Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Menghindari Gengsi Adu Outfit Saat Berolahraga di Gym, Terapkan!

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Anastase Maragos)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Anastase Maragos)
Intinya sih...
  • Fokus pada fungsi dan kenyamanan pakaian
  • Tanamkan pola pikir bahwa gym bukan panggung mode
  • Batasi konsumsi tren media sosial
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berolahraga di gym telah menjadi gaya hidup masyarakat modern yang semakin banyak digemari. Aktivitas ini bukan hanya sekadar rutinitas menjaga kesehatan tubuh, melainkan juga menjadi bagian dari kebutuhan sosial yang identik dengan tren gaya hidup urban. Tak jarang, gym dianggap sebagai ruang pertemuan, tempat bersosialisasi, dan wadah untuk membangun kepercayaan diri. Namun, perkembangan tren tersebut kerap melahirkan fenomena baru, yakni kecenderungan untuk berlomba dalam urusan penampilan.

Fenomena gengsi dalam adu outfit di gym kerap menimbulkan tekanan tersendiri bagi sebagian orang. Alih-alih merasa nyaman dengan aktivitas fisik, ada individu yang justru lebih sibuk memikirkan pakaian apa yang dikenakan agar terlihat modis. Hal ini seringkali membuat suasana olahraga menjadi tidak lagi murni untuk kesehatan, melainkan ajang untuk menampilkan siapa yang paling menarik.

Agar kamu tidak terjebak dalam pola pikir tersebut, yuk simak tujuh tips menghindari gengsi adu outfit saat berolahraga di gym di bawah ini. Jangan diskip, ya!

1. Fokus pada fungsi dan kenyamanan pakaian

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/omid armin)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/omid armin)

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah menjadikan fungsi dan kenyamanan sebagai dasar utama dalam memilih pakaian olahraga. Gym adalah tempat untuk melakukan aktivitas fisik yang intens, sehingga pakaian yang dikenakan harus mendukung gerakan tubuh dengan baik. Bahan pakaian yang menyerap keringat, ringan, serta elastis jauh lebih penting dibandingkan dengan merek atau tren yang sedang populer.

Memilih outfit berdasarkan kenyamanan juga berarti menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh masing-masing. Setiap individu memiliki preferensi berbeda dalam berolahraga, sehingga pakaian yang ideal bagi satu orang belum tentu cocok untuk orang lain. Dengan menjadikan kenyamanan sebagai prioritas, maka gengsi untuk mengikuti gaya berpakaian orang lain dapat dikurangi secara perlahan.

2. Tanamkan pola pikir bahwa gym bukan panggung mode

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Ryan Hoffman)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Ryan Hoffman)

Gym seharusnya dipandang sebagai tempat berlatih untuk mencapai tujuan kebugaran, bukan panggung peragaan busana. Pola pikir ini penting ditanamkan agar fokus utama tetap pada aktivitas olahraga. Jika setiap kali datang ke gym selalu diliputi perasaan ingin terlihat modis, maka energi yang seharusnya digunakan untuk berlatih akan terkuras hanya untuk memikirkan penampilan.

Membiasakan diri untuk tidak memandang gym sebagai ajang fashion show dapat membantu membangun kepercayaan diri yang lebih autentik. Kepercayaan diri yang lahir dari pencapaian kebugaran jauh lebih bermakna dibandingkan dari sekadar pakaian. Ketika tubuh mulai menunjukkan peningkatan kekuatan, daya tahan, dan kesehatan, maka rasa percaya diri akan tumbuh dengan sendirinya. Sikap ini akan mengurangi ketergantungan pada outfit mahal atau bermerek dalam menilai diri sendiri.

3. Batasi konsumsi tren media sosial

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/gardpro)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/gardpro)

Media sosial memiliki peran besar dalam membentuk persepsi tentang standar penampilan, termasuk dalam urusan olahraga. Banyak konten menampilkan figur publik dengan outfit olahraga yang terlihat sempurna, membuat sebagian orang merasa harus menirunya agar dianggap setara. Jika tidak mampu memilikinya, rasa minder bisa muncul dan membuat pengalaman berolahraga menjadi tidak menyenangkan.

Menggunakan media sosial secara bijak berarti memilah konten yang benar-benar bermanfaat untuk perkembangan diri. Alih-alih terpaku pada penampilan orang lain, lebih baik mencari inspirasi mengenai teknik olahraga, nutrisi, atau tips motivasi. Dengan begitu, waktu di gym akan lebih berfokus pada pengembangan fisik dan mental, bukan pada pembandingan gaya berpakaian.

4. Gunakan pakaian yang dimiliki secara maksimal

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/gardpro)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/gardpro)

Tidak perlu selalu membeli pakaian olahraga baru hanya demi terlihat berbeda setiap kali datang ke gym. Memaksimalkan pakaian yang sudah dimiliki merupakan langkah efektif untuk menghindari gengsi dalam berpenampilan. Selama pakaian tersebut masih layak pakai, nyaman, dan mendukung gerakan tubuh, maka sudah cukup untuk digunakan secara rutin. Kebiasaan sederhana ini sekaligus mengajarkan pentingnya sikap bersyukur dan tidak berlebihan dalam mengejar penampilan.

Selain menghemat biaya, menggunakan pakaian yang dimiliki secara berulang juga membantu membangun pola pikir yang sehat terhadap konsumsi. Tren fast fashion sering membuat orang merasa perlu membeli pakaian baru terus-menerus, padahal kebutuhan utamanya tidak sebesar itu. Dengan memanfaatkan apa yang ada, seseorang bisa lebih fokus pada tujuan utama berolahraga tanpa merasa tertinggal dari segi penampilan.

5. Bangun kepercayaan diri dari pencapaian olahraga

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Gordon Cowie)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Gordon Cowie)

Kepercayaan diri tidak selalu harus lahir dari penampilan luar. Pencapaian olahraga yang diraih di gym justru menjadi sumber kepercayaan diri yang lebih kuat dan bertahan lama. Misalnya, mampu menambah beban angkatan, meningkatkan daya tahan kardio, atau berhasil mempertahankan konsistensi latihan selama beberapa bulan. Prestasi tersebut akan menumbuhkan rasa bangga pada diri sendiri yang tidak bergantung pada outfit.

Dengan berfokus pada pencapaian, seseorang akan lebih menghargai proses yang dijalani. Keberhasilan dalam olahraga memberikan kepuasan batin yang tidak bisa dibeli dengan pakaian bermerek. Ketika tubuh menjadi lebih sehat, bugar, dan kuat, rasa percaya diri akan terpancar secara alami tanpa perlu pembanding. Inilah yang akan mengurangi rasa gengsi dan membuat setiap kunjungan ke gym terasa lebih bermakna.

6. Temukan lingkungan gym yang positif

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/travelling_mo)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/travelling_mo)

Lingkungan gym yang suportif berperan besar dalam membentuk pengalaman berolahraga. Jika suasana di dalamnya lebih menekankan pada penampilan daripada pencapaian, maka rasa gengsi akan lebih mudah muncul. Sebaliknya, ketika lingkungan mendukung setiap individu tanpa memandang outfit, maka setiap orang akan merasa lebih bebas dan nyaman. Oleh karena itu, memilih gym dengan kultur positif merupakan langkah bijak untuk menghindari tekanan sosial yang tidak perlu.

Lingkungan positif biasanya ditandai dengan komunitas yang saling memotivasi dan menghargai usaha masing-masing. Ketika semua orang fokus pada latihan, maka isu tentang penampilan tidak lagi menjadi perhatian utama. Suasana seperti ini akan membuat siapa pun merasa diterima tanpa harus menunjukkan gaya berpakaian tertentu. Pada akhirnya, keberadaan lingkungan gym yang sehat akan menumbuhkan semangat berolahraga secara konsisten.

7. Sadari bahwa kesehatan lebih bernilai daripada penampilan

ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Gordon Cowie)
ilustrasi pria di gym (unsplash.com/Gordon Cowie)

Inti dari semua tips adalah menanamkan kesadaran bahwa kesehatan jauh lebih bernilai dibandingkan sekadar penampilan. Pakaian bisa memberikan kesan sesaat, tetapi kondisi tubuh yang sehat memberikan manfaat jangka panjang. Olahraga di gym merupakan investasi untuk masa depan, menjaga tubuh tetap bugar, dan mengurangi risiko penyakit. Kesadaran ini akan membuat gengsi dalam adu outfit terasa tidak lagi penting.

Dengan menempatkan kesehatan sebagai prioritas, setiap individu dapat menikmati olahraga dengan perasaan lebih bebas. Tidak perlu merasa rendah diri hanya karena pakaian tidak semahal orang lain. Selama tubuh terus berkembang dan kesehatan semakin baik, maka tujuan utama sudah tercapai. Perspektif ini membantu menyingkirkan beban sosial yang tidak relevan serta membuat pengalaman berolahraga lebih menyenangkan dan bermakna.

Gym menjadi ruang inklusif bagi siapa pun yang ingin berlatih, tanpa adanya kompetisi tidak sehat dalam hal gaya berpakaian. Saat tubuh semakin sehat dan pikiran lebih tenang, manfaat olahraga dapat dirasakan sepenuhnya, menjadikan hidup lebih berkualitas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

7 Potret Thai Neary Socheata Miss Universe Kamboja 2025, Captivating!

18 Sep 2025, 22:03 WIBMen