"Kita sudah ada di masa di mana laut itu tidak bisa diubah lagi. Kayak karang, coral, itu semuanya sudah tercemar. Kita bikin koleksi ini menjadi sebuah larung, doa yang baik untuk laut, dan menyadari betapa indahnya fauna flora di laut," kata Chitra.
Sejauh Mata Memandang di JFW Bawa Doa untuk Laut, Gandeng Dita Karang

- Koleksi Larung mengangkat isu eksploitasi laut
- Cerita koleksi berangkat dari keresahan personal Chitra
- Larung ingin mempersembahkan doa yang baik untuk laut
Jakarta, IDN Times - "Bayangkan, karang yang memutih itu artinya mati," ujar Chitra Subyakto, Creative Director Sejauh Mata Memandang, dengan nada lembut namun penuh makna. Dari kesedihan atas rusaknya laut, tercipta dorongan untuk melarung doa melalui karya, sebuah persembahan bagi bumi dan seluruh kehidupan di dalamnya. Koleksi ini pun dirancang sebagai pengingat bahwa manusia tidak hidup sendiri di dunia. Ada makhluk lain yang juga membutuhkan ruang untuk bernapas.
Larung, itulah tajuk koleksi yang dibawa Chitra lewat Sejauh Mata Memandang bersama Felix Tjahjadi (Co-creative Director Sejauh Mata Memandang) untuk Jakarta Fashion Week (JFW) 2026. Dalam Media Luncheon Sejauh Mata Memandang pada Selasa (28/10/2025) di Chandara Pondok Indah Mall 3, Jakarta Pusat, Chitra dan Felix menyampaikan kisah manis di balik koleksi Larung. Bukan sekadar koleksi, Larung adalah bentuk doa yang dilarungkan untuk laut Indonesia agar tetap hidup dan memberi napas bagi semua yang bergantung padanya.
Di antara cerita penuh makna itu, hadir juga Dita Karang, KPop Idol yang kini menjadi soloist sekaligus muse yang dipilih bukan hanya karena pesonanya, tapi juga cintanya pada laut. Kolaborasi ini terasa begitu personal, dua jiwa yang sama-sama menyapa lautan dengan rasa hormat. Dita Karang juga menghadirkan kejutan dan pertunjukan spesial di panggung Sejauh Mata Memandang bersama DEWI'S LUXE MARKET. Dita berhasil menjadi perpanjangan doa itu di panggung, membawa semangat Larung sebagai pengingat bahwa laut bukan sekadar ruang biru di peta, tapi rumah bagi kehidupan, dan cerminan hati manusia sendiri.
1. Koleksi indah ini mengangkat isu eksploitasi laut

Koleksi Larung tampil sebagai refleksi mendalam atas kondisi laut Indonesia yang kian memprihatinkan. Melalui rancangan yang berpadu antara keindahan dan kesadaran ekologis, Sejauh Mata Memandang mengajak publik menatap kembali hubungan manusia dengan alam. Bukan sekadar mode, namun bentuk doa dan perenungan akan laut yang dulu biru dan hidup, kini perlahan memutih karena ulah manusia sendiri.
Kecintaan Chitra Subiyakto terhadap laut terasa begitu personal dalam setiap helai kain yang ia hadirkan, seolah setiap motif dan potongan adalah cara lembut untuk meminta maaf pada alam yang terluka.
2. Cerita dari koleksi ini berangkat dari keresahan personal Chitra

Dari keresahan itulah, Larung lahir. Sebuah karya yang tumbuh dari empati mendalam dan kepedulian pribadi Chitra terhadap laut yang kian kehilangan kehidupannya. Ia tak hanya melihat laut sebagai sumber inspirasi, melainkan sebagai rumah yang perlahan sekarat akibat ulah manusia. Setiap potongan kain dan motif yang dirancangnya, menjadi bentuk refleksi batin. Seolah Chitra tengah melarung doa dan harapan agar manusia kembali menumbuhkan rasa hormat terhadap alam. Melalui Larung, ia ingin menyampaikan bahwa karya juga bisa menjadi doa bahwa mode tak melulu soal estetika, tapi juga tentang kesadaran akan kehidupan yang lebih besar dari diri kita sendiri.
"Jadi ekosistem di laut itu memang sudah hampir hancur. Membayangkannya sedih. Jadi ini kayak ingin memberikan sebuah karya, tapi juga sebuah doa," tambah Chitra.
3. Larung ingin mempersembahkan doa yang baik untuk laut

Larung hadir bukan sekadar sebagai koleksi busana, melainkan sebagai bentuk persembahan. Sebuah doa lembut yang dilarungkan ke laut, untuk bumi, dan untuk seluruh kehidupan di dalamnya. Melalui karyanya, Chitra ingin mengingatkan bahwa manusia hanyalah satu dari sekian banyak makhluk yang hidup berdampingan di planet ini. Bahwa dari kejauhan, bumi terlihat biru karena laut, dan di sanalah kehidupan sejati bernaung. Namun sayangnya, manusia justru menjadi makhluk yang paling pandai merusak apa yang mestinya dijaga.
Sejauh Mata Memandang mengajak kita untuk berhenti sejenak, merenungi hubungan kita dengan alam, menyadari bahwa meski langkah kecil tak selalu mengubah banyak hal, diam juga bukan pilihan. Sebab, menjaga laut berarti menjaga diri sendiri dan setiap bentuk kepedulian sekecil apa pun, tetaplah doa yang sampai pada semesta.
"Larung itu kan sebenarnya, kita melarung kayak memberikan doa, dikirim ke dalam (ke laut). Seperti semacam sajian gitu. Mudah-mudahan dengan ini, makin banyak lagi orang lagi orang peduli dan sadar akan pentingnya untuk memikirkan makhluk lain, selain diri sendiri di bumi," Chitra penuh harap.
4. Setia memakai material katun

Komitmen Sejauh Mata Memandang terhadap keberlanjutan bukan sekadar konsep, melainkan prinsip yang terus dihidupi dari satu koleksi ke koleksi berikutnya. Dalam Larung, Chitra kembali menunjukkan konsistensinya untuk hanya menggunakan material alami seperti katun, linen, dan tensel: bahan-bahan yang ramah lingkungan dan dapat terurai secara alami. Baginya, kain bukan hanya medium berkarya, tapi juga bagian dari siklus hidup yang seharusnya tidak berakhir sebagai sampah abadi.
Lebih dari itu, pendekatan berkelanjutan ini juga diwujudkan lewat penggunaan kain lama yang diberi kehidupan baru. Beberapa material berasal dari simpanan kain desainer lain yang sudah tidak aktif dan kini diolah kembali menjadi karya yang bermakna. Sejauh Mata Memandang juga rutin mengadakan lokakarya untuk mengajarkan publik cara memperpanjang usia pakaian mereka.
"Kita masih setia menggunakan katun. Pokoknya, yang pasti kita tidak menggunakan material yang bisa menjadi sampah abadi. Jadi, kita akan selalu menggunakan material yang bisa hancur secara alami, baik kalau ditanam maupun yang bisa langsung terurai," ucap Chitra.
5. Dita Karang hadir sebagai muse sekaligus surprise show di runway

Kehadiran Dita Karang menjadi penutup yang memukau dalam presentasi Larung di panggung Jakarta Fashion Week 2026. Tampil sebagai muse sekaligus kejutan di akhir peragaan, Dita muncul dalam performa teatrikal yang memadukan gerak, emosi, dan pesan lingkungan. Dengan latar visual bertema laut yang berganti-ganti di layar belakang, penampilannya terasa seperti doa yang bergerak, menghidupkan makna Larung sebagai persembahan untuk bumi dan lautan Indonesia.
Sembari diiringi lagu Secukupnya dari Hindia, Dita menutup pertunjukan dengan adegan penuh makna. Di layar terpampang kalimat “Setiap Hari, Hari Bumi” seolah menegaskan pesan inti dari koleksi ini, bahwa mencintai alam bukan sekadar momen, tapi kesadaran yang harus hidup setiap hari. Bagi Dita sendiri, kolaborasi ini bukan hanya kebanggaan sebagai penggemar Sejauh Mata Memandang, melainkan juga bentuk cinta terhadap tanah air, sebuah pengingat bahwa laut adalah rumah bagi kita semua.
"Aku memang dari dulu nge-fans sama Sejauh Mata Memandang. Terus di tema ini, Indonesia kan negara kelautan, jadi laut itu kan rumah juga," kata Dita di sesi Media Lounge sebelum show dimulai.

















