TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pengasin Ikan dan Cerita Soal Nasib Mereka yang Tak Diperhatikan

Reklamasi berdampak pada penurunan pendapatan

Proses Pengeringan Udang Rebon. IDN Times/Axel Jo Harianja

Jakarta, IDN Times - Terik matahari menusuk sekujur tubuh saat memasuki salah satu kampung nelayan di kawasan Kamal Muara, Jakarta Utara, Jumat (16/8). Kampung pengasinan ikan, tempat itu biasa disebut.

Bau amis ikan merasuk jelas dalam hidungku. Namun bukan ikan-ikan yang terjemur yang tampak di tempat pengasinan tersebut. Yang ada hanyalah hamparan udang rebon.

"Ini lagi musimnya (udang rebon)," kata Rudi, salah seorang pekerja pengasin ikan kepada IDN Times

Baca Juga: Nestapa Nelayan Muara Angke: Reklamasi Sang Penghancur Mimpi

1. Jalani usaha pengasinan ikan sejak delapan tahun lalu

IDN Times/Udang Rebon (Axel Jo Harianja)

Oji, 43, pemilik usaha pengasinan ikan itu mengaku, telah menjalankan usahanya sejak delapan tahun yang lalu. Namun, Oji sebenarnya telah bekerja sebagai pedagang ikan jauh sebelumnya, tepatnya sejak 1997.

"Dulu saya dagang ikan juga. Dulu konsumen, sekarang agen," kata Ogi.

Dalam sehari, Oji bisa memperoleh hasil tangkapan laut dari nelayan sebanyak satu ton. Hasil tangkapan laut itu pun bermacam-macam, tergantung dari musimnya.

"Kalau musim (ikan) kembung ya (ikan) kembung tergantung dapatnya," katanya.

2. Ikan yang diasinkan dijual di berbagai wilayah

IDN Times/Oji,Pengusaha Pengasin Ikan (Axel Jo Harianja)

Usahanya tak main-main. Oji menjual ikan-ikan yang diasinkan tersebut di beberapa wilayah di Pulau Jawa, seperti Bandung, Bogor, Karawang, Cianjur, Indramayu, hingga Serang. Ia pun sudah memiliki salah satu pembeli langganan yang berada di kawasan Pergudangan, Mangga Ubi, Kapuk, Jakarta Utara.

"Kalau pergudangan, pembayarannya (kami terima) paling lama seminggu. Kalau nelayan cash, langsung kan, gak mau tau," ujarnya.

Oji sangat memperhatikan kualitas ikan yang telah ditangkap para nelayannya. Meski dia sudah mempunyai 12 orang pekerja, ia tetap turun tangan untuk memastikan kualitas ikannya.

"Malah lebih bagusan sini (kualitasnya) daripada yang di Muara Angke," ungkap Oji.

3. Reklamasi berdampak pada penurunan pendapatan

IDN Times/Nelayan Membawa Hasil Tangkapan Laut (Axel Jo Harianja)

Usaha yang ia jalani itu tak selalu mulus. Dia menuturkan, hasil tangkapan ikan para nelayan semakin menurun sejak adanya proyek reklamasi. Proyek itu, kata Oji, sangat berdampak bagi pendapatan bagi para nelayan.

"Nelayan kita kan nelayan pinggir (laut), bukan nelayan tengah (laut). Kalau nelayan pinggir, fatal kalau masalah reklamasi ini," ucap Oji.

Oji melanjutkan, hingga tahun 2000, hasil tangkapan ikan masih terbilang melimpah. Perubahan drastis pun mulai dirasakan pada 2003. "Bisa setengahnya, dari 100 persen sekarang 50 persen. Dulu kan ikannya banyak, terus Nelayan penghasilannya banyak, terus harga juga lebih murah,'' jelasnya.

"Kalau sekarang sulit. Ikannya kurang, kan otomatis ikannya mahal. Jadi susah juga konsumen kita mau masarin ke warung-warung kecilnya," sambungnya.

Meski begitu, Oji tetap bersyukur, usahanya sampai saat ini masih terus berjalan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Baca Juga: Gelombang Laut Tinggi, Nelayan Gantungkan Nasib pada Ikan Gogokan

4. Berharap pemerintah memperhatikan para pengusaha kecil

IDN Times/Udang Rebon Siap Kirim (Axel Jo Harianja)

Oji berharap, ke depannya pemerintah bisa lebih memperhatikan para pengusaha kecil seperti dirinya. Ia menginginkan, agar pemerintah memberikan bantuan, yang bisa mengembangkan usaha para pengusaha-pengusaha kecil di Indonesia.

"Tolong bisa didengar keluhan kita rakyat-rakyat kecil, pengelola-pengelola kayak kita gini bisa diperhatikan. Misalnya bantu pembinaan, pemasaran, itu aja. Ya yang jelas bantuan aja," ungkapnya.

Oji tak mengelak, pemerintah lewat dinas terkait sebenarnya sudah turun langsung memberikan bantuan. Akan tetapi, bantuan tersebut dinilai Oji belum efektif.

"(Presiden) Jokowi udah naik dua kali begini, bisa dong diperhatikan lebih. Jadi jangan usaha yang lain aja diperhatikan. Usaha kecil yang kayak kita juga diperhatiin," tutur Oji.

Baca Juga: Nestapa Petani Garam Cirebon: Kala Hidup Lebih Asin dari Garam

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya