TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gerindra Nilai Tak Ada Unsur Politik dalam Malam Munajat 212

M Taufik: yang menuding ada unsur politik itu iri

Antara Foto/Fianda Rassat

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik turut berkomentar terkait acara yang bertajuk "Malam Munajat 212" di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Kamis (21/2) malam. Menurut Taufik, acara itu tidak terkait dengan kegiatan politik. Ia mengatakan, Munajat 212 untuk kepentingan kesatuan.

"Munajat nggak ada urusan sama politik. Munajat itu kan untuk kepentingan kesatuan," kata Taufik di Al Jazeerah Signature Restaurant & Lounge, Johar Baru, Jakarta Pusat, Jumat (22/2).

1. Taufik mengatakan hanya orang iri yang menyebut Munajat 212 sebagai kegiatan politik

Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta M. Taufik (IDN Times/Axel Jo Harianja

Taufik menilai, hanya orang iri yang mengaitkan acara Malam Munajat 212 dengan kegiatan politik. Menurutnya, komentar itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak dapat menggelar acara seperti itu.

"Kalau kemudian ada yang pelintir itu, karena orang itu nggak bisa berbuat seperti itu. Sederhana saja, apa urusannya dengan munajat sama yang lain?" Jelasnya.

2. Semua orang bebas untuk menghadiri acara tersebut

IDN Times/Santi Dewi

Acara itu diketahui banyak dihadiri oleh beberapa tokoh politik khususnya pendukung calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ketika ditanyai terkait hal itu, Taufik menilai, semua orang bebas datang ke acara tersebut.

"Ya habis siapa yang ngelarang? Kalau saya hadir, siapa yang ngelarang? Jadi saya kira sudahlah. Kita perlu ada saya kira kesamaan rasa, berdoa pada Yang Mahakuasa supaya kesatuannya tetap terjaga," ujar Taufik.

Baca Juga: AJI Jakarta Kecam Kekerasan Terhadap Jurnalis di Munajat 212

3. TKN menilai ada unsur kampanye dalam Malam Munajat 212

Massa yang mengikuti Munajat 212 di area Monas Jakarta Pusat. (IDN Times/Santi Dewi)

Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko “Jokowi” Widodo - Ma’ruf Amin mengkritik keras acara keagamaan bertajuk Malam Munajat 212 yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah FPI Pusat dan MUI Jakarta.

Juru Bicara TKN, Ace Hasan Syadzily, membeberkan bahwa awalnya ia mendukung acara keagamaan untuk mendoakan Indonesia. Namun, acara tersebut dicederai dengan adanya nuansa kampanye.

Hal itu dibuktikan dengan salam dua jarinya Fadli Zon, serta pidato Zulkifli Hasan yang lebih tendensius ke arah kampanye untuk mendukung pasangan presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno.

“Bagi kami, acara doa bersama tentu sangat positif walaupun nuansa politisnya sangat tak bisa dihindarkan karena memakai embel-embel angka itu. Namun, jika doa bersama itu ternyata dipergunakan sebagai momentum untuk menyampaikan pesan-pesan politik, itu berarti sudah keluar dari nawaitu-nya,” ujar Ace dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/2).

Ia menilai bahwa acara semalam merupakan bagian dari politisasi agama sekaligus kampanye, apalagi Ace melihat penyelenggara acara tersebut merupakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal sebagai pendukung Prabowo.

“Kampanye politik itu itu boleh-boleh saja. Namun, harus pada tempatnya. Kita semua sudah tahu peraturannya. Masyarakat juga sudah cerdas dalam menilai acara-acara seperti itu mengandung nuansa politik,” tegasnya.

Oleh sebab itu, kader Partai Golkar ini meminta kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menyelidiki dugaan adanya kampanye yang terselubung tersebut. “Saya kira Bawaslu harus bertindak sesuai dengan kewenangannya. Tak harus menunggu laporan karena Bawaslu DKI sendiri memantau langsung acara itu. Terlalu kentara bahwa acara itu berbau politik dengan yel-yel seperti kampanye,” tandasnya.

Baca Juga: Fadli Zon Sebut Wajar Jika Munajat 212 Diwarnai Orasi Politik

4. Munajat 212 diwarnai kekerasan massa yang diduga laskar FPI terhadap para jurnalis

IDN Times/Istimewa

Lebih jauh Ace juga mengutuk keras atas tindakan sekelompok peserta yang melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap salah seorang jurnalis yang sedang meliput pada acara doa bersama tersebut.

“Apapun kejadiannya, melakukan intimidasi dan merampas alat rekaman profesi wartawan merupakan tindakan yang dilarang. Peristiwa seperti itu sangat memperihatinkan bagi kebebasan pers dan perlindungan terhadap profesi wartawan,” tegasnya.

“Pihak kepolisian juga harus mengusut tuntas pihak-pihak yang merampas alat rekaman wartawan, melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap wartawan,” sambungnya.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) sebelumnya mengutuk kejadian kekerasan kepada jurnalis pada malam tersebut di Monas. Ketua AJI Jakarta Asnil Bambani Amri mengatakan AJI mendesak aparat kepolisian menangkap para pelaku dan diadili di pengadilan hingga mendapatkan hukuman seberat-beratnya agar ada efek jera.

"Kami menilai tindakan laskar FPI menghapus rekaman video maupun foto dari kamera jurnalis CNN Indonesia TV dan Detikcom adalah perbuatan melawan hukum. Mereka telah menghalang-halangi kerja jurnalis untuk memenuhi hak publik dalam memperoleh informasi," jelas Asnil. 

Baca Juga: TKN soal Munajat 212: Acara Keagamaan Kok Kampanye?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya