Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Perbedaan Overthinking pada Introver vs Ekstrover, Pahami Guys!

ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)

Overthinking bisa dialami siapa saja, tak peduli latar belakang atau kepribadiannya. Namun, cara seseorang menyikapi dan memproses overthinking bisa sangat berbeda tergantung kepribadiannya, khususnya antara introver dan ekstrover. Kedua tipe ini memiliki cara berpikir, menanggapi lingkungan, dan menyelesaikan masalah yang kontras.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana overthinking muncul dan berdampak pada masing-masing. Dengan memahami perbedaan ini, kamu bisa lebih mudah menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Yuk, simak tujuh perbedaan overthinking antara introver dan ekstrover berikut ini.

1. Cara memproses pikiran yang berlebihan

ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)

Introver cenderung memproses pikiran dalam diam dan secara mendalam. Saat overthinking, mereka lebih sering memutar ulang kejadian di kepala tanpa melibatkan orang lain. Hal ini membuat mereka terjebak dalam pikiran sendiri tanpa jalan keluar yang jelas.

Sebaliknya, ekstrover lebih mungkin mengekspresikan pikiran mereka secara verbal. Mereka cenderung membicarakan kekhawatirannya kepada orang lain sebagai cara mencari perspektif. Alih-alih terjebak dalam kepala, mereka mencoba meluapkan isi pikirannya.

2. Sumber utama kecemasan

ilustrasi cemas (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi cemas (pexels.com/Alex Green)

Introver biasanya merasa cemas akibat analisis berlebihan terhadap tindakan atau kata-kata mereka sendiri. Mereka sering mengkhawatirkan bagaimana mereka dipersepsikan dan apakah mereka sudah melakukan hal yang benar. Kecemasan mereka muncul dari dalam diri sendiri.

Sementara itu, ekstrover lebih sering cemas karena dinamika sosial eksternal. Mereka khawatir tentang bagaimana orang lain merespons, atau apakah mereka cukup menyenangkan dalam sebuah interaksi. Reaksi orang lain menjadi pemicu utama overthinking mereka.

3. Durasi overthinking

ilustrasi cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Overthinking pada introver cenderung berlangsung lebih lama karena diproses secara internal. Tanpa ada yang menghentikan alur pikiran, mereka bisa memikirkannya berhari-hari. Proses ini bisa terasa melelahkan secara mental.

Sebaliknya, ekstrover lebih cepat "move on " karena terbiasa meluapkan pikiran melalui interaksi. Setelah membicarakan keresahannya, biasanya mereka merasa lega dan tak lagi memikirkannya. Hal ini membantu mereka mengurangi durasi overthinking.

4. Respons terhadap kesalahan

ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ketika melakukan kesalahan, introver lebih sering menyalahkan diri sendiri. Mereka merenungi kesalahan itu secara mendalam dan membayangkan berbagai skenario yang bisa lebih baik. Hal ini memperpanjang siklus overthinking yang mereka alami.

Berbeda dengan itu, ekstrover cenderung mencari pembenaran dari luar. Mereka lebih suka meminta pendapat orang lain untuk menilai apakah kesalahan itu benar-benar fatal. Respons ini membantu mereka merasa lebih ringan dan tidak terlalu keras pada diri sendiri.

5. Cara mencari solusi

ilustrasi cemas (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi cemas (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Introver lebih suka mencari solusi dengan menyendiri dan menganalisis situasi. Mereka butuh waktu sendiri untuk berpikir secara sistematis dan logis. Namun, ini bisa menjadi bumerang jika mereka terlalu larut dalam pikiran.

Sementara itu, ekstrover cenderung menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi. Mereka mencari sudut pandang baru dari orang lain untuk memperluas perspektif. Diskusi menjadi sarana pelepasan sekaligus solusi atas overthinking mereka.

6. Reaksi terhadap opini orang lain

ilustrasi cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Introver umumnya sangat sensitif terhadap opini orang lain, terutama yang bernada negatif. Mereka bisa terus-menerus memikirkan komentar tersebut dan merasa tidak cukup baik. Akibatnya, overthinking pun semakin dalam.

Sedangkan ekstrover, meski peduli dengan opini orang lain, lebih mudah untuk mengabaikannya jika merasa tidak relevan. Mereka lebih cepat mengalihkan fokus ke hal positif atau dukungan dari orang sekitar. Ini membuat mereka lebih tahan terhadap tekanan sosial.

7. Pengaruh lingkungan sekitar

ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi cemas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Lingkungan yang ramai bisa memperburuk overthinking pada introver karena membuat mereka makin sulit fokus. Suasana seperti ini bisa menambah beban mental dan menyulitkan mereka untuk tenang. Mereka butuh ruang pribadi untuk memproses pikiran dengan jernih.

Sementara itu, ekstrover justru merasa terbantu dengan lingkungan yang hidup. Interaksi dan distraksi dari luar membuat mereka lebih mudah melepaskan diri dari pikiran negatif. Keramaian bisa menjadi "penyembuh" dari overthinking yang sedang melanda.

Overthinking memang bisa menyerang siapa saja, tetapi efeknya bisa berbeda tergantung tipe kepribadian. Dengan mengenali karakteristik masing-masing, kamu bisa memahami pendekatan terbaik untuk mengatasi overthinking. Semoga informasi ini bisa membantumu menemukan cara yang paling cocok untuk menjaga kesehatan mentalmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us