TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Korban Banjir Pejaten Timur Ingin Naturalisasi Sungai Dilanjutkan

Warga kesulitan untuk mengungsi

IDN Times/Axel Jo Harianja

Jakarta, IDN Times - Kompleks perumahan RT 005/RW 008 di kelurahan Pejaten Timur, Jakarta Selatan menjadi salah satu lokasi yang terkena bencana banjir pada Jumat(26/4) lalu.

Seorang warga setempat bernama Ngatini, 46, mengaku, ingin program normalisasi--atau yang biasa disebut naturalisasi sungai di Kali Ciliwung kembali dilanjutkan. Menurutnya, program tersebut tidak pernah dilakukan kembali sejak Ibu Kota dipimpin oleh Gubernur Anies Baswedan.

"Saya sih tidak mempermasalahkan ya siapa yang mimpin, tapi kalau bisa yang dulu itu (normalisasi sungai) dilanjutkan," ujarnya kepada IDN Times di lokasi, Senin(29/4).

Baca Juga: Beda Anies dan Ahok Tuntaskan Banjir, Normalisasi Vs Naturalisasi

1. Normalisasi tidak pernah dilanjutkan sejak Anies terpilih

Dok.IDN Times/Istimewa

Ngatini menjelaskan, program normalisasi sungai itu sudah tidak pernah dilakukan sejak Anies terpilih pada tahun 2017 lalu. "Ya sejak itu (Ahok) diganti ya udah enggak pernah dilanjutkan lagi," jelasnya.

Di lokasi yang sama, Tantri (34) kemudian memaparkan bahwa program normalisasi sungai di sungai Ciliwung hampir pada masa kepemimpinan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok hampir setiap hari dilakukan.

"Dulu mah hampir tiap hari dikeruk. Malah kalau ada yang buang sampah didenda. Ada CCTVnya juga. Ada penjaganya. Sekarang mah boro-boro," ungkap dia.

2. Warga kesulitan untuk mengungsi

IDN Times/Axel Jo Harianja

Tantri kemudian mengatakan, seluruh warga sudah mengetahui bahwa pada jumat(26/4) lalu, wilayahnya akan terkena banjir. Seluruh warga juga telah mengamankan barang-barang berharga milik mereka usai mengetahui info tersebut.

"Ya kita kan baca berita juga, terus ada info yang disebar sama pihak kelurahan (soal potensi banjir). Di Katulampa udah 220cm. Terus di Depok kemarin katanya uda sampai 400cm. Nah kalo kaya gitu uda pasti siaga 1 dan kita pasti kena (banjir)," katanya.

Ia pun menyoroti sulitnya warga setempat untuk mengungsi. Hal ini dikarenakan, tidak adanya posko yang disediakan kepada para pengungsi.

"Nah, Iya tuh sekarang kok engga ada posko ya ?," Katanya.

"Ya yang pada ngungsi juga di tempat saudara atau kenalannya. Kalau engga ada yang kena tiduran aja dipinggir jalan rumah yang engga kena banjir," sambungnya.

3. Banjir besar di wilayah tersebut berubah menjadi tiap satu tahun

IDN Times/Axel Jo Harianja

Ngatini kemudian menambahkan, banjir besar di wilayah tersebut sudah terjadi sejak tahun 1996. Awalnya, banjir tersebut terjadi sejak lima tahun sekali. Akan tetapi, lama kelamaan banjir terjadi setiap tahunnya.

"Sejak tahun 2007 tuh yang sampe jembatan roboh, banjir besar udah enggak tiap lima tahun lagi. Tiap tahun pasti ada banjir besar sekarang," papar Ngatini.

Lebih lanjut, Ngatini menuturkan bahwa banjir besar pada tahun 2018 lebih parah dibandingkan pada tahun ini. "Tahun 2018 lebih parah dari sekarang (tahun 2019). Dulu air sampe tingkat dua noh. Selutut lagi," sambil menunjuk ke arah rumah yang bertingkat dua.

4. Bantuan dari pemerintah belum terlihat

IDN Times/Axel Jo Harianja

Tantri mengaku, hingga saat ini bantuan pemerintah khususnya kebutuhan makanan belum juga terlihat. Saat ini, warga yang menjadi korban banjir hanya memanfaatkan makanan seadanya serta bantuan dari beberapa pihak yayasan.

"Ya kalau sekarang dari pemerintah sih ada petugas pemadam kebakaran. Kalau makanan kita manfaatkan yang seadanya sekarang. Kayak masak mie instant. Terus ada yayasan gitu juga yang ngasih bantuan berupa makanan,pakaian dan sebagainya," jelasnya.

Baca Juga: Korban Banjir Pejaten Timur Sempat Ngopi dan Ngerokok Sebelum Air Naik

5. Saluran gorong-gorong yang tersumbat menyulitkan pembersihan lumpur

IDN Times/Axel Jo Harianja

Dikonfirmasi terpisah, Komandan Regu Pos Bin Pemadam Kebakaran Sektor IX Pasar minggu, Agus Shopian mengatakan, pihaknya saat ini tengah fokus membersihkan lumpur-lumpur yang masih mengendap di lokasi sekitar rumah warga yang terdampak banjir.

Menurutnya, pihaknya saat ini mengalami kesulitan dalam membersihkan lumpur-lumpur tersebut akibat saluran gorong-gorong yang masih tersumbat.

"Gorong-gorongnya mampet. Ditambah lagi lumpurnya banyak banget. Kalau gorong-gorongnya enggak mampet akan memudahkan kita membersihkan lumpur-lumpur tersebut," kata Agus.

Baca Juga: Korban Banjir Pejaten Timur: Bantuan Berkurang, Zaman Foke Berlimpah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya