahlah perlahan-lahan menjadi lebih positif dan rasional. Kamu juga harus memastikan hal-hal yang kamu lihat, dengar, dan yakini adalah sesuatu yang dapat memberikan inpirasi baik padamu.

Memanjakan diri dengan snack favorit, travelling ke tempat impian, atau melakukan hobi merupakan cara-cara self-love. Namun, sudahkah kamu melakukan tahap self-love yang paling mendasar? Salah satunya menerima batu sandungan berupa masa lalu. Jika belum, mulailah dengan memaafkan setiap kesalahan baik yang berasal dari dalam maupun luar dirimu.

Kamu tidak akan bahagia melangkah ke masa depan dengan meninggalkan masa lalu begitu saja. Sejenak, kamu harus merenungi setiap kegagalan, ketidaksesuaian, dan hal-hal menyakitkan yang pernah kamu alami. Bukan diromantisasi, tetapi untuk diterima dan diampuni agar kamu fokus menjalani hidup dimasa kini dan menata masa depan yang lebih bermakna.

Gak cuma mencintai diri apa adanya, self-love juga mencakup soal kendali diri. Mengontrol diri tetap eksis tanpa narsis, meregulasi emosi tetap stabil, hingga menjaga value atau keberhargaan diri di jalur semestinya. Sementara selfish terjadi saat kamu tidak menghargai diri sendiri dengan bersifat dan bersikap semaumu tanpa memerdulikan kehadiran orang lain.

Kamu memang harus menetapkan batasan, standar, dan harga dirimu. Namun, kamu tidak perlu mengemis untuk dihargai orang lain. Bahkan saat kamu dipuji, tanggapilah pujian seperti kritikan. Yakni dengan cara elegan berupa senyuman dan ucapan terima kasih, bukan dengan berkepala besar. Jadilah pribadi autentik yang membumi dan cakap mengontrol diri sendiri.

Di kehidupan sosial, self-love berbentuk empati, sementara selfish berupa antipati. Melakukan segala hal untuk mencapai tahap ‘mencintai’ diri sendiri boleh saja dilakukan. Namun, kamu harus ingat, “kebebasan setiap manusia dibatasi kebebasan manusia lainnya." Kamu bukan menerapkan self-love saat orang-orang disekitarmu terganggu dengan tindakan egoismu.

Selain diri sendiri, orang yang telah menerapkan self-love dalam hidup akan mudah memberi cinta, manfaat, dan kebaikan terhadap sesama. Tebar kebahagiaan, mulailah berbagi hal baik dari langkah kecil seperti mengucapkan tolong dan terima kasih, serta tersenyum tulus. Bukan materi, manusia diingat karena kebaikan hati, kebersihan nurani, dan tindakan berarti.

Selama rasa cinta, mencintai, dan dicintai merasuk dalam hati, ‘kita’ dapat mudah berkomunikasi sehari-hari. ‘Kita’ adalah kamu dengan dirimu sendiri, dan juga kamu dengan makhluk Tuhan lainnya. Self-love bukanlah segala ‘tentangmu’ hingga melupakan eksistensi manusia lain. Self-love adalah bentuk menyayangi diri sendiri agar ia bermanfaat bagi sang empunya dan orang lain. Jadi, apakah kamu telah menerapkan self-love tanpa selfish?