TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Merasa Suhu Udara Lebih Panas dan Gerah? Begini Penjelasan Ilmiah BMKG

Masyarakat diimbau tetap jaga kesehatan selama PSBB

Ilustrasi cuaca cerah (IDN Times/Sunariyah)

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab suhu udara terasa panas dan gerah, yang dikeluhkan masyarakat beberapa hari terakhir ini.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menyebutkan kondisi udara yang gerah secara meteorologis, disebabkan suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara tinggi.

"Kelembapan udara yang tinggi menyatakan jumlah uap air yang terkandung pada udara. Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut, dan apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan, suasana akan lebih terasa gerah," tutur dia melalui keterangan tertulis, Selasa (26/5).

Baca Juga: Suhu Antarktika Capai Rekor Terpanas, Lebih Panas dari Puncak Bogor

1. Laporan meteorologi suhu maksimum di Indonesia dalam lima hari terakhir yaitu 34-36 derajat Celsius

Ilustrasi (IDN Times/Sunariyah)

Herizal menjelaskan, sesuai laporan pencatatan meteorologis suhu maksimum udara pada siang atau tengah hari di Indonesia dalam lima hari terakhir ini, berada pada 34-36 derajat Celsius.

Misalnya saja, beberapa kali suhu udara 36 derajat Celsius terjadi di Sentani, Papua. Di Jabodetabek, pantauan suhu maksimum tertinggi terjadi di Bandara Soekarno-Hatta 35 derajat Celsius, Kemayoran 35 derajat Celsius, Tanjung Priok 34,8 derajat Celsius, dan Ciputat 34,7 derajat Celsius.

"Demikian juga wilayah lain di Jawa, siang hari di Tanjung Perak suhu udara terukur 35 derajat Celsius. Wilayah perkotaan, terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan. Sementara itu, catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kisaran 80-100 persen, yang termasuk berkelembapan tinggi," kata Herizal.

2. Suhu udara gerah sebenarnya fenomena biasa saat memasuki musim kemarau

Ilustrasi (IDN Times/Sunariyah)

Herizal mengatakan suhu udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa saat memasuki musim kemarau. Untuk wilayah Jabodetabek, selama April-Mei adalah waktu saat suhu udara secara statistik dan berdasarkan data historis memang cukup tinggi. Hal itu juga biasa terjadi selama Oktober-November.

Pada musim kemarau, menurut Herizal, suhu udara maksimum di Jakarta umumnya berada pada rentang 32-36 derajat Celsius.

"Udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan, karena udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel, yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari," kata dia.

3. Sebanyak 35 persen ZOM sudah memasuki musim kemarau hingga Mei 2020

Ilustrasi (IDN Times/Sunariyah)

Herizal mengatakan, perkembangan musim kemarau hingga pertengahan Mei 2020 menunjukkan 35 persen wilayah Zona Musim (ZOM) sudah memasuki musim kemarau.

Di antaranya di sebagian besar wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagian Jawa Timur bagian selatan, serta sebagian Jawa Tengah bagian utara dan timur.

"Sebagian Jawa Barat bagian utara dan timur serta Bekasi bagian utara, Jakarta bagian utara, dan sebagian daerah Papua dan Maluku," lanjut Herizal.

Baca Juga: Langka! Merkurius-Venus akan Tampak Berdekatan dan Indah Sore Hari Ini

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya