Epidemiolog: Harga PCR di Indonesia Tak Bisa Dibandingkan dengan India
Komponen PCR di India gunakan produksi dalam negeri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menilai harga testing COVID-19 menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah memadai untuk masyarakat umum.
Dicky mengungkapkan harga PCR Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan di India, sebab hampir semua komponen India dari dalam negeri. Selain itu, jasa layanan kesehatan di India pun juga murah.
"Jadi sudah harga relatif pantas, meski seiiring waktu ada penguatan agat tidak bergantung impor terus. Kalau rapid antigen bisalah sehingga harganya bisa sangat murah dan jangkau wilayah terpencil," katanya dalam pesan yang diterima IDN Times, Minggu (22/8/2021).
Baca Juga: Pemerintah Batasi Harga PCR Rp550 Ribu, Gaskeslab: Supplier Bingung
1. Harga rapid test antigen harus lebih murah
Menurut Dicky, harga rapid tes antigen setidaknya bisa diturunkan pada kisaran Rp60 ribu sampai Rp90 ribu.
"Dua-duanya harus dijaga keterjangkauannya, dalam arti tempatnya di mana-mana serta harganya," ungkapnya.
Baca Juga: Harga Tes PCR Rp495 Ribu, Wagub DKI: Termurah Kedua Setelah Vietnam