TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berkaca Wabah Monkeypox, Epidemiolog: Endemik Tidak Boleh Jadi Tujuan

Cacar monyet merupakan endemik yang jadi epidemik

Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman dalam webinar LaporCovid-19, Rabu (25/5/2022). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengingatkan endemik tidak boleh menjadi target penanganan COVID-19, sebab bisa menimbulkan bahaya.

"Sebaik apapun dan seringan apapun penyakit bisa menjadi epidemik dan berbahaya, bahkan jadi masalah kesehatan berkelanjutan," ujar Dicky dalam webinar Menuju Pandemik COVID-19 Meninjau Program Vaksinasi dan Kesiapan Transisi dari Pandemik ke Endemik, Rabu (25/5/2022).

Baca Juga: Cabut Aturan Masker, Menkes: Ini Langkah Transisi Pandemik ke Endemik

1. Monkeypox sekarang menjadi epidemik

Ilustrasi cacar monyet (thestar.com.my)

Berkaca dari wabah monkeypox atau cacar monyet, Dicky mengungkapkan, monkeypox sebelumnya merupakan endemik sekarang menjadi epidemik atau lebih besar, dan menyebar menyebar ke area yang lebih luas.

"Itu contoh nyata situasi yang sekali lagi endemik dan epidemik terkendali bersifat terbatas," katanya.

Baca Juga: Belum Endemi, Wamenkes Ungkap Status COVID-19 di Indonesia Saat Ini

2. Lonjakan kasus COVID-19 masih bisa terjadi

Petugas mengantar pasien ke ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) tambahan di RSUD Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/6/2021). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah.

Dicky menegaskan, lonjakan kasus COVID-19 masih bisa terjadi meski tingkat vaksinasi tinggi, sama yang terjadi pada saat monkeypox mewabah yang karakter berubah, dan saat itu mengifeksi ratusan orang.

"Ini bisa saja terjadi (COVID-19) dari pada kita berandai-andai lebih baik kita mengendalikan," imbaunya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya