Kisah Inspiratif Wanda Roxanne Ratu, Suarakan Isu Gender Lewat Tulisan

Wanda juga membangun platform Puzzle Diri dan Cerita Kubi

Jakarta, IDN Times - Berbicara terkait isu gender memang gak ada habisnya. Pasalnya, persoalan isu gender memang sangat luas. Bukan hanya terkait kesetaraan, tetapi ada juga permasalahan lainnya, seperti rape culture, KDRT, kekerasan seksual, dan sebagainya. Itulah kenapa, sampai saat ini masih banyak aktivis gender yang aktif menyuarakan opini dan edukasi terkait gender.

Salah satunya adalah Wanda Roxanne Ratu Pricillia, seorang aktivis perempuan sekaligus penulis buku serta sedang membangun platform Puzzle Diri dan Cerita Kubi. Wanda aktif menyuarakan isu gender melalui tulisan-tulisannya. Ia juga pernah menerbitkan buku berjudul Menjadi Perempuan Lajang Bukan Masalah. Lewat tulisan-tulisannya, Wanda berhasil menciptakan dampak yang besar, khususnya terkait isu gender dan perempuan.

Dalam wawancara langsung bersama IDN Times pada Jumat (21/07/2023) melalui daring, Wanda menceritakan kisah dan perjalanannya selama menjadi aktivis gender. Ia juga membagikan kisahnya selama membangun platform tentang isu gender hingga pengalamannya dalam menyuarakan opini lewat tulisan.

1. Membangun Puzzle Diri dan Cerita Kubi sebagai wadah untuk orang-orang mengembangkan dirinya

Kisah Inspiratif Wanda Roxanne Ratu, Suarakan Isu Gender Lewat TulisanWanda Roxanne Ratu (dok. pribadi)

Wanda merupakan salah satu aktivis perempuan yang masih aktif menyuarakan isu gender sampai sekarang. Ada banyak inisiatif dan program yang telah Wanda lakukan untuk terus menyuarakan isu gender. Salah satunya adalah platform bernama Cerita Kubi yang merupakan kepanjangan tangan dari buku karyanya berjudul Menjadi Perempuan Lajang Bukan Masalah.

"Aku bentuk platform bersama teman-temanku di kajian gender. Sebenarnya, Kubi itu adalah sebutan dari buku aku. Aku menulis buku dengan judul Menjadi Perempuan Lajang Bukan Masalah. Nah, karena terlalu panjang, jadi aku sebut sebagai Kubi, karena warna cover-nya itu kuning dan biru (Kubi). Jadi, tujuannya untuk memberikan informasi terkait isu feminisme melalui konten grafis. Awalnya dari tulisan di buku aku, kemudian dijadikan konten di Instagram melalui grafis. Supaya tulisan aku di buku bisa lebih mudah dibaca orang lain dan dibaca lebih banyak orang. Karena gak semua orang baca buku aku, tetapi di Instagram lebih banyak orang yang bisa akses," jelas Wanda.

Platform bernama Cerita Kubi ini ternyata ia bangun dengan maksud menyebarluaskan edukasi feminisme yang sebelumnya ditulis di bukunya. Wanda berkeinginan edukasi feminismenya ini bisa menjangkau lebih banyak orang. Itulah kenapa, akhirnya ia memutuskan membuat platform Cerita Kubi. Adapun konten-konten yang disajikan berupa adopsi dari bukunya. Selain itu, Wanda juga menghadirkan segmen 'Kubi mendengarkan' sebagai ruang aman untuk banyak orang.

"Kami mengembangkan segmen ‘Kubi mendengarkan.’ Di sini, semua orang bisa cerita dan membagikan masalahnya. Karena aku pikir, ternyata pada dasarnya setiap orang tuh mau didengarkan dan punya masalah. Setiap orang mau to be heard, to be seen. Jadi, mereka bisa lebih lega menceritakan rahasia atau masalahnya. Mereka juga bisa menceritakan itu dengan lebih aman. Lalu, kalau mereka memberikan izin, masalahnya ini bisa kita angkat untuk menjadi edukasi banyak orang di Instagram. Pada akhirnya, semuanya jadi cycle atau lingkaran," tambahnya.

Kita, terutama para perempuan, memang masih sulit menemukan ruang yang aman. Terkadang, sulit juga untuk menemukan ruang yang bisa mendengarkan kita tanpa menghakimi. Itulah mengapa, akhirnya Cerita Kubi menghadirkan segmen 'Kubi mendengarkan'. Selain itu, Wanda juga menginisiasi platform bernama Puzzle Diri yang bertujuan untuk menjadi wahana bagi banyak orang dalam mengembangkan dirinya.

"Aku pertama kali launching kelas di Puzzle Diri itu 4 Oktober 2021, judulnya how to be assertive. Sebenarnya aku udah sejak lama ingin membangun satu platform yang mana untuk pengembangan diri. Jadi kelas Puzzle Diri ini memang untuk pengembangan diri. Aku membangun kelas ini sebagai ruang pengembangan diri, agar lebih mencintai diri sendiri, dan fokus pada pengembangan potensi diri. Isunya juga banyak yang diangkat, misalnya self love. Jadi mengangkat isu yang memang gak diajarkan di sekolah formal, tetapi ini penting serta menjadi pondasi untuk banyak hal," jelas Wanda.

Perempuan lulusan UI ini menganggap bahwa ada beberapa edukasi tentang pengembangan diri yang gak bisa ditemukan di sekolah formal. Padahal, edukasi ini mungkin akan sangat penting dan menjadi pondasi bagi kehidupan di masa mendatang. Contohnya saja seperti edukasi terkait mencintai diri sendiri, potensi diri, dan pengembangan diri. Berangkat dari keresahan itu, ia akhirnya menciptakan Puzzle Diri.

2. Puzzle Diri dan Cerita Kubi pun menjadi ruang aman serta ruang bertumbuh untuk banyak orang

Kisah Inspiratif Wanda Roxanne Ratu, Suarakan Isu Gender Lewat TulisanWanda Roxanne Ratu (dok. pribadi)

Secara umum, Puzzle Diri dan Cerita Kubi diciptakan untuk menjadi ruang aman bagi banyak orang. Menurut Wanda, program utama di Puzzle Diri memang berupa kelas-kelas pengembangan diri. Walau begitu, kelas yang dihadirkan gak bersifat formal atau kaku. Ia berusaha menciptakan kelas yang informal dan mudah diterima oleh para pesertanya.

"Aku ingin memberikan dan mengaitkan kelas ini kepada sesuatu hal yang menyenangkan serta gak terlalu serius. Kelas ini bisa menjadi refleksi, ruang aman, saling mendukung, support system, dan saling mendengarkan orang lain. Aku ingin, gak hanya aku yang memberikan sesuatu, tetapi aku juga bisa mendengarkan sesuatu dari yang bergabung. Jadi, akhirnya aku dapat pengetahuan juga dari mereka, kita saling belajar. Aku ingin, setiap orang yang bergabung pada pengembangan dirinya dan bisa mencintai dirinya sendiri. Itu sebenarnya hal yang basic, tetapi susah dilakukan. Kita belum benar-benar mencintai diri sendiri dan fokus pada pengembangan diri, kita sering terlalu fokus pada masalah. Jadi, baik di Puzzle Diri atau Cerita Kubi, aku ingin menciptakan ruang aman serta ruang bertumbuh," kata Wanda.

Hampir keseluruhan kelas di Puzzle Diri memang diisi oleh Wanda. Mengingat, ia juga merupakan lulusan Psikologi, sehingga memiliki beberapa ilmu yang bisa dibagikan. Walau begitu, ia menjadikan kelas ini sebagai sarana diskusi dan saling berbagi. Para peserta yang mengikuti kelas ini diizinkan untuk menyampaikan pemahaman serta opininya. Itu kenapa, Wanda menganggap bahwa kelas yang ia inisiasi ini bukan sebagai kelas formal, melainkan ruang untuk saling mendengarkan dan memahami.

"Di kelas Puzzle Diri, aku ingin kita bertumbuh bersama-sama dengan pelan-pelan. Karena seperti namanya, Puzzle Diri, aku membayangkan kita itu manusia seperti puzzle. Kita terus-terusan harus mengubah dan harus menemukan satu per satu puzzle diri. Kita akan semakin bertumbuh menjadi pribadi yang baru dan lebih baik," pungkasnya.

3. Persoalan isu gender ternyata sangat luas, sehingga harus terus disuarakan

Kisah Inspiratif Wanda Roxanne Ratu, Suarakan Isu Gender Lewat TulisanWanda Roxanne Ratu (dok. pribadi)

Jika kita berbicara terkait isu gender, jangkauannya memang sangat luas. Selama ini, isu gender yang kerap muncul di permukaan masyarakat adalah terkait kesetaraan dan kesejahteraan kaum perempuan. Ternyata, permasalahan gender gak hanya berhenti di situ saja. Masih banyak topik gender yang jarang dibahas dan digaungkan.

dm-player

"Isu gender itu sebenarnya sangat luas. Di kelompok tertentu, sudah sadar terkait keadilan dan kesetaraan gender. Namun kalau membicarakan secara umum, itu masih kurang banget. Bisa kita lihat, masih banyak kasus perkawinan anak, kekerasan seksual, KDRT, hubungan abusive, ketimpangan upah pekerja antara lelaki dan perempuan, stigma terhadap perempuan, partisipasi perempuan dalam politik, pembunuhan pada perempuan, diskriminasi, sexist jokes, rape culture, dan sebagainya. Isu itu hampir selalu kita dengar setiap harinya, bahkan terjadi di lingkungan sehari-sehari. Itu adalah isu yang nyata, mungkin kita pernah sebagai korban, pelaku, atau saksi," ucap Wanda.

Perempuan lulusan Psikologi ini menambahkan, isu gender memang harus terus disuarakan dan ada kepanjangan tangannya. Karena meskipun saat ini kesadaran masyarakat sudah mulai meningkat, ada beberapa topik yang belum banyak diketahui. Seperti yang disebutkan Wanda, misalnya ada KDRT, perkawinan anak, diskriminasi, hingga sexist jokes. 

Media cetak, online, hingga media sosial bisa menjadi wadah paling pas untuk menyuarakan wacana gender di zaman modern ini. Ini juga yang menjadi langkah Wanda dalam menyuarakan permasalahan gender, yakni melalui media cetak, online, hingga jejaring sosial. Karena Wanda percaya, pengetahuan gender itu sifatnya semacam spektrum atau tingkatan.

Mungkin, saat ini pengetahuan masyarakat terkait gender masih berkutat di kesetaraan. Namun, jika terus disuarakan serta diberikan edukasi secara masif, mungkin akan semakin banyak orang yang mulai aware juga pada isu KDRT, perkawinan anak, diskriminasi, dan sebagainya.

Baca Juga: Dara Ayu, Aktivis Perempuan yang Bicara Soal Kesetaraan Gender

4. Melalui tulisan, opini yang kita sampaikan akan lebih meluas dan dampaknya bisa lebih powerful

Kisah Inspiratif Wanda Roxanne Ratu, Suarakan Isu Gender Lewat TulisanWanda Roxanne Ratu (dok. pribadi)

Salah satu langkah besar yang Wanda lakukan untuk menyuarakan isu gender adalah melalui tulisan. Gak bisa dimungkiri, saat ini media untuk menampung sebuah tulisan memang semakin banyak. Mulai dari media cetak, online, hingga media sosial. Menurut Wanda, dengan semakin banyaknya media yang disediakan, tulisan kita pun akan semakin meluas dan menjadi pengaruh bagi banyak orang.

"Tulisan memang sangat berpengaruh. Media yang menurutku lebih powerful dan struktural serta bisa diakses banyak orang, itu tulisan. Meskipun gak semua orang membaca, dalam artian pembaca itu ada segmen-segmennya. Di dalam tulisan aku, sebisa mungkin memang dibaca oleh pembaca yang mau belajar," katanya.

Terkadang, suara secara vokal memang jarang didengar dan mendapatkan audiens yang luas. Berbeda dengan sebuah tulisan yang bisa diakses dengan mudah oleh siapa pun. Seperti yang disebutkan Wanda, saat ini media tulisan memang menjadi wadah yang powerful untuk menyuarakan berbagai opini.

Langkah lainnya yang dilakukan oleh si penulis Kubi ini adalah dengan menulis di semua platform, bukan buku cetak saja. Karena Wanda memahami, gak semua orang mau membaca buku atau tulisan fisik. Itulah kenapa, ia juga akhirnya melebarkan sayapnya dengan menulis di media sosial secara online. Dengan begitu, ia bisa mendapatkan lebih banyak audiens.

"Aku juga gak hanya menulis di majalah, tetapi juga di buku. Sehingga bisa menjangkau lebih banyak membaca. Aku juga aktif menulis di Instagram. Aku sebisa mungkin menulis di berbagai platform. Misalnya aku menulis di jurnal, itu kan gak semua orang membaca jurnal. Kalau aku menulis tentang childfree di jurnal, aku akan menulis topik yang sama di buku, Instagram, Twitter, dan sebagainya. Tentunya, tulisannya akan berbeda, menyesuaikan medianya. Setiap tulisan itu punya audiens yang berbeda-beda. Jadi, pembaca menemukan tulisanku yang cocok dengan mereka, tulisanku juga menemukan 'pembacanya'," tambahnya.

5. Tulisan juga bisa menjadi 'perwakilan' dan media untuk menyelamatkan banyak orang

Kisah Inspiratif Wanda Roxanne Ratu, Suarakan Isu Gender Lewat TulisanWanda Roxanne Ratu (dok. pribadi)

Tulisan memiliki kekuatan untuk menjadi 'perwakilan' dan media dalam menyelamatkan banyak orang. Itulah yang selama ini dirasakan oleh Wanda. Berbagai macam tulisan yang ia produksi, khususnya terkait gender, ternyata sudah mampu menjadi perwakilan banyak orang. Selain itu, ada juga tulisannya yang berhasil menjadi penyelamat bagi banyak orang.

"Selama ini, aku selalu mendapatkan feedback dari orang-orang yang merasa relate. Jadi mereka merasa didengarkan, dilihat, dan dimengerti. Karena gak semua orang bisa memverbalkan apa yang dirasakan melalui tulisan. Dari tulisanku, aku bisa menjadi perpanjangan tangan dan suara atau perwakilan bagi mereka yang ingin menyuarakan tetapi gak tahu caranya. Selain itu, ketika aku menulis buku Kubi, ada yang menyampaikan bahwa mereka merasa ‘diselamatkan’ oleh tulisanku," tuturnya.

Di buku Kubinya, Wanda pernah menuliskan tentang toxic relationship. Selain itu, Wanda juga seringkali membahas terkait toxic relationship di berbagai media. Dari situ, ada orang-orang yang merasa 'dibantu' dan 'diselamatkan' lewat tulisannya itu. Ada juga yang akhirnya bisa keluar dari hubungan toxic berkat tulisan Wanda.

Ternyata, tulisan memang bisa menjadi suara bagi mereka yang seringkali gak didengar.  Tulisan juga bisa menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang yang merasa terpinggirkan atau terabaikan. Selain itu, tulisan juga memiliki kekuatan untuk menyelamatkan banyak orang dengan menyebarkan informasi penting dan membangun kesadaran akan isu-isu kritis.

"Tulisanku membawa pada diskusi dan wadah untuk saling menguatkan. Gak semua orang bisa menyampaikan dan menuliskan tentang suatu isu. Kalau kita gak menuliskan, mungkin orang gak akan tahu bahwa isu itu memang ada dan terjadi," tambah Wanda.

Itu dia kisah dan perjalanan dari Wanda Roxanne Ratu. Hingga saat ini, Wanda terus aktif menyuarakan berbagai isu tentang gender dan pengembangan diri melalui platform-nya. Kamu juga bisa mengunjungi Instagram @puzzlediri jika tertarik mengikuti kelas-kelas pengembangan diri secara gratis.

Baca Juga: Enta Fadila Tapisa, Awardee LPDP yang Dorong Perempuan Raih Impian

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya