Berbakat Menggambar, Tulus Bikin Desain Baju Sejauh Mata Memandang

- Karya kolaborasi Sejauh Mata Memandang x TULUS, menggabungkan sketsa Tulus dengan motif khas brand fashion itu.
- Filosofi di balik sketsa dan motif khas Sejauh Mata Memandang adalah gambaran emosi, keseimbangan alam, dan kemanusiaan.
- Motif tersebut diaplikasikan di atas kain ramah lingkungan lewat tangan-tangan pengrajin lokal.
Jakarta, IDN Times - Tulus adalah penyanyi solo pria yang digandrungi generasi milenial hingga alpha. Lagu-lagunya telah mendapatkan banyak penghargaan. Soal tarik suara, namanya tak perlu diremehkan. Namun, bagaimana dengan mendesain baju?
Mungkin, tak banyak yang tahu jika Tulus memiliki bakat menggambar sejak kanak-kanak. Hal itulah yang membuatnya sempat bercita-cita sebagai arsitek dan menjadi mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan jenjang S1 program studi Arsitektur. Meski pada akhirnya lebih dikenal sebagai solois, ia tidak membuang begitu saja bakatnya. Buktinya, ia baru saja menuangkan bakat menggambarnya lewat motif baju di label Sejauh Mata Memandang.
Dalam konferensi pers pameran instalasi Pasar Kita pada Jumat (18/7/2025) di 7 A.M Bakers - Grand Indonesia East Mall, pelantun "Gajah" tersebut melangkah yakin ke hadapan awak media. Tubuh tingginya terlihat gagah lewat outer hitam. Dari depan, coraknya kotak-kotak dengan ornamen kecil-kecil di dalamnya. Matanya berbinar dan bibirnya penuh senyum di momen karyanya itu diperkenalkan. Ya, karyanya adalah sketsa desain baju yang tengah dipakainya.
1. Karya kolaborasi itu disebut Sejauh Mata Memandang x TULUS

"Saya kalau lagi ke mana-mana, kadang-kadang suka iseng mengisi waktu luang. Saya senang menggambar dan dulu saya kan saya studinya arsitektur. Jadi, menggambar itu sesuatu yang lumayan menenangkan. Tapi, saya gak pernah kepikiran kalau sesuatu yang hanya sekedar menenangkan itu, bisa jadi baju gara-gara Mbak Chitra," kisah Tulus tentang kegemarannya menggambar sembari mengarahkan pandangannya ke Chitra Subyakto, Founder and Creative Director of Sejauh Mata Memandang.
Kolaborasi antara label fashion dan penyanyi tersebut, adalah pengembangan visual yang memadukan sketsa karya Tulus dengan motif khas Sejauh Mata Memandang. Perpaduan keduanya menjadi ragam motif kain berwarna hitam dan biru tua.
Kedua warna tersebut adalah refleksi karakter artistik di berbagai kesempatan. Ya, sama seperti outer hitam yang Tulus kenakan pada momen tersebut.
2. Filosofi di balik sketsa Tulus dan motif khas Sejauh

Selama ini, Sejauh Mata Memandang dikenal sebagai merek sandang sirkular. Tidak mengherankan apabila kolaborasi motif busana Sejauh Mata Memandang X TULUS juga berkaitan dengan alam dan kehidupan. Namun, ada sentuhan emosi seperti pilu, senang, senyum, datang, dan tawa.
"Kalau teman-teman lihat salah satu motif kotak di sini, saya mencoba menggambarkan sesuatu yang utuh. Kemudian, kalau lihat ada titik empat ini, yang sebelah kotaknya, saya menggambarkan sesuatu yang sudah lebur atau sesuatu yang sudah berubah bentuknya. Itu bagi saya, saya menggambarkan dinamika kehidupan gitu lho! Ada utuh, ada lebur, ada sedih, juga ada senang," tuturnya.
Setiap motif Sejauh Mata Memandang X TULUS adalah gambaran emosi, keseimbangan alam, dan kemanusiaan yang direpresentasikan lewat pola geometris kotak positif-negatif. Jika kita saksikan dengan mata telanjang, pola tersebut hampir mirip dengan corak kain poleng khas Bali. Selain itu, ada elemen lengkung organik bak ombak laut, awan, bulan, serta matahari. Elemen tersebut adalah tanda sumber kehidupan dan pengingat pentingnya menjaga alam.
3. Motif tersebut diaplikasikan di atas kain ramah lingkungan lewat tangan-tangan pengrajin lokal

Motif Sejauh Mata Memandang x Tulus diaplikasikan di atas katun dan TENCEL. Bagi yang belum mengetahui, TENCEL adalah merek dagang yang dibuat dari serat Lyocell dan Modal, yakni serat selulosa alami yang terbuat dari kayu. Biasanya, kayu yang digunakan berasal dari pohon Eucalyptus atau Beech. Pemrosesannya juga secara berkelanjutan.
UMKM di Bali dan Pekalongan adalah mitra yang bekerja di baliknya. Untuk teknik cetak saring tangan, UMKM di Desa Duri Puri Kauh, Denpasar, Bali adalah penggarapnya. Sementara untuk batik cap, mitra artisan batik di Pekalongan, Jawa Tengah yang bekerja.
“Melalui Pasar Kita, kami ingin membuka ruang kolaborasi lintas sektor sekaligus mendukung keberlanjutan pelaku usaha kecil dan artisan lokal agar dapat terus bertumbuh. Karena itu, Pasar Kita juga menjadi wadah kurasi bagi berbagai UMKM dan artisan mitra Studio Sejauh dari berbagai daerah di Indonesia,” ujar Chitra.
4. Bukan cuma untuk pria, perempuan dan anak-anak pun bisa mengenakan motif kolaborasi itu

Koleksi Sejauh Mata Memandang X Tulus mempunyai ragam produk yang variatif. Ada pakaian pria, pakaian perempuan, hingga anak-anak. Bukan hanya baju, ada scarf hingga aksesori.
Dengan demikian, baik Tulus dan Sejauh Mata Memandang menampilkan dua identitas kreatif sekaligus merayakan proses bermakna, kerajinan tangan, dan hubungan yang bertanggung jawab dengan artisan lokal. Itulah mengapa, mereka membuat program penanaman satu pohon di Kawasan Ekosistem Leuser, Aceh Timur setiap satu pakaian yang terjual.
5. Koleksi Sejauh Mata Memandang X TULUS bisa dibeli di pameran Pasar Kita

Menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 pada 17 Agustus mendatang, Sejauh Mata Memandang menyelenggarakan pameran instalasi bertajuk Pasar Kita. Pameran ini digelar di Rama Atrium, Grand Indonesia East Mall, Lantai LG mulai tanggal 18 Juli 2025 hingga 31 Agustus 2025. Bukan cuma pameran, pengunjung yang hadir bisa berfoto dan berbelanja produk Sejauh Mata Memandang sekaligus UMKM atau artisan lokal lainnya.
Dekorasi instalasinya membentuk arena panjat pinang dengan aneka hadiah. Di sekelilingnya, terdapat gerobak bakso. Lucunya, meski tersedia mangkok, yang dijual adalah tas rajut Toja Indonesia dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sudut lain, ada gerobak permak jeans keliling tanpa orang yang menjahit. Rupanya, merek denim tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) asal Pekalongan bernama Craft Denim, menjajakan karyanya yang berupa celana jeans dan tas jeans.
"Kalau kita itu pakai tiga teknik. Kita pakai teknik rajutan tapestry. Kita pakai juga teknik palawang yang juga sudah punah di kampung asalnya, di kampung mama saya di Mamasa. Satu lagi pengebum. Jadi, ketiga teknik itu kita padukan di tas, pouch, dan wallet kita," kata Dian Kartini, Founder Toja Indonesia soal karya yang dibawa di Pasar Kita.
Di Gerobak Sekar Kawung dari Yogyakarta, kita disuguhi "oleh-oleh pisang dan kripik pisang" merek Cap Ayam Kincir. Jangan tertipu, pisang yang dipajang adalah boneka berbahan kain batik cap motif Nitik. Jika kita membelinya, boneka itu akan dibungkus tas kertas cokelat dengan label ala oleh-oleh khas daerah.
Lain lagi dengan Kait Handmade, produk UMKM dari Malang, Jawa Timur. Ia membawa konsep gerobak pikul dengan tanpa alat masak, mangkok, piring, dan kompornya. Merek kriya tekstil dengan teknik rajut berbahan benang serat alami ramah lingkungan ini, memajang tas dan bantal bermotif Nitik khas Sejauh Mata Memandang. Selain berwarna-warni, bentuk tasnya menyita perhatian lantaran terdapat tekstur timbul menyerupai origami buka tutup ala mainan anak-anak tahun 90-an.
Seakan belum cukup, kenangan nostalgia masa lalu kita mengarah ke sepeda dengan rak dagang yang menumpuk di belakang kemudi. Isinya adalah anyaman gulma yang berubah bentuk jadi keranjang kecil dan aneka bentuk tas bahu. Sakombu dari Minangkabau, Sumatera Barat yang membawanya hingga jauh ke Jakarta. Keajaiban tangan-tangan ibu rumah tangga berusia 50-80 tahun ada di balik tas berdetail rapi itu.
"Ada salah satu namanya Tandua', jadi lancip-lancip gitu. Itu terinspirasi dari Rumah Gadang. Kan Minang itu kan ciri khasnya kepala kerbau. Ibu-ibu pakai tanduak, kan. Nah, dia terinspirasi dari situ," ungkap Anasthia, perwakilan dari Sakombu tentang salah satu produk yang ia jajakan di Pasar Kita.
Melangkahkan kaki lagi ke arah eskalator, terdapat toko kelontong bernama Warung Sejauh. Gantungan snack kemasan yang bertumpuk di sisi depannya, benar-benar membangkitkan kenangan masa kecil. Ya, kenangan membeli ciki ke warung dekat rumah. Tapi, itu adalah aneka bantal mini di toko pop up busana-busana Sejauh Mata Memandang. Ada rak khusus yang memajang produk kurang sempurna dengan harga yang lebih miring dari normalnya. Di pintu keluarnya, ada kasir yang menjejerkan aneka boneka rajut hewan dengan bentuk menggemaskan. Mustahil bagi anak-anak yang melihat, tidak merengek ingin membeli.
Di sisi lain kasir, ada ruang berbentuk kotak menyerupai kandang. Namun, bukan kandang sembarang kandang. Bukan pula ayam, kambing, atau hewan ternak yang bisa dibeli. Di situlah, karya Sejauh Mata Memandang X TULUS dapat dibeli.
Tertarik ke sana? Dapatkan penawaran menarik apabila kamu adalah pengguna BCA. Jadi, sebelum pameran berakhir dan produknya habis terjual, persiapkanlah dirimu untuk membelinya sekarang juga!