5 Pahlawan Nasional Wanita Pengabdian dan Keberaniannya Menginspirasi
Jangan pernah melupakan sejarah ya!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Sukarno saat berpidato pada Hari Pahlawan 10 November 1961 pernah berkata bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Sebab kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari jasa para pahlawan.
Untuk itu sudah seharusnya kita mengingat kembali sosok-sosok pahlawan. Para pahlawan ini bukan hanya pria lho, tapi banyak juga pahlawan wanita yang berperan besar dalam kemerdekaan repubik ini.
Banyak yang diperjuangkan oleh para wanita tangguh tersebut, mulai dari hak asasi, melawan penindasan, bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Indonesia. Salah satu pahlawan wanita adalah Raden Adjeng Kartini.
Dia memperjuangkan kesetaraan antara wanita dengan laki–laki, salah satunya dalam hal pendidikan. Namun kamu harus tahu, selain R.A Kartini masih banyak pahlawan wanita lainnya yang harus kamu ingat. Yuk, simak 5 pahlawan wanita yang pengabdian dan keberaniannya menginspirasi di artikel berikut ini!
1. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien merupakan pahlawan wanita asal Aceh yang terkenal dalam perlawanan melawan Belanda. Dia merupakan salah satu sosok yang ditakuti Belanda, karena mampu mengobarkan semangat perlawanan rakyat Aceh.
Dia mulai berperang melawan Belanda pada 1880, hal itu lantaran suami Cut Nyak Dien, Teuku Cek Ibrahim Lamnga, tewas saat bertempur melawan Belanda pada 29 Juni 1878.
Pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar, setelah sebelumnya ia dijanjikan ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut.
Teuku Umar menyerahkan diri kepada Belanda bersama pasukan, sebagai siasat untuk mempelajari taktik perang Belanda.
Setelah beberapa tahun bergabung dengan Belanda, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien balik menyerang Belanda. Teuku Umar mengumpulkan rakyatnya membagikan senjata dan menyerang Belanda kembali. Perang dilakukan Teuku Umar secara gerilnya.
Teuku Umar tewas tertembak saat perang pada 11 Februari 1899. Cut Nyak Dien mengambil alih memimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah pedalaman Meulaboh.
Dengan kondisi Cut Nyak Dien semakin rentan. Matanya mulai rabun dan terkena encok, membuat pasukannya iba dan salah satu anak buahnya melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda. Dengan mudah Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu dan membuatnya dibawa ke Banda Aceh, di sana dia dirawat.
Keberadaan Cut Nyak Dien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya kemudian diasingkan ke Sumedang. Cut Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
Baca Juga: 8 Pahlawan Indonesia yang Wajahnya Tercetak di Uang Kertas Rupiah