Genera-Z Berbakti Ajak Anak Muda Kembangkan Desa Wisata

Jakarta, IDN Times - Indonesia, negeri kepulauan yang kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya, menyimpan banyak permata tersembunyi yang tersebar dari pesisir hingga pegunungan. Empat desa wisata yakni, Pulau Derawan di Kalimantan Timur, Wonokitri di Jawa Timur, Kiluan Negeri di Lampung, dan Dayun di Riau menjadi contoh bagaimana pengembangan berbasis potensi lokal, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Namun, di balik pesona dan potensinya tersebut masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Untuk itu Bakti BCA mengajak anak-anak muda dari multi-disiplin ilmu untuk berkontribusi langsung di desa-desa tersebut lewat program Genera-Z Berbakti.
"Genera-Z Berbakti merupakan bagian dari campaign Bakti BCA yang kami jalankan pertama kali. Tahun ini kami mengadakan call for proposal. Jadi kami memanggil anak-anak muda di kampus-kampus seluruh Indonesia join ke program ini. Mereka diberi kesempatan, secara berkelompok dan dari multi-disiplin ilmu, untuk join mengidentifikasi masalah, kemudian turun, live in, dan berkontribusi langsung di empat desa binaan Bakti BCA," ujar EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn dalam siaran persnya.
1. Tantangan untuk menjaga keseimbangan pembangunan dan konservasi

Di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Pulau Derawan menawarkan pemandangan bawah laut yang memesona. Terumbu karang, penyu hijau, ubur-ubur tak menyengat, hingga pari manta menjadikan perairannya salah satu kawasan biodiversitas laut yang penting. Namun, di balik pesonanya, Derawan menghadapi tantangan seperti abrasi pantai, pemukiman yang kian padat, dan berkurangnya hasil tangkapan laut.
“Di tengah tekanan terhadap ekosistem, inisiatif pelestarian terumbu karang, pengelolaan sampah, dan upaya literasi keuangan justru jadi penting untuk menjaga keseimbangan pembangunan dan konservasi,” jelas Hera.
Pulau Derawan tidak menjadi satu-satunya desa dengan potensi besar, tetapi menghadapi banyak tantangan serius. Berada di ketinggian hampir 2.000 mdpl, desa di Kabupaten Pasuruan ini menjadi gerbang menuju kawasan Bromo dari sisi utara. Tidak hanya menawarkan lanskap pegunungan yang menakjubkan, Wonokitri juga menjadi pusat budaya masyarakat Suku Tengger, yang masih mempertahankan adat dan tradisi dalam kehidupan sehari-hari.
“Budidaya bunga edelweiss, yang dulu sifatnya sakral, kini dikembangkan sebagai bagian dari ekowisata berbasis konservasi. Nah, sementara pariwisata tumbuh, Wonokitri juga dihadapkan dengan risiko kerusakan alam, contohnya longsor akibat deforestasi. Tantangan seperti ini yang akhirnya mendorong kebutuhan akan praktik agroforestri yang berkelanjutan dan juga tata kelola wisata yang lebih bertanggung jawab sehingga bisa jadi win-win solution,” kata Hera.
2. Pentingnya pendekatan pembangunan yang menyeluruh

Kiluan Negeri di Lampung dikenal luas berkat keberadaan lumba-lumba yang bermigrasi di Teluk Kiluan, menciptakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Laguna Gayau dan pantai-pantai berbatu juga menjadi bagian dari kekayaan alam pesisir yang ditawarkan desa ini.
Sayangnya, di balik keindahan tersebut, Kiluan menghadapi realitas keterbatasan infrastruktur, akses layanan kesehatan yang minim, serta persoalan pengelolaan sampah. Dinamika ini memperlihatkan pentingnya pendekatan pembangunan yang menyeluruh, mulai dari penyediaan layanan dasar hingga upaya konservasi laut dan pesisir.
Desa Dayun di Kabupaten Siak, Riau, berdiri di tengah bentang alam gambut yang kaya, sekaligus rentan. Di sini, berbagai spesies langka seperti harimau Sumatra dan burung rangkong menemukan habitatnya. Namun, perubahan fungsi lahan untuk industri dan perkebunan sawit, ditambah dengan ancaman kebakaran hutan, menempatkan lingkungan Dayun dalam tekanan berat.
Ketergantungan ekonomi pada sektor migas dan sawit memperlihatkan sisi lain dari tantangan diversifikasi ekonomi di kawasan pedesaan. Sementara itu, kebutuhan akan upaya mitigasi bencana, restorasi lahan gambut, dan pengembangan sumber penghidupan alternatif menjadi semakin mendesak.
"Pengalaman langsung di lapangan memperkaya perspektif, membuka ruang berbagi pengetahuan, dan memperkuat semangat untuk membangun solusi bersama. Lewat kolaborasi lintas generasi, desa-desa ini tidak hanya menjadi destinasi perjalanan, tetapi juga cermin masa depan pembangunan berkelanjutan Indonesia," kata Hera.