TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Positivity Rate COVID-19 RI Tinggi, Menkes: Karena Hari Libur

Setiap hari libur, jumlah tes yang dilakukan juga rendah

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Rapat tersebut membahas ketersediaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, IDN Times - Rasio kasus positif atau positivity rate kasus COVID-19 harian di Indonesia mencapai 38,34 persen per Selasa (16/2/2021). Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, setiap hari libur angka positivity rate memang naik.

"Karena setiap hari libur, jumlah testing-nya turun. Sehingga penyebutnya turun, positivity rate-nya naik. Kebetulan di 4 hari terakhir ini karena liburannya agak panjang, libur Imlek, makanya kemudian positivity rate naik terus," ujar Budi seperti dilansir dari akun YouTube Kemenkes, Rabu (17/2/2021).

Baca Juga: Satgas: Jumlah Testing Turun karena Banyak Laboratorium Swasta Libur 

1. Setiap hari libur, jumlah testing rendah

Calon penumpang pesawat mengikuti tes cepat antigen di area Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (22/12/2020) (ANTARA FOTO/Fauzan)

Positivity rate merupakan perbandingan jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Budi mencontohkan, pada hari libur yakni 1-4 Januari 2021, jumlah testing-nya rendah, maka positivity rate-nya pun tinggi.

"10-11 Januari weekend juga positivity rate-nya naik kemudian turun lagi. 17-18 Januari weekend, testing-nya turun dan positivity rate-nya naik,” ungkap dia.

"Karena hari libur banyak orang yang juga tidak dites. Sehingga, jumlah tesnya turun. Jumlah turunnya testing itu memang benar-benar disebabkan libur," lanjutnya.

2. Data kasus negatif belum dikirim ke pusat

Ilustrasi tes swab (Dok. IDN Times)

Budi melanjutkan, berdasarkan hasil tes swab PCR, ternyata banyak data negatif COVID-19 yang belum dikirim ke pusat. Alhasil, lebih banyak data positif yang diterima Kemenkes.

"Kenapa kok data negatif ini tidak dimasukkan? Sesudah kami cek ke beberapa rumah sakit dan laboratorium, karena jumlah datanya demikian banyak dan juga user interface atau cara memasukkan ke sistem aplikasi kita masih rumit. Itu mengakibatkan banyak lab yang memasukkan data yang positif dulu," jelasnya.

Baca Juga: Satgas Akui Jumlah Testing COVID-19 Menurun Sepekan Ini 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya