Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Lima anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) RI menyambangi Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan RI, Jumat (14/6) siang. Bekto Suprapto, selaku Sekretaris Kompolnas, angkat bicara terkait posisi Polri dalam menangani kasus kerusuhan di Jakarta, pada Aksi 21-23 Mei 2019.
Baca Juga: Kapolri: Penanganan Kasus Purnawirawan TNI Buat Polri Gak Nyaman
1. Bekto sebut Mabes Polri perlu pengawas eksternal
IDN Times/Fitang Budhi Adhitia Kapolri Tito Karnavian, beberapa hari lalu, telah menyatakan dalam investigasi Polri terkait kasus delapan korban meninggal dunia pada Aksi 21-23 Mei 2019 akan melibatkan Kompolnas. Bekto tidak menepis ajakan Tito tersebut.
"Begini, itu sebenarnya lebih banyak ke masalah fungsi. Kalau Polri hanya menjelaskan saja, itu nanti dianggap tidak (dapat) dipercaya. Sehingga diperlukan pengawas eksternal," kata Bekto usai menemui Menko Polhukam Wiranto, Jumat (14/6) pukul 14.45 WIB
2. Permintaan Tito selama ini ke Kompolnas
IDN Times/Axel Jo Harianja Tito, selaku Kapolri, kata dia, selalu minta tolong kepada Kompolnas dalam bidang pengawasan dalam beberapa investigasi kasus.
"Termasuk, untuk mencari data ini (investigasi 8 korban), Pak Kapolri sudah mengisyaratkan untuk menggandeng Komnas HAM. Terbuka kok untuk pengawas eksternal," kata Irjen Pol Purnawirawan Bekto.
3. Batasan Mabes Polri dalam memberikan informasi
IDN Times/Axel Joshua Harianja Saat ini, kata anggota Kompolnas periode 2016-2020 ini, investigasi Mabes Polri sedang dalam proses. Ia pun sempat menyinggung kegiatan Mabes Polri yang tak jarang banyak memberikan pernyataan kepada publik tanpa melihat situasi.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
"Masak, mau nangkap orang minggu depan diomongkan sekarang? Itu kan gak boleh juga, yang ada orangnya bisa pergi," ujar dia terkait pernyataan Mabes Polri yang tidak juga selalu tepat.
4. Bekto sebut peradilan dalam sidang pengadilan
IDN Times/Denisa Tristianty Mabes Polri dalam deretan konferensi pers usai Aksi 21-23 Mei juga dianggap banyak pihak tak jarang klaim kebenaran dalam melaksanakan tugas kala mengamankan aksi yang terjadi di beberapa daerah Jakarta ini. Mabes Polri telah melakukan pembelaan dini atas kasus yang belum terungkap kebenarannya, itu terkait dugaan pelaku penembakan terhadap delapan korban tewas.
"Menyatakan, orang itu dikatakan salah atau benar, bukan oleh ucapan seseorang (polisi), bukan oleh pers rilis, nanti itu di sidang pengadilan," tegas dia menjawab pertanyaan IDN Times sebelum beranjak meninggalkan Kemenko Polhukam.
Baca Juga: Polri Tegaskan Tak Pernah Sebut Kivlan Zen Dalang Kerusuhan 21-22 Mei
